Chereads / Kisah Antonio Sandles / Chapter 3 - Yang di tunggu-tunggu

Chapter 3 - Yang di tunggu-tunggu

Di sebuah gedung pencakar langit, datanglah seorang lelaki tampan menggunakan mobil yang mewah dan menggunakan jas abu-abu cerah. Yaah, dia Antonio Sandles dia datang seorang diri. Mengeluarkan aroma ketampanan nya dengan tersenyum manis pada semua wartawan yang ada, walaupun dia sedikit malas datang ke acara seperti ini.

Dia berjalan dengan elegan dan tak melepas senyum di bibir manisnya.Menyusuri lorong gedung seorang diri dan terlihat sangat tampan rupawan dengan tangan di dalam kantong celana nya.

Ada mobil yang datang, Antonio dan wartawan lain menengok secara bersamaan. Siapa yang datang? Ternyata Valent turun dari mobil Sport, menggunakan gaun merah yang merona. Tentu saja membuat Antonio terpukau.

Valent langsung menghampiri Antonio, dan tersenyum manis sekali ke arah wartawan.

"Hai suamiku," Valent mencium bibir suaminya dengan tersenyum. Antonio membalas ciumannya dan memegang pinggan istrinya.

Romantis sekali, itulah yang disebutkan oleh para wartawan. Kini semua wartawan telah salah karna berita yang beredar, istri dari pengusaha kaya itu penyuka sesama jenis, kini semua telah terjawab jelas di depan mata.

"Hai Nona, kau sangat cantik. Tak salah tuan Antonio memilih dan jatuh cinta ke anda." Puji dari salah satu wartawan, membuat Valent tersenyum dan meletakkan kepalanya di dada sang suami. Antonio sangat senang saat istrinya datang.

Mereka lalu duduk di meja khusus untuk pengusaha. "Terimakasih ya, kau sudah datang." Antonio tersenyum bahagia dan mencium tangan istrinya.

"Ya, aku tidak mau sampai karier mu jatuh sayang, apakah boleh aku pergi? Aku mau bersama teman-teman ku. Kurasa drama ini sudah cukup." Antonio hanya menghela nafas, terasa sesak sekali tapi Antonio tersenyum dan menggangguk karna wartawan masih menyorot mereka.

Valent pun tanpa rasa bersalah mencium bibir suaminya sekali lagi dan pergi dari acara. Dia mau berkencan dengan teman-teman wanita nya. Antonio tak masalah karna yang ditemui adalah wanita. Tapi rasa sesaknya tak kunjung padam saat melihat Valent pergi dan tersenyum menyapa wartawan.

"Heii kak, kenapa kau tampak murung? Sudah istrimu memang begitu, aku kasihan melihatmu dan aku kasihan melihat junior selalu tidak dipakai. Aku ada wanita, itupun kalau kau mau?" Renald mencoba untuk membujuk kakak nya agar tidak bersedih. Antonio menatap mata adiknya dengan lekat.

"Apakah dia bagus?" Tanya Antonio tanpa basa-basi. Sang adik pun tersenyum "Ya, dia adalah wanita yang sangat bagus, tubuh dan wajahnya pasti kau suka. Aku jamin itu kak. Sebenarnya aku mau memakainya, tapi melihat mu aku jadi iba." Goda sang adik, Renald itu memang tau keadaannya saat ini.

Antonio mulai tertarik apa yang dikatakan adiknya ini."Suruh dia nanti malam ke kamar hotelku, berikan ini padanya." Renald mengambil Gold cart dari kakaknya.

Renald berjalan menuju meja Chysty, "Ini, untukmu kakakku mau kau bersamanya untuk malam ini. Heuh aku akan pergi." Hah apa kakaknya? Apakah Antonio Sandles? Chysty melihat Gold cart itu dan tersenyum bahagia.

Aku akan memberikan servis pijatan terbaik untuk pangeran impiannya. Chysty hampir saja loncat-loncat, jika dia tidak berada di pesta pasti dia kan melompat-lompat dengan kegirangan.

"Oh ya ampun, apakah ini nyata atau mimpi? Jika mimpi, jangan bangunkan aku. Aku akan bermalam di kamar hotelnya? Akan aku pastikan dia menjadi milikku, walau satu malam." Memikirkan itu Chysty sudah panas dingin, tubuh Antonio Sandles akan menjadi miliknya malam ini.

Chysty pun menampilkan tampilan terakhirnya. Selang 2 jam berlalu, ia keluar dari acara tersebut dan langsung menuju hotel milik Antonio Sandles. Chysty bersenandung riang sambil melihat Gold cart milik pria pujaan nya. Ia seperti hilang akal hanya berkhayal bagaimana tubuh Antonio yang akan dipijit olehnya.

Tak perlu waktu lama, Chysty pun sudah berada dilobi hotel dan menuju kamar hotel Antonio. Ia tak menyangka hari yang dia tunggu-tunggu ini akan tiba. Chysty membuka kamar menggunakan Gold cartnya, betapa takjubnya dia melihat isi kamar itu.

"Oh Tuhan, ini sangat luas dan sangat elegan. Aku salah satu wanita beruntung karna bisa datang dan masuk ke kamar hotel milik Antonio Sandles." Kata Chysty membuat dirinya sendiri jadi panas dingin dan aliran darahnya sudah naik turun. Chysty pun melihat-lihat seisi kamar itu.

Chysty berjalan ke arah balkon kamar yang mengarah ke pantai. Chysty membiarkan wajah nya tertepa angin malam. Suara pintu terbuka membuat Chysty melihat seorang lelaki berjalan dan duduk di sofa.

"Siapa namamu?" Tanya Antonio. Chysty sangat gugup karna dia sudah berada di satu kamar dengan lelaki pujaan hati nya.

"E..e nama ku Chysty-san tuan." Chysty memberikan senyum manis dan tertunduk. Dia tak berani menatap mata Antonio dia cukup gugup. Tapi dia merasa profesional dengan pekerjaannya. Walaupun dia hanyalah tukang pijit dan wanita bayaran.

Tetapi dia tidak mau sampai dia yang memaksa atau mengejar-ngejar laki-laki. Dia rasa harga diri harga mati dia tidak mau sampai disebut perebut suami orang.

"Apakah bisa kau pijit pundakku, aku lelah setelah acara itu." Chysty pun berjalan ke arah Antonio dan membawa minyak zaitun dan aroma terapi Lily. "Kau mau pakai minyak zaitun atau aroma terapi Lily tuan?" Tanya Chysty sambil mengeluarkan minyak zaitun dan aroma terapi. "Pakai aroma terapi saja." Chysty pun langsung memijat pundak Antonio yang sangat keras. Terbukti lelaki ini sering berolahraga.

Antonio menikmati pijatan yang cukup enak ini, ia bisa menenagkan hatinya yang sesak karna istrinya. Antonio melirik Chysty, yang hanya memijat pada area yang dia suruh saja. Antonio suka wanita seperti ini walaupun dia hanya wanita tukang pijit tetapi tidaklah agresif.

"Sejak kapan kau menjadi tukang pijit? Pijitanmu lumayan enak." Pujian diberikan Antonio, mampu membuat Chysty tersenyum tapi ia menahan diri agar tidak terlalu senang. "Aku sudah lama tuan, aku sudah sejak kecil dituntut bekerja. Yaah, untuk biaya sehari-hari." Ujar Chysty dengan jujur.

"Apa pendidikan terakhirmu kalau boleh tau?" Tanya Antonio yang sudah memejamkan mata karna menikmati pijatan Chysty. "Aku S1 bidang Management Ekonomi di salah satu Universitas di negara ini." Ujar Chysty dengan jujur , ya dia rasa untuk apa ia menutup-nutupi semuanya.

"Oh, bisa komputer?"

"Bisa tuan." Chysty masih setia memijit pundaknya, karna dia tidak disuruh memijit bagian lain. Walaupun Chysty sangat ingin merasakan tubuh lain Antonio. Antonio mengangguk dan menyuruh Chysty berhenti.

"Tolong buatkan aku kopi, aku mau mandi dulu." Antonio berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Chysty langsung mencari dapur dan ternyata ada mesin kopi.

Ia pun membuat dua kopi untuknya dan Antonio. Cukup waktu sebentar kopi pun sudah siap. Antonio pun sudah selesai mandi. Ia hanya menggunakan handuk, aku langsung mengambil kaos dan boxer untuk ia pakai.

Untung saja ada beberapa pakaian di dalam lemarinya. Antonio pun tak sungkan memakainya di depan Chysty. Chysty panas dingin melihat bagaimana bentuk tubuh indah nya tercetak.

Mereka pun menikmati kopi di balkon sambil berbincang sampai tak melihat waktu yang terus berjalan.