"Pah ... maafin Mama ya, mungkin Mama saat itu tidak sengaja atau Mana sedang butuh belaian dari Papa namun karna kesibukan Papa jadi Mama mencari hiburan dan akhirnya sampai kebablasan," pinta Aditya, ia menginginkan orang tuanya bersatu kembali.
"Aditya ... kamu gak usah khawatir ya, Papa tetap akan menyayangi Kamu seperti biasa, Kamu mau minta apa saja yang kamu mau pasti Papa akan tetap kasih, tapii kalau permintaan Kamu yang satu ini maaf banget, maaf Papa belum bisa ikutin Nak, bukan nya Papa tidak mau memberi Mama kesempatan, Papa sudah memberi nya, namun ya coba nanti Kamu minta Mama jelasin semuanya ya," jelasnya.
Aditya terdiam dan menahan air mata nya yang akan jatuh, ia lalu mengusapnya dan mencoba untuk menerima kenyataan yang terjadi saat ini.
"Ya sudah kita makan saja dulu ya Pah, nanti Adit ikut Papa pulang sebentar, supaya Adit tahu tempat tinggal Papa," ucapnya.
"Gakpapa kan Ma kalau Adit nanti ikut Papa sebentar saja?" Adit meminta izin.
"Iya sayang gakpapa," jawabnya.
"Ya sudah ayok kalau kita mau makan ," ajak Papa.
"Adit panggil Riki dulu ya Pa,"
"Loh ada Riki?" Papa melihat di sekitar ruangan, namun tidak melihatnya.
"Iya Pa, dia nungguin Aku di teras," jawab Aditya.
Aditya berjalan ke teras dan mengajak Riki untuk masuk dan makan bersama.
"Rik, yuk masuk, kita makan dulu," ajaknya
"Tapi Dit, Gue malu Ama nyokap dan bokap Lu!" jawabnya, Riki merasa gak enak melihat kondisi nya sedang tidak baik.
"Sudah ayok!" ia menarik nya kedalam.
"Loh Nak Riki, dari tadi nunggu di luar?" tanya Papa.
Suasana nya masih sama seperti biasah, tidak ada sedikit pun yang berbeda, seperti tidak ada yang terjadi di antara Papa dan Mama nya.
"Iya Om, tadi habis ke pantai sama Aditya, dan di ajak mampir kesini," jawabnya.
"ke pantai? Makanya bajunya Aditya agak sedikit basah ya Ma, ya udah Nak sana kamj ganti baju dulu," perintah nya. Mereka belum mengetahui keadaan Adit saat ini.
"Iya Pah, Adit ganti baju dulu ya," Aditya pergi ke kamar nya untuk ganti baju, Sedangkan Riki menunggu nya di ruang tamu. Dan Riki menceritakan kondisi Aditya saat ini ke Mama Papanya, tujuan nya agar mereka lebih memikirkan perasaan Aditya saat ini.
"Om, Tante," panggil lirih Riki.
"Iya Rik, ada apa?" jawab mereka.
"Ada yang Riki mau obrolin sama Om dan Tante, siapa tahu dengan Riki cerita nanti bisa membuat Om dan Tante kembali bersatu lagi, ini tentang Adit," Adit bicara dengan serius saat ini, sebelum nya ia belum pernah seserius ini.
"Tentang Aditya? Ada apa dengan dia?" sahut Mamanya.
"Jadi sebenarnya saat ini kondisi hati Aditya sedang tidak baik-baik saja Tante, Dia saat ini sedang depresi berat, tadi aja di pantai dia sempat hampir bunuh diri, untung nya masih bisa tertolong Om," Riki mencoba bicara dari hati ke hati, ia merasa kasihan jika sahabat nya itu harus menjadi korban broken home, pasti ia akan merasa sangat hancur, meski saat ini ia kelihatan baik-baik saja.
"Apa? Bunuh diri? Kok bisa? Apa yang membuat nya melakukan hal seperti itu Rik," Mama dan Papa nya sangat syok mendengar nya.
"Nah itu dia Tante, dia sering merasa kesepian, dia merasa tidak di pedulikan lagi oleh keluarga nya, dia merasa semua orang tidak ada yang peduli dengan keadaan dan perasaan nya Tante," Papa Nugroho sebagai Ayahnya syok dan merasa bersalah mendengar penjelasan dari Riki, ia meras belum bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak semata wayangnya itu.
"Ya Allah, Aku telah mendzolimi anak ku sendiri," ucap lirih Papa.
Di saat Riki belum selesai bicara, Aditya datang, tak sedikitpun ia memperlihatkan kesedihan dan kekecewaan nya, ia seperti baik-baik saja, Papa Mama nya lagi-lagi memeluk nya dengan erat dan berderaian air mata.
"Pa, Ma, ada apa lagi, kok kalian menangis lagi?" Aditya bingung, ia sudah berusaha menerima keadaan namun orang tua nya membuat ia semakin berat untuk menerima semuanya.
"Sayang, janji sama Papa dan Mama ya, jangan pernah melakukan hal yang akan membuat kami menyesal seumur hidup kami ya Nak, tolong Maafin Mama sama Papa, selama ini Mama sama Papa belum bisa jagain Kamu dengan Baik, tapi percayalah kita berdua sangat menyayangi kamu Nak, cuma Kamu jantung hati kami Nak, cuma kamu nafas kami, tolong jangan di ulangi ya Nak kejadian di pantai tadi," Isak tangis tak berhenti, Begitupun Aditya yang tadinya tegar kini ia ikut menangis, ia tidak pernah merasakan pelukan hangat dari orang tuanya, ia telah lama merindukan dekapan ini.
"Maafin Adit yah Pah, tadi Adit bener-bener merasa putus asa, Adit rasa gak lagi yang peduli sama Aku, tapi sekarang Aku sadar kalau masih ada Mama sama Papa yang begitu menyayangi ku, maafin Aku ya Ma Pa,"
Riki melihat sahabatnya ikut menangis, ia bisa ikut merasakan kebahagiaan yang di rasakan Aditya saat ini.
Setelah selesai mereka berpelukan, mereka meneruskan untuk makan malam masakan Mbok Marni.
"Ya sudah kita makan yuk Pah Ma, Kalian pasti kangen kan masakan Mbok Marni" ajak Aditya dengan manja.
Di sela-sela makan malam tiba-tiba Aditya teringat Putri.
'Putri ... ya Allah aku hampir lupa, dia gimana ya kabarnya, udah makan belum, haduuh ... Adit, Kamu harus jenguk di sekarang juga, kasihan kalau Siska sendirian di sana' Aditya menghentikan makan nya, ia terdiam dan tidak melanjutkan makan malamnya.
"Pa ... Papa malam ini tidur sini ya, pleas! Aditya mau jenguk teman yang tadi nolongin Aditya di laut, gara-gara nolong Aku dia sekarang di rawat di RS Medika Tombolotutu Pa," ucapnya.
"Dia sampai di rawat di Rumah sakit Nak, kasihan sekali, kalau gitu Papa ikut kesana ya," Papa Aditya memang orang yang selalu bertanggung jawab, dia sangat sopan dan juga disiplin.
"Ya udah ayok kalau Papa mau ikut, Mama gak ikut?" Aditya mencoba mengajak Mamanya. Namun ia menolaknya.
"Enggak agh sayang, Mama capek banget, soalnya tadi pulang kerja belum sempet istirahat," jawabnya.
"Oowh ya udah, Mama istirahat aja di rumah kalau gitu ya,"
"Elu ikut atau di rumah aja Riki?" tanya Aditya.
"Ikut ah Bro, gue juga penasaran dengan kondisinya," jawabnya.
Aditya, Riki dan juga Ayahnya pergi menuju rumah sakit untuk melihat kondisi Putri. Dan saat di mobil Aditya merasa ini kesempatan nya untuk menanyakan tentang hubungan gelap Mama nya.