Chereads / You'll Fall For Me / Chapter 2 - [ii] : Her death

Chapter 2 - [ii] : Her death

Tamparan keras mengenai pipi seorang gadis ayu berambut coklat kemerahan. Tamparan itu sangat keras sampai membuat sang penerima, perempuan muda yang agaknya masih berusia 18 tahun, terhuyung dan jatuh.

Mata gadis itu membelalak. Bibirnya bergetar hebat, seiring air mulai bergumul di ujung. Ekspresinya tunjukkan betapa dia berduka, terluka, atas perlakuan yang ia terima.

"A-aku tidak—"

"Diam!" Seorang lelaki berwarna rambut serupa berseru, ia memotong apa pun ucapan gadis itu. Kebencian tersurat di muka tegas sang Ayah. Ya. Dia ayah perempuan ayu di sana.

"Ayah! Kakak tid—"

"Kau juga diam, Brian! Tidak usah membela kakakmu!" Manusia itu menoleh ke sosok lain di sana. Matanya calang, berikan peringatan jika remaja kecil itu tak perlu ikut campur.

"Tapi kau harus lihat, Brian. Lihat bagaimama ada seorang manusia yang level manna nol tapi di otaknya hanya ada laki-laki, laki-laki dan laki-laki! Menjijikkan!" orang tua itu berkata lagi. Tajam nadanya dibalut kesinisan yang kentara.

Lalu serentet kata lainnya terlontar. Masih sama, tak berperasaan. Sakit sekali bagi perempuan itu, yang hanya bisa melihat ayahnya menghardiknya dari bawah, tanpa bisa menjelaskan diri. Matanya terus memanas. Sampai akhirnya … air mata mengalir dari ujung mata.

Namun bukannya menenangkan, makhluk yang harusnya adalah seorang Ayah itu justru makin mencerca. Kata-kata yang diutarakan makin menyayat hati dan membuat tubuh kecil gadis itu bergetar hebat. Air matanya mengalir deras. Tubi-tubian ucapan pedas itu baru berhenti ketika si gadis berdiri dan berteriak, "baik, aku akan pergi!"

Si Ayah hanya menaikkan dua alisnya mendengar hal ini. Dia bersendekap dan memasang tampang tak percaya. Bahkan dia menjawab, "mau kemana? Tak akan ada yang mau menerimamu, kau tahu?"

Dan kalimat meremehkan itu membuat tali kewarasan makhluk mengenaskan di sana, lepas. Perempuan itu berdiri dan untuk pertama kalinya, memandang lurus sang ayah dan berikan balasan tegas, "mati."

Lalu dia berlari.

Tanpa hiraukan panggilan adiknya, dia berlari. Air mata mengalir deras, bibir melekuk penuh kesedihan.

Namun lucunya, dia, putri Keluarga Konglomerat yang berpengaruh di negeri ini, sudah tahu jika akhir dari ceritanya akan demikian. Dia tak akan pernah diterima dimanapun, sekuat apa pun ia berusaha—persis seperti kata ayahnya.

Buat apa dia bertahan di dunia yang tak menginginkannya, kan?

Kediaman Duke Drechslerg berada di atas bukit, mungkin pendahulunya tahu jika kelak akan ada keturunan mereka yang menginginkan mati. Karena itulah di sini ia, berada di dataran menjorok. Sekitar tujuh meter di bawahnya ada danau besar yang cantik tapi mengerikan. Kabarnya danau ini memiliki 'penunggu'.

Tempat yang super bagus untuk bunuh diri.

Tersenyum, mengabaikan seruan, teriakan orang-orang di belakangnya … dia melompat.

Kehidupan seorang Engel Heidi VonDrechslerg, berakhir hari ini.

Dia tersenyum puas, berharap air kan menelannya bulat-bulat.

.

.

[]