Chereads / Bigg Boss / Chapter 5 - Lagi

Chapter 5 - Lagi

Pagi yang cerah rasanya berubah menjadi kelam, kejadian semalam terus berputar layaknya sebuah memori usang. Dania mendesah pelan sembari meremat kepalanya, jujur ia sangat tidak suka dihina. Lagipula, adakah orang yang suka dihina? Dicaci maki? Tentu tidak.

Gerakan-gerakan kecil keluar dari tubuh Dania. Ia memilih melakukan olahraga ringan di dalam kamarnya, hingga suara ponsel berdering menghentikan aktifitasnya. Dengan tergopoh-gopoh ia berjalan mendekati posel, kemudian mendengus kasar menatap satu panggilan yang tidak terjawab.

'Dasar! Tidak sabaran sekali orang ini, huh!'_Dania mengumpat dalam hati.

Dania terdiam cukup lama menatap ponselnya dengan pandangan menunggu, ia mengira nomor tidak dikenal itu akan menelponnya kembali. Apalagi sekarang? Okelah, Dania sangat bodoh mengharapkan ponselnya kembali berdering. Sejenak ia mendengus kasar dan mengira itu hanyalah salah sambung.

Ting!

+628**********

Kau OB baru bukan? Cepatlah datang! Aku dapat nomormu dari orang yang mengirimu.

Huh! Dania merasa kesal sekarang. Bisa dikatakan dia masuk lewat orang dalam, bukan apa-apa hanya sebatas membantu Dania agar diterima kerja di perusahaan besar. Yaaa, meski posisinya hanya sebagai OB. Dania rasa itu lebih dari cukup daripada menjadi pengangguran.

Ting!

+628************

Hey... kenapa hanya kau baca saja hah?!

Iya.

Dania hanya membalas 'iya'. Ntahlah, tiba-tiba saja ia malas menghadapi orang itu padahal ia belum kenal ataupun ketemu dengan orang yang mengirimnya pesan.

Dania menguap, kemudian berjalan dengan malas ke arah kamar mandi. Oh ya, saat ini Dania tinggal di kontrakan kecil yang sudah disediakan oleh seseorang. Bisa dikatakan orang itu cukup membantu Dania, ah tidak! Sangat membantu.

"Gua makan apa ya?" Dania bergumam, ia akan mengeluarkan suaranya hanya sedang sendiri saja. Ternyata jadi bisu itu tidak enak ya, selalu menelan semua sumpah serapah yang harus dikeluarkan dalam keadaan darurat.

"Sarapan di kantin kantor aja, deh."

Setelah semuanya siap, Dania berdiri di depan cermin kecil yang tertempel di dinding. Ia menatap datar cermin di hadapannya, kemudian mencoba tersenyum lembut layaknya gadis polos.

"Anjir!" Umpat Dania. Oh, ayolah. Dania bukanlah wanita polos dan lemah, di SMA nya saja ia dicap sebagai Badgirl. Dulu dirinya sering sekali bolak-balik masuk BK, bahkan hampir setiap hari, mungkin.

"Polos-polos cabe rawit kalo gini mah," ujar Dania frustasi. Tak lama kemudian ia menertawakan dirinya sendiri, seharusnya ia bisa menjadi lebih bar-bar untuk menjaga dirinya sendiri di kota besar ini, tapi? Lihatlah, dirinya justru menjerumuskan diri agar dihina oleh orang-orang di sekitarnya.

Mendengus kasar, kemudian mengambil tas kecil ala wanita yang tergeletak di ranjangnya. Dania tersenyum kecut menatap tas itu, ia ingat ketika ia menjambret seorang wanita dan mendapatkan tas ini. Bolehkah ia kembali seperti dulu? Rasanya tidak mungkin, ia sudah bertekad untuk merubah hidupnya. Semasa SMA ia selalu menjambret untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, terutama untuk membeli buku dan bayar uang bulanan tanpa meminta ke orang tua nya.

"Gua dulu segila itu, ya?" Dania bermonolog, kemudian tertawa hambar.

Ting!

[Ali]: Setertekan itu? sampe lupa ngabarin?

Awalnya Dania menggeram karena ia mengira nomor tak dikenal lagi yang mengirim pesan, tapi ternyata salah, pesan itu cukup membuat Dania tersenyum lebar.

"Anjir, gua lupa!" Ujarnya sembari tersenyum lebar.

[Dania]: Hampura atuh, terlalu bersemangat:)

[Ali]: Baik-baik disana. Jaga kesehatan!

[Dania]: Wokeh.

"Demi alek, gua semangat lagi!" Seru Dania. Ia benar-benar bersemengat, orang itu sangat berpengaruh di kehidupan Dania.

Oh ya, di Brebes ada dua bahasa; Jawa dan Sunda. Kebetulan Dania tinggal di daerah yang bahasanya Sunda, terkadang ia menggunakan bahasa sunda dan Indo, mix mungkin? haha.

Selang beberapa menit akhirnya Dania pergi dari kontrakannya menuju tempat kerjanya. Dania berbohong soal menjadi karyawan pabrik, ia tak mau orang tuanya malu mengetahui ia menjadi OB.

Di sepanjang jalan Dania bersenandung ria, ia mengamati jalanan yang cukup sepi. Beruntung jarak kontrakan ke tempat kerjanya tak sejauh yang ia kira, orang itu memang sudah menyiapkan semuanya. Dania sangat-sangat beruntung dan berterima kasih.

Tin Tin!

Dania tersentak, ia menoleh kemudian melotot melihat mobil yang melaju dengan cepat, menerjang genangan air yang ada di dekatnya.

Srasstt

habis sudah. Dania basah kuyup, bahkan wajahnya pun kena imbasnya. Hatinya terus mengumpat sembari mengamati mobil berwarna hitam yang terus melaju.

"KAMPRET! BABI!" Berakhir, keluarlah umpatan maut Dania.

●●●●●●

"OB baru namanya Dania?" Tanya seorang lelaki berpakaian OB.

"Iya Gun, tapi lo tau ga? Katanya dia bisu," jawab wanita yang juga memakai pakaian OB.

Lelaki bernama Guna tersentak mendengar jawaban dari rekannya. Bisu? kok bisa diterima?

"Katanya sih dia kenal orang dalem, yang gua denger juga orang dalemnya itu temen deketnya Pak Bos." Rekannya Igun, Rina, menjelaskan sebelum Guna bertanya kembali.

"Wah, hebat juga ya tu cewek! Bisu tapi temannya dimana-mana," Sahut Seorang wanita berpakaian hitam-putih yang muncul dengan tiba-tiba. Namanya Nela.

"Gua denger tuh, si Dania-Dania itu orang Brebes. Teman dekatnya Pak Bos kan Pak Rio iya, kan?" Lanjut Nela, ia benar-benar penasaran. Bisa dikatakan ia iri, ia sudah magang di perusahaan ini sejak enam bulan yang lalu tapi belum ada kepastian yang ia terima. Ia tidak apa-apa meski menjadi OB, tetapi ia dipaksa untuk memaksimalkan kemampuannya agar layak menjadi karyawan di perusahaan besar ini.

"Iya kalo ga salah mah," jawab Guna. Rina pun ikut mengangguk.

"Kok bisa sih Dania kenal Pak Rio? Pak Rio kan asli Surabaya, kok bisa ya?" Demi apapun Nela penasaran, bagaimana bisa wanita bisu mengenal Rio? Lelaki dingin tak tersentuh.

"Gua juga ga tau sih, Nel. Padahal tadi aja gua chat ngartis banget," keluh Rina. Rina sengaja mengirimkan pesan kepada Dania, ia tak ingin OB baru itu telat seperti dirinya dulu yang telat datang dihari pertama bekerja.

"Itu orang sampe sekarang belum datang kan?" Tanya Guna.

Rina dan Nela hanya mengendikan bahunya acuh, namun Nela termenung, ia juga ingin menjadin OB daripada digantung oleh perusahaan. Lagian jadi OB tak seburuk yang ia kira, bahkan teman kerja di OB lebih menyenangkan dari pada berteman dengan karyawan-karyawan yang berkutat dengan berkas.

Rina melirik Nela sekilas, kemudian mendengus kasar. "Gua yakin sebentar lagi Pak Bos bakal nentuin posisi lu Nel. Lu kan anak berprestasi dan pastinya Pak Bos ga bakal ngelepas lu gitu aja," ujar Rina memberi semangat.

Nela tersenyum, kemudian mengangguk "Makasih ya Rin, gua seneng banget berbaur bareng OB."

Setelahnya, ketiganya tertawa menanggapi perkataan Nela. "Gua mau nganterin kopi ke meja Pak Bos, dadah!" Pamit Guna.

Setelah Guna pamit, Nela pun ikut pamit. Rina sendiri hanya terduduk memandangi ponselnya, ia melihat jam sembari mendengus kasar.

Tok Tok

Rina terkesiap, ia menoleh ke arah pintu dan terbelalak melihat seorang wanita berpakaian seperti gelandang.

"Lu OB baru?!" Tanya Rina, ah bukan, keliatannya seperti membentak.

Dania, wanita yang baru saja memasuki kantor dengan keadaan basah kuyup mengangguk mantap menjawab pertanyaan dari Rina.

"Kok?" Demi apapun Rina sulit untuk menjabarkannya, ia takut perkataannya menyakiti Dania.

Dania menulis sesuatu di notes kecilnya, kemudian menunjukan kepada Rina. 'Semalam hujan, banyak genangan air. Aku seperti ini karena ada satu mobil menerjang genangan air di sebelahku, huh! aku kesal.'

Rina tertawa, jujur saja ia bisa membayangkan seperti apa kejadiannya. Rina kagum dengan penjabaran singkat Dania, cara ia menjabarkannya pun cukup menarik.

"Lu kayaknya pinter nulis cerita ya? singkat, tapi gua bisa bayangin gimana kejadiannya. pasti lo kesel banget kan?!" Ejek Rina, kemudian tertawa kembali.

Dania komat kamit menatap Rina, kenapa malah diejek seperti ini? Tapi, wanita dihadapnnya cukup asik untuk diajak bercanda.

"Tenang saja. Sekarang lu ganti baju OB, noh di pojok!"

Dania mengangguk, kemudian berjalan memasuki ruangan kecil yang di pojok. Dania bernafas lega ketika sudah mengganti semua pakaiannya, di dalam ruangan kecil ini ia samar-samar mendengar suara laki-laki yang cukup familiar. Dahinya mengernyit mengingat-ngingat suara lelaki itu, tapi dimana ya?

"Mana si? Gua penasaran," ujar guna, bahkan ia memaksa Rina untuk meneriaki Dania agar cepat keluar.

Dania sendiri tak peduli, ia keluar sembari menepuk pelan baju bagian depannya. Tatapannya pun fokus menatap bajunya, kemudian mendongak menatap kedua sejoli yang sedang saling dorong.

"Putri?"

Dania tersentak, ia menoleh, matanya membulat sempurna melihat Guna ada di hadapannya. Lelaki yang dulu selalu menemani menjalankan kelakuan bejatnya, rasanya ia tak percaya jika dipertemukan kembali dengan Guna.

Dulu, Dania pernah sekolah di Jakarta. Hanya tiga bulan, tapi Dania benar-benar tidak menyia-nyiakan waktu untuk bergaul dengan laki-laki yang ada di sekolahannya. Merampok, merokok, bahkan tawuran pernah Dania rasakan bersama laki-laki yang ada di hadapannya dan laki-laki yang dulu satu sekolahan dengannya.

"Lah? Dania, Gun. Bukan Putri!" Ketus Rina. Rina ingat betul kalau Guna pernah bercerita banyak tentang Putri, bahkan Rina sempat tak suka dengan sosok Putri yang diceritakan Guna. Alasannya satu, merokok. Demi apapun Rina benci perokok.

Dania tersadar dari keterkejutannya, ia menulis sesuatu di Notes kecilnya. 'Guna, pengin ngomong. Kira-kira ada waktu?'. Rina melotot membaca itu, tapi sebisa mungkin ia bersikap biasa. Bagaimana bisa Dania tau nama Guna? Apa mereka saling kenal? pikir Rina.

Guna sendiri diam, pikirannya berkecamuk dan kembali ke masalalu. Seingatnya, Wanita dihadapannya ini tidak bisu, kenapa tiba-tiba jadi bisu? "Bisa, sekarang juga nganggur. OB lantai satu memang banyak nganggurnya kok, soalnya cuman ngurusin pak Bos doang. Ga kayak lantai di atas sana, capek pastinya."

Dania mengangguk kemudian menatap Rina, tatapannya seakan minta persetujuan. Rina sendiri mendengus kasar kemudian mengibas-ngibaskan tangannya. "Udah, sana-sana."

Rina berfikir keduanya baru bertemu setelah sekian lama, jadi mungkin butuh waktu untuk berdua.

Guna tertawa, ia tau Rina cemburu, tapi tak apa lah. Guna butuh waktu dan butuh penjelasan mengenai keadaan Dania yang sekarang.

"Jelasin," ujar Guna pelan namun penuh penekanan.

Dania celingukan kesana kemari, sekarang mereka berdua berada di taman depan kantor. Dania sendiri merasa bingung, ini kerja atau apa? kenapa bebas sekali.

Dania berdehem pelan, kemudian mengusap lehernya pelan. "Sebenernya gua ga bisu, tapi tolong bantu gua."

Guna menaikan salah satu alisnya, apa nih? Guna tidak paham. "Lu banyak berubah ya Put, biasanya to the point. Sekarang?" Guna tertawa ringan setelah mengatakan perkataannya.

"Gini, gua--"

Ting!

[Pak Bos]: Suruh OB baru itu ke ruangan saya, secepatnya!

"Put, ini ... " lirih Guna sembari menunjukan sebuah pesan kepada Dania.

Dania terdiam, matanya menatap datar pesan itu. Seperti apa Bos nya? apakah seram?