Chereads / ISTRI TUAN MUDA NIELS / Chapter 24 - BAB 24

Chapter 24 - BAB 24

ISTRI TUAN MUDA NIELS BAB 24.

Keadaan di ruang tamu Kastil menjadi dingin seolah membeku. Kedatangan Keandre langsung membuat wanita yang menerobos masuk tadi bungkam dalam sekejap.

Elina yang sedari tadi berusaha untuk mengajak pergi Calista, kini dirinya menjadi gemetar ketakutan. Tidak lagi berani berbicara sepatah kata pun.

Sedangkan Calista, ia juga merasa resah sekarang. Dia sangat tahu kini sang suami sedang menahan amarahnya, dan itu bisa meledak kapan saja.

"Ke-keandre…. Bisakah tidak perlu menyalahkan semua penjaga atas kesalahan orang lain? Kau juga sebaiknya tidak perlu marah pada mereka semua."

Mencoba dan berusaha untuk membujuk seorang Keandre Niels, dilakukan dengan susah-susah gampang.

"Kau masih membela penjaga di luar?! Apa kau tidak ingin menjelaskan kenapa ada orang asing yang bisa masuk ke sini?!" pertanyaan dingin yang membuat merinding bulu roma semua orang.

"Itu… itu…." Calista sangat sulit untuk menjelaskan. Wanita yang datang dan memaksa untuk bertemu dengannya adalah temannya sendiri.

Namun wanita itu sudah tidak dianggap lagi oleh Calista. itu Karena sudah terbongkar semua kedok yang selama ini Elina sembunyikan. Semua berkat terlahirnya kembali Calista ke dunia ini.

"Dia hanya pengemis yang memohon padaku. Tolong jangan hiraukan dia," ujar Calista dengan berusaha untuk bicara santai.

Elina langsung membulatkan matanya. Siapa yang bisa menerima dikatakan pengemis di depan banyak orang. Amarah Elina sudah mulai ingin meledak.

"Pengemis?! Kau yang wanita murahan! Kalau bukan demi Jason, aku mana mau datang kesini dan membujukmu pergi," hati Elina yang sedang terbakar emosi.

"Oh… kalau begitu, usir dia dari sini! Mengganggu pemandangan!" perintah Keandre Niels.

Dan dalam sekejap, dua orang penjaga berbaju hitam datang mendekat pada Elina. Dengan segera menggenggam tangannya dan hendak menyeret keluar wanita itu tanpa sopan santun.

"Tidak! Calista! Tolong aku! Lepaskan tanganku!" Elina berusaha memberontak dan berteriak memanggil-manggil nama sahabatnya itu.

"Calista! Beraninya kau memperlakukan aku seperti ini! Jangan karena kau dari keluarga kaya, kau bisa menindasku seperti ini!"

Teriakan Elina menggema di sisi ruangan. Kini ia malah menjelek-jelekan Calista Kay. Akibat mendapatkan perlakuan kasar, sekarang Elina mulai menampakkan wajah aslinya.

"Tunggu!" Calista menghentikan penjaga yang hendak membawa Elina. Berjalan mendekat kearah wanita sembarangan itu.

Plak….!

Lagi-lagi sebuah tamparan mendarat di pipi Elina. Sampai rambut coklat wanita itu berantakan menutupi wajahnya.

"Calista…. Kau!" Elina semakin tak menyangka mendapatkan pukulan kedua dari orang yang ia kenal dengan kelemah lembutannya.

Calista menatap tajam wanita yang sedang ditahan oleh dua pria kekar itu. Menunjukkan kekuasaan yang sebenarnya dimiliki dari wanita bermarga Kay ini.

"Tamparan ini aku berikan agar kau membuka topeng busukmu itu! Jangan bersandiwara lagi di depanku mulai sekarang!" ujar Calista dengan mata nanar.

Sebuah peringatan keras diutarakan Calista kepada sang teman penghianatnya itu. Sudah terlalu muak dengan wajah palsu yang selalu ditunjukkan Elina di hadapannya.

"Seret dia keluar!" kini Calista lah yang memberikan perintah kepada penjaga itu. Hak yang memang dimiliki sebagai nyonya dari kastil besar ini.

"Tidak! Lepaskan aku!" Elina terus memberontak ketika kedua kakinya sudah berjalan dengan ditarik pria kekar di kedua sisinya.

Kedua penjaga itu mengikuti perintah yang dikeluarkan Calista Kay. Menyeret sang tamu tak diundang untuk keluar dari kediaman Keandre Niels ini.

Sampai akhirnya, suara dari wanita pengganggu itu sudah lenyap di telinga. Pergi menjauh dan keluar dari kastil mewah ini.

Dan sekarang, saat Calista Kay membalikkan badannya, dia harus menghadapi satu permasalahan lagi. Yaitu suaminya sendiri, Keandre Niels.

Dengan tatapan dingin yang membuat ruangan dapat membeku, Calista bingung harus mulai dari mana untuk membujuk sang suami agar amarahnya mereda.

"Aa… itu ... Keandre…." Calista dengan gugup berjalan mendekati Keandre yang berdiri gagah di sana.

"Apa kali ini aku tidak akan bisa lari lagi dari pangeran es ini?" resah dalam pikiran Calista Kay.

"Jelaskan padaku! Apa kau akan pergi menemui kekasihmu itu?!" pertanyaan pertama mulai diajukan Keandre kepada Calista.

"Tidak! Tentu saja tidak!" Calista langsung menyangkalnya. Tentu itu tidak benar, jika dirinya mau pergi untuk menemui Jason Collin lagi.

Tapi sepertinya masih ada banyak keraguan di mata Keandre. Rasa tak percaya masih timbul tentunya. Akibat sebelumnya sudah sering dikhianati kepercayaannya, Keandre jelas sangat sulit mempercayai perkataan Calista yang sudah tidak ingin menemui kekasih lamanya itu.

"Percayalah Keandre…. Aku mana mungkin mau bertemu dengan pria itu lagi," ujar Calista sambil memegang tangan Keandre.

Sebisa mungkin membujuk sang suami agar percaya semua perkataannya itu.

Dengan bertingkah manja dan polos, tatapan mata yang penuh dengan harapan, kelakuan Calista Kay sangatlah menggemaskan di mata Keandre Niels.

Sungguh merasa gemas sampai pipinya memerah merona akibat tingkah istrinya itu. Seakan tak tega bila harus marah padanya.

"Ingat! Jangan pernah menemui pria itu lagi!" Keandre berkata dengan tegas, tapi wajahnya dipalingkan tak menatap ke arah Calista yang ada di depannya.

"Iya, iya." Calista mengangguk dengan cepat.

"Suamiku memang yang terbaik….!" betapa senangnya Calista, yang akhirnya berhasil meredakan amarah dari pangeran es ini.

"Oh iya, ada satu hal yang ingin kukatakan padamu." Calista sepertinya sedang mengingat sesuatu.

"Sudah lama aku tidak kembali ke keluarga Kay, aku ingin pulang menemui Ayah dan Ibu. Apakah bisa kau mengizinkanku?"

Ternyata ingin kembali ke rumah yang sudah membesarkannya selama ini. Calista Kay meminta izin untuk kembali ke rumah orang tuanya. Semenjak ia menikah, tidak pernah sekalipun kembali ke rumah lamanya.

"Tidak! Kau tidak boleh keluar dari sini! Jika merindukan keluarga Kay, undang mereka untuk datang ke sini." Keandre menolak permintaan sang istri cantiknya itu.

Walau alasannya baik ingin menemui orang tua, Keandre Niels masih tetap tidak mengizinkan Calista Kay untuk pergi keluar. Jika bukan Keandre yang mengajaknya sendiri, Calista dilarang pergi kemanapun tanpa izinnya.

"Mana bisa hanya mengundang mereka yang datang kesini. Aku merindukan rumah besar keluarga Kay, aku ingin pergi ke sana," ujar Calista dengan cemberut.

Mengecewakan, ia tidak mendapatkan izin dari sang suami untuk pulang menemui orang tuanya. Calista saat ini sepertinya sangat merindukan rumah lamanya itu.

"Hm, kalau begitu kau pergi bersamaku. Kita pergi mengunjungi keluarga Kay." Calista memiliki saran lain untuk bisa pergi.

"Kita…." Keandre tertegun mendengar perkataan wanita yang sedang membujuknya itu.

"Ini pertama kalinya dia mengajakku ke rumah keluarga Kay," batin Keandre yang sedikit tersentuh.

Memang sudah mengalami kemajuan pesat hubungan diantara Calista Kay dan juga Keandre Niels. Calista sudah menyatakan hubungan resmi mereka. Walau awalnya selalu menentang, kini Keandre merasa senang karena akhirnya sang wanita tercinta mau mengakuinya juga.

"Kalau begitu kita bisa pergi besok, pergi ke rumah besar keluarga Kay," ujar Keandre.

Baca juga bab selanjutnya ya.