Chereads / You Are Mine, Maria / Chapter 6 - 6. Pemandangan yang Menjijikan

Chapter 6 - 6. Pemandangan yang Menjijikan

Maria terbangun dari tidurnya ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Dia bangun perlahan, kapalanya masih terasa sakit. Meskipun dia minum sedikit tadi malam, tapi benturan saat Jake mendorongnya menambah rasa sakit di kepalanya.

Dia membuka pintu yang terkunci itu, melihat Rose, pelayan rumah ini ada di depannya.

"Nona, segeralah turun. Tuan Jake sudah menunggu anda untuk sarapan." ucap Rose.

"Baiklah, aku akan bersiap-siap dahulu." ucap Maria.

Dia menutup pintu lalu bergerak ke arah kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia masih ingat bagaimana semalam Jake menciumnya dan itu membuat dirinya risih.

Tak ingin membuat sang bos barunya itu marah, Maria segera menyelesaikan mandinya, berjalan ke ruang ganti dan memakai pakaiannya sendiri, sebuah blouse putih panjang dengan tali di perut, dan sebuah celana jeans longgar. Dia tak selera memakai sebuah gaun. Bagaimana dia akan naik montornya nanti jika dia pakai rok?. 

Maria hanya memoles lipbalm ke bibirnya, menyisir rambutnya yang sedikit basah dan membiarkan tergerai. Dia berjalan keluar kamarnya, menuruni tangga dan menuju ruang makan.

Dari mana dia tahu seluk-beluk rumah ini? Itu karena semalam sebelum Rose mengantarkannya ke kamar, dia menjelaskan di mana tata letak setiap ruangan di rumah ini.

Di meja makan Maria sudah melihat Jake yang sibuk dengan handphonenya. Maria mendekat dan duduk di sebelah jake.

"Sarapanlah, lain kali jangan membuatku menunggu. Sarapan setiap hari jam 7 tepat dan jangan terlambat," ucap Jake yang masih sibuk dengan handphonenya.

Maria tidak menjawab, tapi dia mendengarkan setiap omongan Jake. Dia bergerak mengambil roti dan mengolesinya dengan selai coklat. Memakannya langsung pakai tangan tanpa menaruhnya di piring.

"Lain kali belajarlah sopan santun," ucap Jake. Meskipun matanya fokus di handphone tapi dia tetap memperhatikan tingkah Maria.

Maria hanya melirik sekilas pada Jake, dia meminum susu yang tersedia untuknya. Dia masih kesal dengan kelakuan Jake tadi malam yang tiba-tiba menciumnya. Ingin sekali Maria menendang lelaki di depannya ini.

Tak mendapat jawaban dari Maria membuat Jake meletakkan handphonenya di meja dan dia menatap ke arah Maria, berharap wanita ini mengetahui kesalahannya.

"Jangan menatap ku seperti itu atau kau akan jatuh cinta padaku," ucap Maria tak formal lagi setelah semalam sempat berbincang-bincang dengan Jake.

Jake yang mendengar itu tertawa sarkas, tertawa begitu keras seolah mengejek ucapan Maria.

"Kau terlalu percaya diri," ucap Jake memandang Maria, senyuman sinis tercetak di wajahnya.

Maria tak menjawab dan melanjutkan memakan rotinya.

"Tulis nomor telfonmu di sini," ucap Jake menyerahkan handphonenya kepada Maria.

Maria pun segera mengambil, berniat ingin menulis nomor palsu.

"Jangan sesekali membohongiku atau kau akan tahu akibatnya," ucap Jaccob yang membuat Maria urung melakukannya. Akhirnya dia menulis nomor telfonnya dengan benar.

Maria berdiri setelah sarapannya selesai. Saat dia akan kembali ke kamarnya suara Jake membuatnya terhenti.

"Mau kemana?"

"Mau ke kampus. Kau tidak lupa kan perjanjian kemarin bahwa kau mengizinkanku untuk kuliah?" ucap Maria berbalik badan memandang Jake.

Jake hampir melupakan itu ketika yang dia ingat Maria adalah wanitanya. Tapi kenapa wanita itu bersikap sesuka hati sendiri. Jake mendesah, dia harus membuat surat perjanjian baru agar wanita itu tak menjadi liar.

Jake hanya mengangguk dan membiarkan Maria berjalan pergi meninggalkannya. Dia melihat jam di tangannya. Ini juga waktunya harus pergi ke kantor, dia keluar rumah dan meminta sopir untuk mengeluarkan mobilnya yang lain dari garasi.

"Antar nona Maria ke kampusnya dan tunggu dia sampai pulang," ucap Jake sebelum dia pergi melajukan mobilnya meninggalkan rumah.

Sopir itu mengangguk mengiyakan permintaan bosnya. Dia menunggu wanita milik tuannya ini. Tak butuh lama yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.

Maria keluar dari rumah, dia celingukan ke kanan kiri. Dia baru ingat bahwa semalam dia kesini dengan ayahnya dan montornya pasti ada di rumah. Terus bagaimana ini? Pikirnya.

"Nona, mari saya antar. Tuan meminta saya untuk mengantarkan anda," ucap lelaki memakai seragam hitam menghampiri Maria.

Karena Maria tidak ingin terlambat, akhirnya Maria mengikuti sopir itu. Mungkin nanti setelah pulang dari kampus dia bisa mengambil montornya.

~

Sesuai perkataannya, ketika dia selesai dengan mata kuliahnya dia meminta sopir untuk mengantarkan ke rumahnya. Sopir pun menurut, karena dia hanya diberi tugas untuk mengantar dan menunggu nonanya itu.

Di rumahnya terlihat sepi, dia masuk ke dalam rumah dan tak menemukan siapapun. Dia bertanya pada bibi pekerja rumahnya, ternyata semua orang di rumah ini baru saja pergi untuk menghadiri makan siang bersama dengan kolega bisnis ayahnya.

Hal itu membuat Maria kecewa karena dia tidak bisa bertemu ibunya, saat dia duduk di sofa ruang tengah meminum jus, handphonenya berdering. Nomor tak dikenal menghubunginya.

"Haloo," ucap Maria mengangkat panggilan telfon itu.

"Kenapa belum datang ke kantor, jam berapa ini?" ucap Jake dari seberang telfon itu.

"Aku mampir sebentar di rumah mengambil barang, baiklah, aku akan kesana sekarang." ucap Maria.

Dia berpamitan pada bibi penjaga rumah dan menitip salam jika ibunya pulang nanti. Setelahnya dia mengambil montornya dan melajukan ke kantor bosnya itu.

Sesampainya di sana, Maria memarkirkan montor dan masuk ke dalam perusahaan. Karena dia masih mengingat di mana ruangan Jake, dia pun segera menuju ke pintu lift khusus yang ada di lantai bawah ini.

"Nona, anda tidak boleh menggunakan lift ini," ucap seorang satpam menghampirinya.

"Tapi saya harus keruangan pak Jake," ucap Maria memandang satpam itu.

Satpam itu melihat penampilan Maria dari atas sampai bawah. Biasanya yang datang kemari adalah wanita-wanita cantik. Bukan wanita dengan penampilan lusuh seperti ini.

"Anda tidak diperbolehkan naik lift ini. Jika anda memaksa silakan keluar dari sini," ucap satpam itu tegas.

Maria menoleh, mencari wanita yang ditemuinya kemarin untuk dimintai tolong, tapi ternyata wanita itu tidak ada.

Dia mengambil handphonenya di saku dan menelfon seseorang.

"Aku tidak dibolehkan masuk oleh petugas keamanamu," ucap Maria to the point saat panggilan itu terhubung.

Satpam yang mendengar itu menjadi ciut seketika, dia memang benar wanita yang akan bertemu dengan tuannya. Dengan begini, sama saja dia masuk ke kandang singa.

"Masuklah, tidak ada yang mencegahmu atau akan ku pecat mereka," suara Jake terdengar oleh satpam itu karena Maria mensloadspeakernya.

Setelah itu Maria menutup telfonnya, menatap dengan dahi yang mengerut pada petugas keamanan di depannya ini. Lalu dia bergerak memencet tombol lift khusus itu dan lift pun langsung naik menuju ruangan Jaccob.

Sesampainya di lantai paling atas, Maria keluar dari lift. Dia segera berjalan menuju ruangan Jake, tapi di persimpangan lorong dia bertemu dengan seorang lelaki yang menatapnya dengan selidik.

"Apa! Kau juga akan melarangku bertemu dengan bosmu?" ucap Maria yang ditatap seperti itu pada Kenzo.

Kenzo mengerutkan dahinya, dia tidak paham dengan ucapan dari wanita ini. Tapi dia mengabaikannya dan masuk ke dalam ruangannya sendiri.

Mungkin Maria sedang pms, bawaannya hari ini dia sangat emosional sekali. Maria menghela nafas pelan, bergerak membuka pintu ruangan Jake, dan masuk ke dalam.

Tapi pemandangan di depannya membuat dia membelalak lebar. Jake duduk memangku seorang wanita yang pakaian atasnya tampak terbuka, menciumi dengan ganas yang membuat wanita itu mendesah.

Maria menguatkan mentalnya, dia mengetuk pintu yang sudah tertutup di belakangnya itu, membuat kedua insan yang sedang panas-panasnya itu menoleh ke arah suara. Melihat Maria yang bersedekap dada dan menatap ke arah mereka.

**

Hallo readers, maaf sebelumnya karena author tak bisa melanjutkan cerita ini di WebNovel. Kalian bisa cari cerita ini di aplikasi G**dn*vel dan sudah tamat. Terima kasih, author padamu. ❤️❤️

Sinokmput