Suatu hari, di sebuah tempat yang jauh dari peradaban manusia.
Terdapat beberapa orang yang terlihat sedang melawan sesuatu karena ke empat orang itu terlihat sangat kelelahan dan tempat mereka berada juga sudah hampir tidak berbentuk sempurna.
Di hadapan ke empat orang itu, terdapat sosok yang terlihat sangat mengerikan dengan hawa hitam yang mengelilingi orang itu.
Makhluk yang mengerikan itu sepertinya adalah musuh dari keempat orang yang sedang kelelahan di sana.
selagi sedang berlutut dan penuh luka, makhluk yang mengerikan itu berbicara kepada keempat orang itu.
"Kughh, sial! Bagaimana aku yang kuat ini bisa di kalahkan oleh manusia seperti kalian!"
"Heh, padahal kau sudah kelihatan sekarat tapi kau masih saja bersikap sombong."
Orang yang membalas perkataan mahkluk mengerikan itu adalah seseorang berambut putih yang mengenakan sebuah jubah dan juga memegang sebuah tongkat sihir.
Pria itu membalas perkataan makhluk itu dengan sedikit memprovokasinya.
"Heh, lihatlah siapa yang berbicara. Di bandingkan dengan luka kalian, luka ku ini bukanlah apa-apa. Aku masih memiliki kekuatan yang cukup banyak untuk mengalahkan kalian se-"
"Berisik sekali kau, sekarang Lea!"
"Baiklah!"
Tanpa menunggu makhluk itu selesai berbicara, orang berambut putih itu memanggil nama rekan nya yang berada di bagian paling belakang dan mengaktifkan suatu sihir yang di bantu oleh pria berambut putih itu.
"Apakah kau masih bisa Lea?!"
"Tenang saja, aku tidak apa-apa, Kai."
"Baiklah, ayo kita mulai."
"Ya."
""Dimensional Gate!!!""
Saat kedua orang itu mengucapkan suatu mantra, sebuah gerbang yang sangat besar dan terlihat kuat, muncul di belakang makhlukn yang sedang terlihat terkejut itu.
"Apa?!! Ini adalah sihir dari pahlawan pertama?!!"
"Ya, mustahil bagi kami untuk mengalahkanmu, jadi kami menggunakan cara yang sama dengan yang di lakukan oleh pahlawan pertama, yaitu menyegelmu!"
"Sialan!!"
Setelah mendengar penjelasan singkat dari pria berambut putih itu, makhluk itu merasa kesal dan mencoba menembakkan suatu sihir yang terlihat sangat kuat ke arah pria berambut putih itu.
"Sial."
Karena sedang fokus dengan sihir yang dia gunakan, dia tidak akan sempat untuk menghindari serangan itu.
Namun, tidak seperti yang di harapkan, serangan itu tidak mengenai pria berambut putih itu.
"Selama ada aku kau tidak perlu khawatir soal pertahanan!"
"Dean?!!"
Sebelum serangan itu mengenai pria berambut putih itu, seorang rekannya yang terlihat agak besar itu melindungi pria berambut putih itu dengan perisai yang besar dan terlihat kuat.
"Kuhh, senjata ilahi sialan!!!"
Selagi merasa kesal karena serangannya tidak mengenai target nya, dia perlahan-lahan mulai terhisap kedalam gerbang besar yang ada di belakangnya.
"Tidak, ini belum boleh berakhir!"
"Tidak, ini sudah berakhir. Sekarang, Alan!!!"
Tepat setelah sinyal dari pria berambut putih, seorang pria berambut perak melesat dengan kecepatan yang hampir tidak bisa di lihat itu, tiba di depan mahluk itu dan bersiap menyerangnya.
"Terimalah ini!!"
Tanpa bisa melindungi dirinya, mahluk itu terkena tebasan dari pedang pria berambut perak yang terlihat bercahaya itu dan mulai terhisap ke dalam gerbang itu.
Dan, setelah beberapa saat makhluk itu pun telah terhisap sepenuhnya ke dalam gerbang itu.
"Akhirnya....."
"Iya.."
"Ini adalah kemenangan kita!!!!!"
Ketiga orang itu terlihat sangat gembira dengan hasil pertempuran yang mereka lakukan itu.
itu bukanlah pertempuran yang biasa, itu adalah pertempuran antara party pahlawan melawan dewa jahat yang terlepas dari segel yang menyegelnya selama beberapa ratus tahun.
"Akhirnya, umat manusia bisa selamat."
Gadis yang membantu pria berambut putih tadi, yang bernama Leana dia adalah seorang yang menyandang gelar gadis suci dan bertugas untuk mendukung para rekannya. Dia sedang bersujud dengan lemas dan berlinangan air mata kebahagiaan.
"Ya, meskipun kita tidak bisa mengalahkannya sampai musnah, setidaknya kita bisa menyegelnya untuk beberapa ratus tahun."
Orang yang mengatakan itu adalah orang yang menebas makhluk tadi, pria berambut perak itu bernama Alan. Dia adalah orang yang memegang gelar pahlawan dan kunci dari party pahlawan ini. Hanya sang pahlawan saja yang bisa memegang pedang suci untuk menebas makhluk itu
"akhirnya, tidak hanya seluruh umat manusia, keluarga ku juga akan aman dan aku akhirnya bisa menikmati waktu bersama keluarga ku tanpa perlu khawatir akan apapun lagi."
lalu, pria yang menyebutkan tentang keluarganya itu adalah Dean, dia adalah seorang tanker yang bertugas untuk melindungi partynya dan dia juga mempunyai ketahanan terkuat di pertynya.
"Tidak, masih belum."
Lalu, ada seorang pria yang masih memiliki ekspresi serius bahkan saat musuh nya itu sudah tidak terlihat. Dia adalah Kai seorang yang dipanggil-panggil sebagai penyihir agung.
Saat ketiga rekannya sedang berbahagia, dia tetap berdiri dengan ekspresi serius terlihat di wajahnya.
"Apa yang kau bicaraka-"
""-----!!!!"
Saat ketiga orang itu sedang heran dengan yang di katakan oleh Kai.
Ketiga orang itu seketika terdiam dan membeku.
"Apa-apaan ini."
"Oi, apa maksudnya ini."
"K-kenapa..."
Ketiga orang itu sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat itu.
itu karena...
"Kenapa gerbang itu masih belum menutup?!!"
Leana lah yang pertama kali mempertanyakan tentang gerbang yang tidak menutup itu.
"bukankah gerbang itu akan menutup setelah target nya telah terhisap?"
"Itu karena aku sengaja membiarkannya masih terbuka."
""Apa?!!!"""
Ketiga orang itu sangat terkejut dengan pernyataan Kai yang tidak mereka duga itu.
"Kenapa kau masih membiarkannya terbuka, Kai?!!"
"Ini buruk, Jika kau masih membiarkannya terbuka mana mu akan semakin tersedot!"
"Itu karena ini masih belum selesai."
"eh?!"
Semua orang segera terdiam saat melihat ekspresi serius yang muncul di wajah Kai.
"Apa maksudmu?!"
"Kita masih belum menang, karena dia masih belum di kalahkan."
"Apa maksudmu?!"
"Tunggu dulu, Kai jangan-jangan kau..."
Tidak seperti Dean dan Alan, Sepertinya Leana mengetahui niat Kai yang sebenarnya.
"Ya, Aku akan memasuki gerbang itu dan mengalahkannya di sana."
"Apa?!!!"
"Hei, Kai kau bercanda kan?!"
"Apakah kau melihat kalau aku sedang bercanda?"
"Dari cara bicaramu tadi, apakah kau bermaksud mau mengalahkan dia sendirian?!!"
"Ya."
"Apakah kau mau mati?!!"
"Ya, tidak hanya mau pergi mengejar dia, bahkan kau ingin mengalahkannya sendirian?!!
Ketiga orang itu sangat heran dengan niat Kai yang ingin mengalahkan makhluk itu sendirian.
Melawan makhluk itu saat mereka berempat saja sudah membuat mereka mengalahkan. Dan Kai ingin mengalahkan mahkluk itu sendirian. Tentu saja mereka bertiga berpikir kalau itu adalah tindakan bunuh diri.
"Aku pernah menemukan sesuatu di buku, di sana di katakan kalau saat mahluk itu masuk kedalam gerbang itu maka kekuatannya akan berkurang, jadi aku merasa kalau ini adalah kesempatan untuk mengalahkannya."
"tapi ide mu untuk mengalahkan dia sendiri itu-"
"Aku tidak punya pilihan!!"
"---!"
Tanpa membiarkan Alan menyelesaikan kalimatnya, Kai berteriak yang membuat ketiga orang itu terkejut.
"Aku tidak bisa membiarkan kalian yang bahkan sudah tidak mampu berdiri untuk ikut denganku."
"Itu bukan berarti kau bisa mengalahkannya sendiri!!"
"Tenang saja, lagipula aku ini sang penyihir agung."
"""---!""""
Ketiga orang itu terkejut saat Kai mengatakan gelarnya itu.
mereka sangat terkejut karena selama ini Kai tidak pernah mau menerima gelar itu berapa kali pun dia mendengar orang-orang memanggilnya dengan sebutan Penyihir agung.
"Tenang saja, aku masih mempunyai beberapa item untuk memulihkan ku."
"Kai."
"Aku tidak ingin melibatkan kalian karena kalian adalah orang yang berharga bagiku. Dean, Kau sudah memiliki keluarga dan kau akan segera mempunyai anak kedua mu."
"Kuhh."
"Alan dan Leana, Kalian sudah menikah juga dan mempunyai dua anak kembar jadi aku ingin kalian fokus merawat Mereka dan juga Alan, kau adalah seorang raja sekarang jadi banyak orang yang membutuhkanmu."
"Tapi aku juga seorang pahlawan! jadi aku harus mengalahkannya bersamamu."
"Tidak, aku tidak ingin Firia, Liliana, dan juga Abel kehilangan orang tua mereka, jadi aku akan menyelesaikan ini sendiri."
"Kai...."
"lalu, berikan pesan ku kepada Liliana dan Firia. maaf aku tidak bisa bermain bersama mereka besok."
".... Ya, akan aku pastikan Liliana menerima pesanmu."
"terima kasih, Alan."
"Firia pasti akan menangis mendengar ini."
"kalau begitu tolong tenangkan dia, Dean. lagipula kau ini adalah ayahnya."
Saat ketiga orang itu sedang merasa sedih dengan Kai yang akan meninggalkan mereka, Kai mengingat sesuatu dan berbicara kepada Alan.
"Alan, satu hal lagi. sampaikan pesan ku kepada Nia, maaf aku belum pernah sekalipun mengajarkannya sesuatu dan bilang kepadanya kalau aku kembali aku akan mengajarinya dengan serius. lalu aku senang dia menganggap ku sebagai gurunya."
"Ya.... aku berjanji akan menyampaikan pesan mu."
"terima kasih. Jika aku kembali, mari kita semua minum bersama lagi."
"""Kai...."""
Ketiga orang itu sedang menahan air mata mereka yang mulai menetes saat Kai mulai menitipkan pesan kepada mereka semua.
"Satu hal lagi, Lindungilah kerajaan Arslannia agar aku masih punya tempat untuk pulang."
"Kuhh..."
"Ya, pasti lagi pula aku lah rajanya jadi aku akan melindungi kerajaanku."
"Oh, aku akan meminjam pedangmu ini."
Kai mengambil pedang yang di gunakan oleh Alan tadi dengan santainya.
Semua orang di sana tidak terkejut dengan kejadian itu, mereka memang sudah tau kalau Kai sang penyihir, entah kenapa bisa menggunakan pedang milik Alan yang hanya bisa di gunakan oleh orang yang memegang gelar pahlawan.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi."
Saat Kai mulai menjauh dari Ketiga rekannya dan menuju gerbang itu dia mendengar namanya di panggil.
"Kai! Kembalilah dengan selamat dan kita akan merayakannya!!"
"Ya, aku berdoa akan keselamatanmu!!"
"Semoga kau bisa kembali dan kita akan melakukan pertandingan ulang!!"
Lalu, setelah ketiga orang itu selesai mengatakan hal yang mereka ingin katakan, mereka mulai menarik nafas dan berbicara dengan bersamaan.
"""Kai, selamat jalan!!!"""
".....Ya, Aku berangkat"