Yina mengutuk kakaknya, yang membangunkan dirinya dengan bruntal, yina mendengus kesal kala mendapati tinggal dirinya sendiri dirumah ini, hari ini tanggal merah.
Yina kembali kekamar lagi setelah makan, melangkahkan kakinya masuk kekamar, lalu berbaring dan mengutak-atik handphone dan laptopnya.
Membuka gamenya, mengotak atik kadang mengeluarkan kata menyebalkan karena game itu. Yina memang gadis biasa, hanya bisa belajar dan bermain hp seperti gadis pada umumnya, namun akhir-akhir ini yina sering membantu memasak dirumah nenek.
Yina seperti gadis umumnya, yang tidak suka dimarahi terkadang dia bingung, dia ini anak atau pelayan? walau begitu yina mengerti pada akhirnya.
Terkadang juga memiliki pemikiran untuk kabur dari rumah, namun bagaimana dia makan, bagaimana dia tidur, lalu yang lainnya. Alhasil itu hanya pemikiran sementara seorang yina, setelahnya dia menerima apa yang seharusnya dia laksanakan walau sempat berfikir, kapan si bisa hidup tenang tanpa beban? jawabannya tidak ada.
Lalu harus bagaimana? yina hanya terdiam dan membiarkan takdirnya berjalan saja.
"ah, pada kemana si. Udah sore juga!" yina berbicara ketus saat melihat jam dinding menunjukan pukul 4 sore saat dari pagi dia rebahan saja.
Tak lama yina mendengar suara orang masuk, "oh, siapa itu?" gumam yina, dia berjalan lalu melihat kebalik pintu. Jantung yina berdetak kencang kala melihat seseorang berbaju hitam dengan pisau ditangannya, yina mengunci kamar dengan cepat.
Mengambil hoodie polos berwarna hijau miliknya yang digantung dibalik pintu, dia menggunakan sepatu. Dengan rok sepaha, mengambil tasnya memasukan uang handphone dan laptop charger, dan lainnya, setelahnya dia berjalan kejendela.
Belum sempat mendekat kejendela, pintu kamarnya sudah digedor-gedor paksa, yina semakin gemetar dia menaiki jendela, rumah yina tingkat dua. Dia takut untuk turun, "ya tuhan, lindungi yina.." ujarnya, tak lama belum sempat dia turun pintu terbuka.
"ingin lari he?" orang itu berkata dengan senyuman tersungging, yina semakin takut ketika dia mulai mendekatinya. "ya tuhan.." yina bergumam, mana yang harus dirinta pilih orang, atau turun.
Akhirnya dia memilih mundur ketika orang itu berlari dan menodongkan pisaunya, yina terjatuh dari lantai dua. Dia memenjamkan matanya dengan tubuh gemetar.
Bruk
Yina tidak merasa sakit namun halus, "apa ini" yina bergumam ketika mengelus-elus bulu lembut tersebut. Geraman, yina terkejut membuka matanya, dia lebih terkejut lagi.
"hutan? dimana ini." yina ketakutan dan menoleh kebelakang, singa putih.
"oh tuhan, keluar dari bahaya dan masuk sarang singa" gumamnya dia berjalan mundur kebelakang, secara perlahan-lahan.
grrr!
Yina ingin menangis rasanya, matanya berkaca-kaca, tuhan apa kau mengabulkan ku untuk pergi dari rumah? namun mengapa dengan hutan!
lari, yina berlari kebelakang dengan cepat, namun dia terjatuh dan menemukan kepala serigala didepan mukanya, ini buruk.
"ya tuhan.."
Yina tidak tahu harus apa dia mundur namun, singa putih itu ada. Dia ingin pergi ke kanan atau ke kiri tidak bisa, dia meringsut ketakutan. Menenggelamkan wajahnya diantara dengkul kakinya, namun tak lama dia merasa jilatan tepat pada leher dan betis nya.
Oh gila!
hiks, tubuh yina benar-benar bergetar hebat, dia ingin mati saja sekarang, "bangun hiks, bangun! ini mimpi" ujarnya, namun jilatan itu semakin berasa dan basah. Yina tertegun mendapati pundaknya ditepuk, dia mengangkat kepalanya secara perlahan-lahan.
"kenapa menangis?" lelaki, itu tinggi rambutnya berwarna perak, tanpa baju. Dia menoleh lagi, mendapati serigala besar menatap dirinya. Saat ingin kabur menggerakan kakinya, itu sangat sakit hampir yina berteriak sangat keras namun tertahan.
"itu sakit?" yina hanya menganggukan kepalanya, laki-laki berambut perak itu menggendong dirinya keatas serigala besar, tubuh yina ketakutan. "baik, serigala ini tidak jahat" lelaki itu memeluk yina dari belakang, dan serigala berlari entah kemana mereka.
Hi, bagaimana ceritanya? semoga suka, btw ini cerita pertama, gereget kepengen buat, tapi ya gitu. Terimakasih yang mau baca dan tinggalkan jejak.