"Memasak?" Haru sepertinya kebingungan ketika aku meminta nya untuk belajar memasak. Iya.. Itu karena makanan yang ia masak sudah tidak bisa dianggap makanan. Rasa nya yang.. Ah sepertinya kau harus merasakan nya sendiri. Aku tak bisa mengatakan itu buruk karena mau bagaimana pun itu adalah benda berharga, betul! Masakan seorang gadis adalah sesuatu yang berharga, apapun rasanya. "Tapi Haru sudah pandai memasak bukan, bahkan master sendiri yang mengatakan nya enak? Iyakan?" Sepertinya dia sadar diri akan ketidak mampuan nya dalam memasak. Sekali lagi aku tak mungkin menyakitinya dengan kata kata ku, "Iya.. Kamu kan hanya bisa membuat mie instan, nah, karena itu aku akan mengajarkanmu mengolah Mie itu menjadi makanan yang lebih mantap!" Ketika aku mengatakan itu, wajah gelisahnya berubah menjadi wajah senang. "Master! Haru ingin membuatkan ramen yang seperti Ramen itu! Ramen yang selalu master dan Haru kunjungi!"
Dia semangat lagi, syukurlah. Dan begitulah, perjalanan memasak Haru tidak berjalan mulus, pantas saja masakan nya selalu manis. Ternyata Haru tidak bisa membedakan garam dan gula. Hah, padahal tinggal dicicipi dulu. Iya seharusnya aku mengatakan itu, namun sebelum bibirku ini berbicara, Haru berbicara terlebih dahulu, dia berkata, "Maaf, Seharusnya Haru merasakan nya dulu, Maksud Haru, Seharusnya Haru mencicipinya terlebih dahulu sebelum memasukan nya kedalam kuah!" Wajah menyesalnya bisa ku lihat dengan mata telanjang. Aku mencoba menghiburnya dengan brrkata kalau meski manis masakannya akan selalu enak.
Begitulah, aku sadar diri kalau aku ini manusia, namun aku tak bisa berbohong kalau dirinya, Haru adalah AI yang sempurna, kecantikan nya bisa menutupi semua ketidakmampuan nya. Aku takkan bisa marah padanya, sepetinya Ayah sengaja menciptakan Haru untuk menguji kesabaran ku. Tanpa ku sadari aku menatap nya dari belakang dengan senyuman lembut. Dia sedang memotong sayuran, tangan nya masih sangat kaku dalam memotong. Dia benar benar seperti seorang bayi yang baru lahir.
Haru memiliki kebiasaan aneh, dia sangat ingin mandi bersama denganku. Aku hanya menurut, selain tak ada pilihan lain, ini adalah surga bagiku, EHM! Oke kembali ke pembahasan awal, Tenang saja, aku tak pernah melakukan hal bodoh padanya, aku tak ingin merusaknya. Sepertinya 30 menit berlalu, seharusnya Haru sudah menyelesaikan memasak itu. Dan benar saja, oh barusan aku pergi ke kamarku untuk mengambil ponsel dan duduk bermain game sebentar sambil menunggu Haru menyelesaikan masaknya. Dan benar saja, ketika aku kembali, meja makan sudah dihiasi dengan 2 mangkuk Ramen yang dibuatnya. Dari aromanya juga sudah terasa nikmat, Oh, Haru masih tidak bisa memakai sumpit sendiri sehingga dia masih menggunakan sebuah sendok dan garpu. Bahkan ketika pertama kali makan dia tak tau apa apa sehingga aku harus menyuapinya.
Sebenarnya waktu itu adalah kali pertama nya aku menyuapi seorang gadis, juga pertama kali nya tidur bersama seorang gadis sempurna sepertinya. Sial waktu itu aku hampir menyerangnya ketika dia sedang tertidur pulas, namun aku masih sempat mengendalikan diri sehingga yang kulakukan.. Ha-hanyalah mengecup keningnya. Dia sampai terbangun, namun untungnya waktu itu dia masih sangat polos dan masih tidak paham hal hal seperti itu.
Sudahlah kenapa bahasan nya malah menjadi ngeri gini. Ketika menikmati makanan yang dimasak oleh Haru, aku mendapatkan laporan dari ayahku tentang AI yang tiba tiba mengamuk di kota sehingga aku harus segera pergi menuju lokasi dengan membawa senapan AWM ku ini. Kehidupan ini benar benar tak bisa diajak damai, ketika aku menemukan kenyamanan hidup, selalu saja ada yang mengganggu seperti ini. Yang bikin kesal itu bukan karena misi nya, namun jumlah AI yang melebihi batas wajar, ada 15 AI rumahan yang tiba tiba mengamuk seolah olah program mereka sudah diambil alih.
Oke, saat ini kami sedang berlari dengan tergesa gesa, Haru sampai lupa memakai pakaian nya dan hasilnya dia hanya memakai sweater putih yang kuberikan padaku. Dia benar benar ceroboh, dia hanya mengenakan celana dalam dengan paha yang terbuka, jika saja orang orangtak tau siapa dia, habis sudah. Panggilan darurat terus menerus masuk kedalam ponselku. Sepertinya mereka sangat kesulitan, lalu apa gunanya diriku? Melawan AI sebanyak itu hanya menggunakan AWM? Jangan bercanda.
Haru sama sekali tak bisa bertarung, AIM nya benar benar buruk, ah aku jadi keceplosan untuk mengatakan hal terburuk itu. Tapi itulah kenyataan nya. Disaat kami berlari, Haru bertanya yang mana pertanyaannya tak bisa kujawab, dia bertanya, "Master, Sebenarnya siapa yang mencuri data dan kesadaran para AI itu? Apakah Haru juga akan menjadi korban juga?"
Haru.. Tunggu ini masuk akal, sepertinya mereka sengaja mengumpulkan AI untuk memancing AI yang berharga seperti Haru, mereka sudah menyiapkan ini dengan matang. Aku tak tau bagaimana, dan apa yang harus ku lakukan sementara kami sudah berada di atas gedung untuk mengawasi pergerakan para AI yang data nya diambil dan disalahgunakan itu. Dan sudah ku duga, saat kami sampai di sanax ada 1 ai yang sudah menunggu kami.
Dia tiba tiba mengeluarkan suara memekik, cih, benar benar mengganggu. Aku mengambil pistol ku dan menembaknya dengan sisa peluru yang ku bawa. Aku sama cerobohnya seperti Haru ya, aku lupa kalau hal ini akan terjadi, aku tak membawa persediaan kotak peluru, yang tersisa di tas kecilku hanyalah beberapa kotak peluru AWM dengan beberapa butir peluru pistol. Dalam 1 kotak pelurux AWM dapat menampung 7 butir peluru, namun meski begitu itu takkan membantu, aku membutuhkan senjata api yang bisa digunakan untuk mengalahkan AI ini. Sepertinya 1 peluru saja tidak cukup untuk melumpuhkan nya. Jika aku membu- bukan, jika aku merusaknya dan membuatnya mati total, maka kerugian nya tidak akan main main. Harga dari Android seperti mereka tidaklah murah.
1 AI rumahan saja harga nya bisa mencapai 15.000.00 Yen. Itu hanya AI rumahan, berbeda dengan AI petarung atau AI spesial seperti Haru, harga nya sudah berkali kali lipat lebih mahal. Karena itu aku diminta untuk melumpuhkan nya. "Master!" Ketika aku melamun, AI itu melancarkan pukulan nya, untung saja Haru mendorongku sehingga aku tak terkena serangan nya. Begitu pula dengan Haru yang juga tidak terkena serangan dari AI itu. "Master, jika kita membiarkan nya hidup, ini berbahaya, tingkat berbahaya nya mencapai 90%!"
"Bukan begitu Haru, Kerugian yang akan diterima tidak main, penghasilan ku saja masih tidak cukup untuk membayar kerugian itu."
"Kalau begitu bagaimana master? Kalau begitu.." Haru mengambil pistolnya dan menodong AI itu. "Yang akan menanggung kerugian nya Haru, tenang saja, Haru akan bekerja keras."
Aku sangat bingung, aku tak bisa membiarkan Haru untuk menghabisinya. Namun di sisi lain dia benar, jika dia dibiarkan, maka tamat sudah.
Bersambung