Jadi cerita ini sudah menyebar, ramai orang memperbincangkan. Ini terjadi, berawal dari ditemukannya
Sesosok mayat bernama Ranu.
****
Nama aslinya Renda Nur Aghni Fiza. Orang dikampung memanggilnya dengan nama Ranu. Seorang gadis rupawan berusia 20 -an, berlesung pipi, rambutnya terpotong tipis dipinggir dan matanya sangat aneh. Gadis belia berpupil segaris ini memperkenalkan diri, tetapi saat dia sedang memperkenalkan, banyak yang berkomentar saat melihat Ranu ini, karena banyak yang bilang: MATA RANU MIRIP SEPERTI MATA KUCING. hmm, seperti yang sudah dijelaskan...Mata Ranu memang seperti mata kucing.
Kedua orang tuanya tinggal di kampung, di daerah pesisir pantai utara, Karawang, Jawa Barat. Ow, iya, maaf sebelumnya, siapapun kalian, dimanapun kalian dimohon untuk mengirim doa buat almarhum si Ranu ini. Agar jasad Ranu ini lekas diketemukan dan bisa dikubur dengan sewajarnya. Nah, hanya Sedikit keterangan yang aku bisa bagi buat kalian. Karena Tidak ada yang tahu pasti, bagaimana asal usul si Ranu ini. Ataupun, seperti apa sosok Ranu kini yang konon dalam penelusuran kembali menjadi satu-satunya jasad korban pendakian Gunung Butak, Jawa Timur yang masih belum diketemukan.
Sebagian warga mengaku bermimpi ditemui Si Ranu ini paginya ditampakkan sesosok bayangan, bayangan ini berdiri di samping pohon, sosok ini mengangkat tangannya seperti hendak memberikan sesuatu. Nah, Seiring sosok perempuan ini mengangkat tangannya yang ternyata itu adalah bangkai belatung bercampur darah dan disaat yang sama, terdengar suara Geraman." Cabutkan Belatiku!!" Lah, warga yang mendengar suara itu mendekatkan telinganya lagi, fokus. "Cabutkan.…Belati..ku!!" Geraman Suara ini semakin jelas, sangat sangat jelas. Disitu, Warga ini langsung ingat terkait mitos jika ada suara sosok ini terdengar jauh, berarti sosok ini sudah dekat. Dan sebaliknya, jika mendengar suara sosok ini terdengar dekat berarti sosok ini menjauh. "Cabut.…Cabut.…Cabut.…Cabutkan Belatiku!!" Benar saja, saat itu entah suasana memang kebetulan sudah larut atau hanya firasat saja. Ada kibasan angin yang datang entah darimana ini menerpa punggung Warga tersebut, padahal di desa ini bangunan dibuat dengan tak berventilasi sehingga lambat laun tembok ini lembab dan sudah banyak ditumbuhi tumbuhan lumut yang menambah kengerian.
Sebut saja warga ini namanya Minto. Sebab hal ini aku lakukan agar tidak ada hal menyulitkan kedepannya. Lanjut cerita, Pemuda berkumis tipis, kurus, berambut cepak ini tidak berani melirik, perasaan dia saat itu berkecamuk antara sedih mual takut bercampur aduk jadi satu, sebelum bercerita Minto ini menyediakan Dupa, Sesajen, Dan tidak lupa dia menyediakan segelas kecil berisi cairan berwarna merah, awalnya aku berpikir ini pasti air sirup...ini pasti air orson. Seperti tahu apa yang aku bathin, Kepala Minto ini menoleh, matanya yang cekung menatap diriku sambil berkata. "Ini darah...ini darah seorang perawan yang lahir Selasa Legi." Mendengar si Minto ini berkata seperti itu, bulu-bulu tipisku menegang. Akhirnya aku beringsut mundur, dan Minto mulai bercerita.
Jadi Malam itu, Malam Selasa Pahing, si Minto ini melanjutkan bercerita. Saat mulut Si Minto ini hendak meluncurkan kalimat, bercerita. Kedua mataku ini melihat Si Minto ini sedang bergumam seperti sedang berbincang-bincang, kedua tangannya dijulurkan ke depan. Nggak lama kemudian, aneh tapi nyata. Dari ujung kuku-kuku Si Minto ini mengalir cairan kemerah merahan. Aku mencoba tetap kalem, mencoba tidak mengganggu keduanya berbincang. Tetap berpikir jernih.
Sambil fokus memperhatikan kejadian-kejadian ganjil didepannya ini Kedua telinga Aku merasakan hembusan angin seperti sedang disebul-sebul berulang kali oleh sosok di belakang. Jadi posisi aku ini berada di ruang tengah, sisi sebelah kanan ada ruang interogasi dan toilet dan ruang sholat dan sisi lainnya ruang penjara dan ruang tunggu. Seolah teror ini terus menguntit diriku, ada suara geraman, geraman ini seperti suara kakek-kakek."Minto...Minto!!" Setelah mendengar suara ini Minto ini menjawab." Iya.…" Malam ini, untuk pertama kali sepanjang karirku merasakan suasana ruangan ditempat ini berubah sangat sangat lembab dan menjijikan. Suasana yang lembab dan menjijikan ini banyak sekali ditemui jika kalian mendatangi desa-desa yang sudah ditinggal oleh pemiliknya.
Lanjut cerita. Nggak lama kemudian, Ekor mata Minto ini seperti melihat sebuah tubuh, tubuh itu setara tingginya dengan warga, sosok yang entah tak punyai kepala atau memang sedang menunduk. Saking penasarannya, Minto ini balik badan.
Di sana, setelah Minto ini balik badan, di depan kaca pintu dekat dapur itu terdengar bunyi."Hmmmmm!!! Hmmmmm!! Hmmmmm!!" Minto ini ingat betul, bagaimana wujud sosok ini yang konon adalah seorang perempuan dengan salah satu matanya yang gosong. "Hmmmmm!!!" Sosok ini menggeram seperti hendak mengatakan sesuatu."Hmmmmm!!" Kedua mata Minto ini melihat arloji, pukul 20.00 WIB. Dirasa suasana kian panasBayangan di balik kaca pintu dapur ini lagi lagi mengeluarkan bunyi.
"Cabut.…Cabut.…Cabut...!!" Suara berat, Geraman ini terdengar seperti merintih, merintih yang sangat tak bisa dibendung.
"Cabut...Cabut.…!" Nah, si Minto ini menghela nafas dalam-dalam, dia ini lalu melangkah perlahan, berjingkat menuju pintu dekat dapur."Apakah dia, Ranu..." Bulir bulir keringat ini berlomba lomba memenuhi seluruh wajah Minto, dia ini menghela nafas sambil perlahan membuka pintu, SSSSRRREEEET.… di situ, Kedua mata Minto ini melihat, yang diliat Minto ini ada bayangan lagi, bayangan ini membentuk sesosok makhluk, sosok ini lelaki. Nggak lama kemudian, dari arah luar pintu ini Minto mendengar. "Minto .. .Bul bul." Bul bul... Minto ini kaget setelah mendengar kata tersebut, Bul bul. Dan disaat, si Minto ini membuka pintu seperti mendobrak dengan satu tangan yang lain memegang belati, ternyata tidak ada siapapun, kosong. Lalu, kemanakah bayangan yang tadi di lihat oleh Minto baru saja berdiri dibalik pintu. Dengan diliputi perasaan was-was, Minto ini memeriksa sudut demi sudut rumahnya, sama sekali kosong.
Saat itu, sekitar pukul 23.34 WIB. Sudah menjadi kebiasaan Si Minto ini buat mendengarkan rubrik berbahasa Jawa dari siaran radio favoritnya. Hampir setiap habis pulang dari mencangkul dan kesibukan lainnya di sawah. Entah secara kebetulan atau bagaimana, mendadak Si Minto ini pamit ke teman-teman petani lain buat pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan, si Minto ini berpikir mengapa dia sangat sangat ingin pulang lebih awal. Banyak warga yang berpapasan dengan si Minto ini menutup hidung dan menjauh dari diri Minto. Sesampainya di jembatan kecil di bawahnya ini ada sebuah aliran sungai yang arusnya deras. Si Minto ini heran mengapa banyak warga yang menutup hidung dan sesekali mual-mual. Sambil tertawa terbahak si Minto ini berpikir mungkin ini karena udah empat hari lupa buat mencuci baju. Untuk menghilangkan prasangka buruk, si Minto ini senyum sambil tertawa terbahak, namun diam-diam penasaran dengan tingkah warga yang kian aneh, semua warga ini siap-siap menutup hidung jika lewat didepan si Minto dan tak sedikit warga ini mual-mual, muntah..
Karena Si Minto ini merasa perasaan, tangan Si Minto ini menghalangi beberapa orang yang sedang berjalan ke arahnya. Rombongan warga ini berhenti, kemudian rombongan warga ini diam dan enggan menoleh ke Si Minto, rombongan warga ini saling bertatapan. Ditengah-tengah suasana siang hari yang begitu panas, ada sosok perempuan maju ke depan, perempuan ini mengangkat tangan seperti menunjuk sesuatu. Si Minto yang memang baru pertama melihat sosok perempuan ini mengatakan.
"Heh! Jangan tunjuk-tunjuk sembarangan." Raut wajah Si Minto yang berkeringat dan lelah ini kian emosi. Kemudian si Minto ini mencaci maki sosok perempuan yang ada didepannya. Nah, saat perempuan ini tangannya diturunkan paksa oleh Minto. Si perempuan ini seperti sedang menunjukkan sesuatu saat dia menunjuk-nunjuk di pundak Si Minto. Air muka Minto yang awalnya memerah seketika diam, berganti dengan raut wajah pucat pasi seperti mayat dan menggigil. Sejumput nanah bercampur darah dan belatung. Belum hilang, Minto ini merasakan rasa gigil di sekujur tubuhnya, pelan-pelan ekor mata Si Minto ini menatap ada serabut wajah, wajah ini menurut kesaksian Minto seperti wujud perempuan, sosok perempuan ini berwajah hancur, tersenyum, senyumnya itu aneh, mendekati seram. Di Dalam sela-sela gigi yang tidak beraturan bentuknya ini Ada puluhan belatung dan bulir-bulir telur, meluncur deras dari dalam mulut sosok itu. Banyak penafsiran, terkait Bulir Telur ini ada yang berpendapat bahwa bulir telur ini bekas kunyahan yang suka disimpan si Ranu ini. Sedangkan tafsiran lain, bulir telur ini telur dari belatung tanah yang hidup di dalam tanah.
Sesudahnya, Minto ini sibuk memeriksa seisi rumah, fokus. Ada suara mendesah, suara ini datangnya dari arah bagian belakang, "Minto..." Si Minto ini langsung berlari menghampiri suara tersebut dengan bercucuran buih tulus memenuhi kelopak matanya. Buih itu mengalir seperti membasahi sanubari yang kering. Ada gambaran perasaan gundah sedih kalut kecewa bercampur jadi satu setiba Minto ini dilantai dua. Dari mulut Pemuda berzodiak Aries ini meluncur kalimat "Ibu." Disitu Minto ini melihat ada sesosok perempuan berbaju kemben, berambut putih panjang terurai, raut wajahnya pucat ini berdiri membelakangi Minto."Ibu, kaulah itu." Pemuda yang sering dijuluki Badan Lidi oleh temannya ini hanya bisa menangis, menangis sejadi-jadinya. Saat Minto ini sedang menangis, Perempuan beraut wajah pucat ini menggumam, entah apa yang digumamkan. Semenjak dia menggumam, Minto ini merasa ada sesosok lelaki, lelaki ini awalnya berada dua puluh meter di belakang sambil memegang belati.
Degup jantung Minto ini berdebar, dia menelan ludah kuat-kuat, dan raut wajahnya ini pucat. Pada saat sesosok lelaki ini sudah berada tepat di belakang perempuan tersebut. Entah mengapa mulut Minto ini seperti terkunci. Tiada kata sepatahpun meluncur dari mulutnya. Di sana, Sosok lelaki yang sudah berdiri dibelakang perempuan itu, mengangkat lengan kanannya.
Suasana saat itu sudah mendekati pukul 02.00 wib.
Di pukul 02.00 inilah, Si Minto ini mengalami kejadian kejadian ganjil dan mencekam. Kedua mata Minto ini terlihat sudah mengantuk dan entah antara sadar atau nggak, Si Minto ini mendengar ada suara perempuan, perempuan ini seperti sedang merintih, merintih yang sangat hebat, merasa penasaran, Si Minto ini bangkit berdiri, kemudian berjalan mencari asal suara tersebut. Dia melangkah dengan berjingkat, ssesampai di lantai dua, rintihan ini Kian didengar kian pilu, dan saat itu, rintihan ini terdengar sangat sangat menyayat sambil sesekali kedua mata Minto ini menyapukan pandangan kiri kanan. Dan kini si Minto ini mendengar lebih jelas suara rintihan tersebut. "Toooollllooooooing...toloooooooong.….Tolooong aku."
Di Waktu yang sama, ada suara di Selasar pondok. 'Tuuukk...tuuukk.…tukkk!' si Minto ini tetap kalem, dia lanjut bercerita bagaimana wujud sosok Ranu ini dan saat dia sedang menceritakan lebih jauh, Suara-suara itu Dan tanpa disadari, perlahan si Minto ini merasakan ada sentuhan. Sentuhan ini awal mulanya datang dari punggung belakang, setelah sentuhan ini telah sampai di sekitar pusar, si Minto ini menjerit, entah bagaimana menjelaskanya, saat itu, kedua tangan yang berada di sekitar pusar ini berubah arah seperti mencakar. Nggak lama kemudian, si Minto ini mengerang, semakin tangan atau cakar itu merobek perut si Minto ini mengerang seperti merasakan sakit yang melebihi tertusuk lima bilah pedang sama panjang: KKRRRAAAKKK!! Semakin lebar perut ini dicakar semakin keras erangan dari Minto. Selama isi perut Minto ini di cakar diacak-acak, semua organ dalam ini perlahan memburai keluar. Di sana, saat menjelang ajalnya, Batok kepala si Minto ini mengalami luka-luka, dari luka-luka itu muncul darah segar dan ribuan sumsum otak tulang belakang sudah tercecer di lantai seperti kubangan.
Dengan sedikit memaksa, si Minto inilengan Si Minto ini mencoba meraih kedua tanganku dan aku ini yang masih bingung akan kondisi dan keanehan-keanehan yang terjadi seketika mengiyakan dan menjabat tangan Minto. Di sela-sela, lengan Minto ini meraih tanganku, sontak ujung kuku jempolku ini merasakan ada bayangan serupa tangan dan entah mendapat bisikan darimana, kedua mataku kompak menatap tanganku yang menjabat tangan Minto. Kian ditatap kian muncul keanehan, keanehan ini berasal jabat tangan Minto. Sesekali mulut Minto ini tersenyum, sampai suatu ketika, saat Jemari tanganku ini merasakan gatal, sempat terlihat keanehan oleh kedua mataku, saat itu aku ini nggak curiga, tetapi saat Minto ini hendak bertanya, kedua mataku melihat seperti ada lima lengan ikut serta berjabat tangan.
Dan tangan itu berkuku panjang-panjang, dingin, dan lembab. Sambil berjabat tangan, aku ini berpikir siapakah pemilik kuku panjang-panjang ini, usai melihat itu, badanku mengalami gigil bercampur panas.