Berbeda dengan Rini dan Meli, Puput tampak menaikkan kacamatanya, ia menggeleng-gelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan lelucon Meli dan Rini yang tak sepantasnya berucap demikian.
"Biarin Santi istirahat, Lo Lo pada pasti lapar kan? Sana gih jajan di kantin," ucap Puput dengan berusaha ramah pada Rini dan Meli sahabatnya.
Meli melirik jam di dinding, jarum jam itu menunjukkan pukul 1 lewat, wajar saja jika perut keduanya sudah berbunyi sedari tadi, ternyata sudah waktunya lunch.
"OMG…. Ini udah tengah hari, gua gak boleh telat makan, nanti penyakit lambung gue kambuh lagi," ucap Rini yang menepuk jidatnya dengan spontan.
Meli menganggukkan kepalanya, memegang tangan Rini dengan erat, "yuks ah… kita ke kantin aja, lagian disini kan ada Puput yang jagain Santi," ajak Meli pada Rini.
Rini tampak setuju, ia segera mengambil tas nya yang diletakkan tak jauh dari nakas tempat Santi dibaringkan, "Tunggu sayang…," pinta Rini pada Meli.
Keduanya kompak meraih tas masing-masing, tas merah mudah dengan mainan kunci karakter Mickey mouse itu sudah tentu milik Rini, dan tas bercorak tak asing itu dengan brand ternama yang harganya selangit itu sudah tentu milik Meli.
"Upss... tunggu Rin!" Tahan Meli pada tangan kanan Rini.
Membuat Rini hampir saja terpeleset, ia menoleh dengan kesal, habisnya Meli terlalu mengagetkan langkahnya.
"Apa sih ih, hampir aja gue jatuh," pungkas Meli kesal.
"Bentar! Kalian mau makan apa bebs? Mumpung gue lagi baik nih, nyokap bokap gue baru pulang dari Jepang, jadi gue banyak Bawa uang saku," ujar Rini dengan gaya sombongnya yang diluar batas.
Tentu saja sikap sombong Rini itu tak jauh berbeda dengan Meli, mereka bagaikan kembar yang berbeda orang tua.
Puput mengernyitkan dahinya, ia makin kehabisan kata-kata menahan kesal kedua sahabatnya yang sombong dan menyebalkan itu.
"Bilang aja Put, San, kalian mau apa? Apa perlu seisi kantin gue borong buat lu berdua?" timpal Meli yang menjulurkan kepalanya di sela pintu ruang UKS yang terbuka setengah.
Santi memegangi tangan Puput, seolah ia memberikan kode, agar Puput berdiri dan menutup pintu.
Sepertinya isyarat itu ditangkap baik oleh Puput, "Enggak! Gue Bawa bekal kok," sahut Puput yang bangkit dari kursinya, dan berniat menutup pintu.
"Omg…. Gua lupa, lu kan lagi menghemat yah, biar bisa daftar kuliah," timpal Meli yang menutup sebagian mulutnya, ia mencoba menahan tawanya.
"Sama, Santi juga bawa bekal kok, jadi kalian makan ajah di kantin, gak usah kesini lagi," pinta Puput yang terlihat mulai semakin kesal.
"Yaudah deh, padahal uang saku gue banyak banget, yaudah gue mau traktir anak-anak dikelas ajah," ucap Meli dengan gamblang.
Tak basa basi, Puput menutup segera pintu UKS, dengan sekali dorongan, dan membuat suara pintu sedikit bising.
Tapi bagi Meli dan Rini, mereka berdua tak peduli, mereka hanya memperdulikan kepuasannya saja, keduanya berjalan dengan berlenggak-lenggok menuju kantin, tanpa menoleh.
"Menjengkelkan!" gerutu Puput yang bertaut alis. Ia bersandar di balik pintu, sementara kacamata usangnya sudah beberapa kali dinaikkan, maklum saja hidung Puput tergolong minimalis.
"Kapan sih mereka berubah, dan bisa jaga perasaan kita?" tanya Puput dengan nada kesal.
Sementara Santi tampak memperhatikan wajah Puput yang nelangsa, tak hanya itu kuping sahabatnya itu tampak memerah, sudah tentu Puput merasa kepanasan atas sikap Meli dan Rini yang sembarangan berbicara.
"Sabar, Put!" ucap Santi dengan lembut, walau kepalanya pusing tapi Santi masih sepenuhnya sadar.