Chereads / Penakluk Hati Sulaiman / Chapter 2 - Rasa Yang Tak Biasa

Chapter 2 - Rasa Yang Tak Biasa

Keheranan Ule tidak sampai di sana saja, anak lelaki yang teriak pada Maryam dengan sebutan mama tersebut adalah salah satu anak didiknya.

"Kang Ule! Kok bisa kenal sama Mama aku?" tanya Fandi.

Ule dan Maryam saling bertukar pandang. Mereka tak percaya jika situasi tersebut benar-benar menjadi momen yang membingungkan.

"Kalian!" Ule dan Maryam berbarengan bicara dengan kata yang sama dengan saling menjentikkan jari telunjuknya.

"Fandi ini, anakmu?" tanya Ule seolah tak percaya.

"Kamu juga pelatih karate Fandi?" Maryam balik bertanya.

Fandi bingung dengan sikap mereka berdua, dia duduk di kursi pinggir lapang yang dijadikan tempat latihannya.

Sesekali mata Fandi melihat wajah Maryam yang wajahnya berseri-seri dan sesekali pula dia melihat wajah Ule yang sama-sama saling melempar senyum bahagia.

"Apa kalian sudah jatuh cinta dan akan segera menikah?"

Seperti busur panah yang tepat ke sasaran, pertanyaan Fandi membuat Maryam sangat malu.

"Iya Nak, kami akan segera menikah!" jawab Maryam dengan malu-malu.

"Horee ....! Akhirnya aku punya Papa!"teriak Fandi sambil memeluk Maryam dan Ule.

Mereka akhirnya pulang bertiga menuju rumah kedua orang tua Maryam untuk mengungkapkan niatnya untuk menikah.

Selama perjalanan, Maryam dan Ule saling bertanya tentang banyak hal.

"Kamu pasti nikah muda, makanya kamu sudah punya anak seumur Fandi," ujar Ule.

"Hai, aku ini udah tiga puluh dua tahun," ujar Maryam dengan nada yang sedikit tinggi.

"Apa? Tiga puluh dua tahun? Berarti aku ...?" Ule tidak melanjutkan perkataannya.

Ule lebih muda delapan tahun dari Maryam tapi kecantikan Maryam nampak seperti seumuran dengannya.

"Ya kamu itu delapan tahun lebih muda dari aku, jadi apa kamu merasa rugi mengganti laporan polisi dengan menikah?" tanya Maryam yang sebelumnya menoleh terlebih dahulu ke belakang.

Maryam melihat Fandi nampak lelap tertidur sambil dengerin musik, jadi dia merasa aman karena pembicaraan mereka berdua tidak didengar oleh putranya.

"Lelaki bodoh yang merasa rugi menikah dengan kamu!"

"Oh iya ngomong-ngomong apa aku nggak sopan jika aku panggil nama?"tanya Ule kemudian.

Maryam menggelengkan kepala sambil menyunggingkan bibir tipisnya dengan tersenyum manis.

"Aku ingin jujur sama kamu!" ungkap Ule berbarengan dengan mematikan rem mobil.

Ule mengangkat dagu Maryam dengan telunjuk jari sambil mengungkapkan isi hatinya.

"Aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama!"

Bola mata tajam Ule mampu meluluhkan hati Maryam yang sudah beberapa tahun kosong. Sebelnya Maryam menutup hati pada semua lelaki karena dia mengalami trauma yang sangat berat oleh wafatnya sang suami dalam kecelakaan pesawat terbang.

Ule hendak mengecup bibir Maryam dengan menolah dulu ke belakang terlebih dahulu karena takut dilihat Fandi. Lalu kembali fokus menatap Maryam ketika Fandi terlihat tidur pulas. Tapi Maryam menghindar dan menepis tangan Ule.

"Kita baru kenal, meski aku sudah salah padamu tapi bukan berarti kamu bebas melakukan apapun terhadapku. Aku ini sudah sangat trauma dengan kata menikah jadi tolong hargai aku!" Ujar Maryam dengan nada tinggi.

"Tapi kamu sudah jatuh cinta juga kan sama aku?" dengan santainya Ule menyanggah pernyataan Maryam.

Mulutnya diam tapi hatinya bicara jujur.

"Aku nggak tahu apa ini cinta atau bukan, tapi tatapan matamu buatku luluh dan nyaman!" gumam Maryam.

"Kalau kamu diam berarti iya!" Ule kembali menggoda.

"Apapun perasaanku saat ini, yang jelas aku tanggung jawab dengan kondisi ibumu juga motormu!" jelas Maryam.

"Kamu juga harus tanggung jawab dengan hatiku yang sudah jatuh cinta padamu!" Ule dan Maryam saling menuntut.

Maryam menggelengkan kepala dengan raut muka yang ketus.

"Kamu makin buat aku gila dengan muka ketusmu itu!"

Sepanjang jalan Ule tak hentinya menggoda Maryam agar dia jatuh sejatuh-jatuhnya di pelukan dia.

"Kapan kamu mau menikah denganku?" tanya Maryam tegas.

"Setelah ibuku sadar dari koma," tegas Ule.

Mereka saling melempar pertanyaan dan pernyataan tanpa saling memandang. Apalagi Maryam dia bicara dengan wajah menghadap ke jendela mobil.

"Oke, aku siap!" jawab Maryam.

Tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu Ule memarkir mobilnya di bahu jalan.

"Ada apa lagi sih?" tanya Maryam dengan nada pelan menjaga takut Fandi bangun.

Ule tidak menjawab pertanyaan Maryam. Namun Ule kembali melakukan aksi bulusnya. Karena Ule pernah menpelajari ilmu hipnoterapi jadi dia ingin meluluhkan hati Maryam dengan ilmunya tersebut.

Kedua tangan Ule meraih kedua tangan Maryam dan menciumnya lalu menyerukan supaya Maryam menatap matanya.

Dalam hitungan lima menit Maryam langsung bereaksi mengungkapkan perasaannya.

"Ule, aku juga mencintaimu dan akan mengikuti apapun yang kau inginkan!"

Cup

Satu kecupan hangat dan manis mendarat di kening Maryam. Karena merasa sudah berhasil Ule kembali menstater mobilnya dan Maryam terperanjat dari alam bawah sadarnya.

"Kamu tadi tidak ngapa-ngapain aku kan?" tanya Maryam.

"Tidak!" singkat Ule

Namun entah mengapa tangan kanan Maryam refleks memegang tangan kiri Ule, hingga Ule menyetir dengan tangan satu dan senyum-senyum sendiri.

"Rumah orang tuaku di depan sana! Kamu lurus dan belok kiri sedikit!" seru Maryam .

"Baik sayang!" jawab Ule sambil mengecup tangan Maryam.

Usai tiba di depan rumah Maryam, Ule berdecak kagum karena rumahnya besar dan mewah.

"Ini rumah orang tuaku, sementara rumahku dekat gedung olahraga tempat latihan Fandi tadi!" ujar Maryam.

Maryam kaget karena Ule memukul setir mobil Maryam lumayan cukup keras. Untungnya Fandi sudah turun duluan jadi dia tidak melihat sikap buruk Ule tersebut.

"Kenapa kamu nggak bilang kalau rumahmu dekat GOR sih?" tanya Ule dengan nyolot.

Maryam menarik nafas dalam-dalam dan mengepalkan kedua tangannya.

"Maunya orang ini apa sih? Ancamannya sudah aku terima tapi masih aja dia nuntut yang lain!" gumamnya dalam hati.

Ule spontan meraih tangan Maryam yang terlihat sangat kesal karena sikapnya tersebut.

"Kamu ....!" Maryam berteriak namun terhenti ketika mata Ule kembali meluluhkannya.

"Kalau aku tahu kamu punya rumah sendiri, aku akan eksekusi kamu di sana! Karena sesuatu yang mengeras di celanaku ini sudah tidak tahan ingin aku buncahkan keluar!" gumam Ule.

"Aku ini masih perjaka meskipun banyak perempuan yang aku pacari tapi aku selalu menolak rayuan mereka, karena aku hanya butuh uang mereka bukan tubuhnya. Tapi entah kenapa ketika aku bertemu dengan kamu meski baru satu hari ini rasanya aku ingin menyerang langsung tanpa ampun!" kembali Ule bergumam.

Tatapan mata Ule membuat mata Maryam terpejam dan menyambut hangat sentuhan lembut dari tangan Ule ke bagian wajah dan bibir Maryam. Kemudian Ule menengadahkan kepala Maryam di depan wajahnya lalu menempelkan bibirnya di sepasang bibir Maryam ysng merah.

Namun.

"Mah ....!" teriak Fandi dari teras rumah.

Maryam pun terperanjat dan membuka matanya lalu keluar dari mobil bersama Ule.

"Padahal tadi tinggal sedikit lagi," keluh Ule.