Ayase, aku melihatnya berjalan melewati taman. Apa dia mau pulang? Dia lewat sini, pasti dia mau pulang. Itu berarti dia tidak sedang sibuk.
"Seito-kun." Dia melihat kearahku dan memanggilku. Lalu, dia menghampiriku. "sedang apa sendirian disini?" tanyanya. "tidak, tidak sedang melakukan apa-apa." Dia duduk disampingku, tapi dia tetap tidak memperhatikanku dan malah memperhatikan ponselnya. "hei, Aya-chan. Tadi kau habis darimana dan mau kemana?" aku berusaha mendapatkan perhatiannya tapi dia tidak menjawab. Aku mencoba memanggilnya lagi,
"Oi, Aya-chan!".
"hah? Apa? Ada apa?" kali ini dia menjawab.
"Aku bertanya padamu."
"Oh iya, aku sedang istirahat jadi aku kesini sebentar." Jawabnya.
"pekerjaan ya? Ngomong-ngomong, aku tadi melihatmu masuk ke Queen's Square bersama Yoshitaka. Apa yang kau lakukan?" tanyaku dengan curiga.
"apa? Kenapa kamu bisa tahu? Kamu mengikutiku?" dia terkejut. Mungkin dia memang sedang melakukan sesuatu.
"Aku tadi tidak sengaja melihatmu dan Yoshitaka, jadi aku mengikuti kalian. Aku mau tahu apa yang sedang kalian lakukan." Jelasku kepadanya.
"Stalker."
Apa? Dia menyebutku...
"dasar Stalker. Memangnya apa yang kami lakukan itu urusanmu? Lagipula kami sedang bekerja membuat rekaman video baru. Kami mereview Queen's Square." Cara bicaranya berubah. Dia tidak pernah bicara seperti ini padaku atau pada siapapun. Dia kembali memandangi smartphonenya. Perubahan sikapnya sedikit membuatku kesal. "Jika aku sedang mengajakmu bicara tataplah mataku. Kau selalu saja memperhatikan ponselmu itu. Memangnya apa yang kau lihat disitu? Apa yang membuat perhatianmu tersita?" aku berbicara dengannya dengan nada yang sedikit tinggi.
"Sialan." Eh? Dia marah? Apakah Aya-chan marah juga?
"Apa yang aku lihat itu bukan urusanmu. Itu urusanku. Ini smartphoneku, kau tidak berhak mengatur diriku. Kenapa sih kamu tuh kepo banget? Kamu sudah mengikutiku dan Rentaro-kun tadi dan sekarang kamu kepoin apa yang aku lihat. Di smartphone ini banyak hal penting yang harus aku lihat karena ini menyangkut pekerjaanku." Jawabnya dengan sama kerasnya. Mendengar jawabannya aku menjadi semakin panas. "pekerjaan. Selalu saja itu alasanmu!! Urusan pekerjaan atau kau lagi chattingan sama Yoshitaka?" tanyaku. "emang kenapa kalo aku chattingan sama Rentaro-kun? Masalah buat Lo?" cara bicaranya kenapa jadi kasar seperti ini sih?
"Sudahlah, aku harus kembali bekerja." Dia sudah mau pergi? Tidak secepat itu. Masalah ini belum selesai. "kau sudah pernah sedikitpun memperhatikan diriku. Tolong perhatikan aku meski sedikit saja. Kau selalu saja bermain ponsel saat kita bertemu dan tidak pernah berbicara denganku. Kau juga selalu saja cepat pergi. Apa kau sudah tidak mempedulikan diriku lagi? Apa kau lebih mempedulikan si Yoshitaka itu yang bukan siapa-siapa?" tiba-tiba saja dia menamparku. Dia tidak pernah memukul. Dia sudah berubah. "Yang bukan siapa-siapa itu kamu. Untuk apa aku memperhatikanmu terus? Aku juga punya urusan sendiri!! Kamu bukan anak kecil yang harus selalu diperhatikan. Kamu bukan keluargaku atau pacarku. Aku tidak harus memperhatikanmu. Kamu hanya teman masa kecilku, tidak lebih." Katanya dengan marah. Dan dia langsung pergi. Dia menoleh kearahku sesaat. Apa dia mau mengatakan sesuatu?
"Kau menyebalkan." Katanya dengan menatap sinis kearahku. Ayase mengatakan itu? Aku sama sekali tidak menduganya. Ayase yang lembut, Ayase yang manis, bisa berbicara seperti itu. Apakah karena saking marahnya? Tapi meskipun dia marah dia tidak pernah berbicara kasar. Dia tetap marah dengan cara yang lembut. Mungkin, dia sudah terlalu jauh dari jangkauanku. Aku semakin sulit untuk menggapainya.
Apakah ini kesalahanku karena aku membuatnya marah? Ataukah ini karena Yoshitaka? Yang jelas, Aya-chan yang lembut, manis, dan imut semakin menghilang. Aya-chan, dia sudah berubah.