Chereads / Mengukir Takdir / Chapter 29 - Tertawa

Chapter 29 - Tertawa

Di Villa keluarga Shen yang nyaman dan hangat.

Shen Xi sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya di atas meja teh di ruang tamu. Ketika ia mendengar suara mobil di depan rumah, Ia mulai menajamkan telinganya dan bergegas keluar dengan membawa sesuatu.

"Xixi, di luar gelap. Pelan-pelan!" Teriak Yun Jinping. Ia melihat putrinya berlari keluar seperti macan tutul kecil. Xixi memiliki hubungan yang baik dengan paman di sebelah, setiap hari anak itu menyapa paman kesayangannya itu.

Shen Xi memanjat dinding, kemudian memperhatikan mobil yang berhenti di pintu rumah sebelah. Ia pun bersembunyi dengan penuh semangat.

Di sana, Kun Lun yang sedang mendorong Li Yuan ke dalam rumah tanpa sadar melihat ke arah dinding. Ia tidak melihat gadis kecil tetangganya di dinding, ia merasa sedikit kecewa.

Sejak pindah ke sini, gadis kecil itu selalu menyapanya dan bos besarnya setiap pagi dan sore tanpa berhenti.

Gadis kecil itu selalu mengirimkan sarapan setiap pagi jika ada menu baru. Jika tidak ada, gadis itu hanya mengucapkan selamat jalan kepada mereka sebelum berangkat ke sekolah.

Setiap sore sepulang sekolah, gadis itu juga selalu datang untuk menyapa mereka. Ia akan bercerita kepada bos besar tentang hal baru yang terjadi di sekolah. Jika tidak ada yang bisa diceritakan, gadis itu hanya akan duduk di dinding sambil menghafal teks dan berlatih bahasa inggris lisan.

Kebiasaan itu menular, setiap pagi dan sore ia selalu menemani bos besarnya di sudut rumah, menunggu gadis itu muncul.

Tapi hari ini ada urusan yang harus diselesaikan hingga membuat mereka pulang malam. Sudah pukul sepuluh malam, gadis itu juga harus sekolah besok pagi, pasti ia tidak akan datang untuk menyapa.

Tapi Li Yuan menggulingkan kursi rodanya lurus ke arah dinding.

Ketika Shen Xi mendengar suara kursi roda semakin dekat, ia spontan berdiri. Lampu di belakangnya menyala, ia berteriak dengan suara yang ceria dan menyenangkan, "Kakak, lihat kelinci kecil ini!"

Li Yuan melihat ke arah cahaya. Shen Xi membuat bayangan kelinci di dinding dengan tangannya.

"Elang, terbang!"

"Serigala abu-abu besar, auuu!"

"Kambing, mbek... mbek~"

"Anak anjing, guk, guk ~"

"Babi, ngok, ngok~"

"Kucing, meong ~"

Li Yuan hanya terdiam melihat gadis itu membuat berbagai bayangan hewan dengan tangannya, lalu menirukan suara mereka.

"Sapi tua, muu, muu~"

"Keledai kecil, ngik, ngik~"

Ketika Li Yuan mendengar ini, ia tidak bisa menahan tawa.

Shen Xi mengira dirinya salah dengar, seketika gerakannya pun terhenti dan menatapnya, "Kakak, apakah kamu tertawa?"

Li Yuan sudah mengembalikan ekspresinya dan menggelengkan kepala pada Shen Xi.

Shen Xi, "Tidak, kamu memang tertawa."

Li Yuan memandang Kun Lun, "Aku tertawa?"

Kun Lun menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kamu memang tertawa, Tuan. Setelah itu ia secara spontan mengakui asal suara itu, "Nona Shen, aku yang tertawa."

Jika tertawa ya tertawa saja. Li Yuan merasa itu memang menyenangkan, gadis ini menirukan suara keledai dengan sangat mirip!

Shen Xi menatap Li Yuan dengan rasa ingin tahu, dan tiba-tiba mulai lagi, "Ngik~ Ngik~"

Li Yuan benar-benar tertawa kali ini.

Ketika pria itu mulai tertawa, suaranya terdengar hangat namun dingin, bagaikan bunga yang mekar di musim dingin, seolah mampu mengejutkan orang lain.

Shen Xi melihat Li Yuan dengan tatapan bodoh, kemudian bergumam dengan suara kecil, "Kamu tertawa!"

Li Yuan berdehem rendah dan mengakui.

"Kakak, saat kamu tersenyum terlihat sangat tampan. Bisakah kamu berjanji padaku, ke depannya lebih banyak tersenyum," kata Shen Xi sambil menatap Li Yuan dengan dagu terangkat. Kemudian berkata dengan serius, "Jika kamu mau berjanji, aku bisa membuatkan bayangan binatang untukmu setiap hari."

Li Yuan meliriknya dan menjawab, "Ini sudah larut. Pulanglah dan istirahat!"

"Kakak, aku punya kabar gembira yang ingin kusampaikan padamu." Shen Xi menatapnya sambil tersenyum, "Sutradara membaca naskahku dan memintaku untuk membicarakannya besok!"

"Hm." Li Yuan menatap gadis kecil yang bertumpu di dinding itu dengan tatapan yang hangat.

"Kakak, ini adalah hadiahku untukmu, tapi kamu harus berjanji padaku, kamu tidak boleh membacanya!" Shen Xi pun mengeluarkan sebuah buku.