"Morning baby Gea" suara dita membuat telinga gue sakit.
"Morning dita" gue jawab singkat sambil melangkah menjauh sebelum ocehan baru keluar dari mulut nya.
"Eitsss tunggu dulu dong" dita menghalangi langkah gue yang berusaha menghindarinya.
"Apa lagi, gue buru buru ni..jerry dah nunggu "
"Lu balik nya lama gak??"
"Yah mana gue tau, kalau acara nya cepat kelar gue balik cepat dong" gue jelasin hal yang gak pasti ke wanita berisik itu.
"Padahal gue mau ngajak lu nonton, soal nya ada film baru" dita manyun tampak kecewa.
"Rio kan ada dit..lu telepon dia lah ajak dia dong"
"Gak ahkk..gue mau sama lu aja"
"Isss lu pasti mau genit lihat cowok di sana" gue udah tau niat busuk dita, wanita ini tak pernah bosan dengan yang nama nya laki-laki ganteng.
"Hahha..lu tau aja ya" dita tertawa sambil meninggalkam gue yang masih bigung kenapa dia menggilai laki laki ganteng.
Gue sibuk sama cake dan roti yang sudah di bungkus dan di masukkan ke dalam box.
Gue, jerry dan Tian siap meluncur ke restoran yang sudah memesan produk dari sweetheart.
Jalan Marthadinata tidak terlalu ramai saat itu, cuma 15 menit perjalanan dan Gue bisa lihat nama Restoran itu Paviliun Sunda tampak mewah dan megah.
Banyak papan bunga dan mobil yang berbaris di parkiran restoran itu.
"Permisi kami dari sweetheart Bakery mau antar pesanan" Jerry menyapa salah satu petugas keamanan di parkiran itu.
"Ohh sebelah sini" bapak itu menunjuk ke arah dalam restoran.
"Oh ia pak saya turunkan produk kami dulu" jerry memberi isyarat pada Tian dari jauh agar menurunkan semua pesanan.
"Hati- hati broo cake yang di box besar" jerry memberi aba-aba agar lebih hati hati pada box berwarna merah.
"Ok ok" Tian tampak mengerti.
"Wahh gede amat ini resto pantesan mesan produk kita gak kira-kira" gue bicara sambil membawa box yang tidak terlalu besar sambil melirik kiri dan kakan.
"Ohh ia di susun di sini aja mas" seorang pegawai Resto memberi tahu kami agar menyusun semua roti dan cake di tempat yang sudah di sediakan.
"Ok ok" jerry tersenyum pada wanita itu.
Cake di susun di tempat yang sedikit terbuka, agar terlihat estetik dan menarik.
Cake tiramisu tiga layer itu tampak menarik dengan tulisan Selamat sukses. Sedangkan di kiri dan kanan kami menyusun cake cake dengan warna warni yang juga pastinya lezat.
"Haaa...jam berapa ya acara ny" gue sedikit bosan dengan keadaan di sana, semua kerjaan sudah selesai dan gue cuma duduk di sebelah Tian yang asik bermain dengan hape nya.
"Bentar lagi, udah jam 10 kan" tian juga tampak bosan hanya diam di kursi dekat roti yang sudah di susun rapi.
Gue yang duduk di sebelah tian tiba-tiba ingat kejadian 3 tahun lalu, perjuangan gue bangun dari semua rasa sakit yang luar biasa.
***
"Kak echa berangkat kuliah dulu yak" echa berbisik pelan ke gue yang masih susah membuka mata yang udah bengkak.
"Ia cha hati-hati ya" gue bicara pelan ke echa yang menutup pintu pelan.
Ia waktu itu echa masih sibuk dengan kuliah nya.
Bagaimana mereka bisa tinggal di apartment?? sedangkan gue cuma kerja di Toko roti, yah gue cukup beruntung untuk anak yang di tinggal oleh papa dan mama.
Papa gue orang yang cukup kaya dengan warisan yang lumayan banyak dari kakek, jadi waktu mama meninggal dan papa mutusin buat kawin lagi gue sama echa di kasih apartment dan biaya kuliah echa sampe lulus S1 nya.
Rasa lapar ternyata masih ada walaupun patah hati gue akut banget. Gue putusin jalan ke dapur dan melihat beberapa makanan di sana, setidak nya gue cuma patah hati gak kena asam lambung juga.
"Aduhh echa kirain kakak harus masak dulu baru makan"
Gue sedikit senyum waktu lihat meja makan yang udah di sediakan makanan, yah walaupun gue tau rasa masakan echa sedikit mengecewakan setidaknya echa sudah usaha.
Gue makan nasi goreng di meja itu, sambil gue pegang mata gue yang udah bengkak kayak di tonjok.
Hape gue bergetar dan sempat gue parno apa yang nelepon dion, ternyata itu dita.
[ ] Dita
"Ehh lu kenapa??"
"Gue gak enak badan dit"
"Ahkk gue baru tau kalau lu bisa gak enak badan"
"Emang gue batu gak bisa sakit"
"Gue tau pasti ada masalah kan?"dita mengorek semakin dalam seolah tau gue ada masalah.
"Ahh lu mau tau aja" gue pura-pura tegar padahal gue pengen banget cerita apa yang gue alami.
"Jadi lu gak mau cerita ke gue??"
"Gue gak apa apa dit, udah ahk gue mau istirahat lagi" gue coba memutus pembicaraan.
"Yaudah deh kalau lu ga mau cerita, kalau udah baikan cerita ya Gea sayang" Dita seolah tau gue punya sesuatu yang di sembunyikan.
"Bawel ahkk..dahh dah" gue menutup pembicaraan dan menekan tombol hape gue.
Beberapa hari itu menjadi hari paling buruk gue, kadang gue tiba-tiba nangis saat ingat wajah Dion yang gue sayang.
Waktu itu, hari Selasa gue yang sibuk memeriksa Kualitas Kue di Sweet Heart harus terkejut.
Seorang laki-laki paruh baya dengan di temani seorang wanita di sebelahnya masuk dan mencari gue.
"Ge, ada yang nyari tuh" Dita menunjuk sebuah meja dimana dua orang itu duduk.
"Siapa?"
"Gue gak tau, buruan"
"Oh ok ok"
Langkah gue santai, gue masih sedih baru 2 minggu sejak Gue putus sama Dion, hati gue masih hancur.
Jantung Gue berdetak kencang.
Papa dan mama nya Dion, ngapain mereka ke tempat kerja gue.
"Siang Om tante" Gue nyapa sopan walaupun dalam hari gue benci banget sama orang tua itu.
"Duduk"
"Ia om" senyum gue pasti kecut, ngapain dia perintah gue udah nyakitin hati gue masih aja dia merintah.
"Kami gak lama di sini, ini kami mau kasih undangan karna Dion gak bisa langsung ngantar ke kamu"
"Oh ia om makasih" Gue udah mau nangis, gue tau itu undangan pernikahan Dion karna gue udah lihat nama Dion di sana.
"Saya harap ini bisa ngajarin kamu untuk mencari jodoh yang sesuai dengan kamu"
"Ia om, pasti Gea ingat" gue masih senyum walaupun air mata gue udah di ujung.
Dua orangtua itu pergi dengan wajah sombong, sedangkan gue harus duduk lemas di kursi sambil membuka undangan itu.
Sakit banget, rasa nya kaki gue gak bisa jalan, badan gue rasanya sakit semua.
"Gea lu gak apa-apa?" Dita nepuk pundak Gue.
"Git, gue mau pulang, gue gak sanggup kerja hari ini" Gue jalan sambil sedikit berlari, rasanya malu banget kalau gue harus kerja sambil nangis sampe malam nanti.
Gue putusin pulang dan istirahat di rumah. Soal boss besar marah atau di pecat gue gak mikir lagi yang gue tau gue harus pulang dan istirahat.
"Gea...gea.." Tian yang dari tadi manggil gue mulai sebel.
"Apa sih" gue sedikit terkejut.
"Tuhh lihat tamu dah pada datang"
"Yaudah sih, biarin mereka datang"
"Ngelamun mulu" Tian mukul pundak gue.
Tamu-tamu itu lagi sibuk milih-milih makanan, gue yang duduk di pojokan sama Tian yah cuma ngelihatin aja.
Tamu- tamu itu kayaknya orang berada, dilihat dari penampilannya yang wah.
"Kamu masih kerja di toko roti itu?"
Laki-laki yang gue benci itu muncul lagi, tangannya memengang piring berisi cake.
Gue cuma diam dan gak jawab apa-apa.
"Tian gue ke toilet dulu"
"Oh ok" Tian yang sedikit bigung dengan ucapan laki-laki itu cuma senyum.
Gue masuk ke toilet, dalam hati gue teriak-teriak.
"Ngapain sih itu tua bangka datang ke acara ini, haaa.. pengen gue makan tu orang" gue marah-marah gak jelas di toilet itu.
Gak lama gue keluar, gue masih ngelihat papa Dion berdiri dan sekarang gak sendiri di sana gue lihat ada Dion dan mungkin itu Selly istrinya.
"Haa..apa gue pulang aja ya" gue masih mikir sambil mondar mandir di lorong toilet.
Ahhh...bruakkk
Mampus, gue nabrak orang.
Laki-laki pake setelan Jas hitam itu mengaduh kesakitan..
"Aduh maaf maaf pak" gue buru-buru berdiri nolongin orang yang gue tabrak sampe jatuh.
"Aaa...kamu bisa gak jangan mondar-mandir di sini"
"Maaf maaf"
Beberapa orang ngelihat ke arah gue yang lagi nolongin laki-laki itu, termasuk keluarga Dion.
Dan satu lagi yang buat sakit karna jatuh tadi gak terasa, Dion datang ke arah kami.
Jlebb.. jantung gue rasanya mau copot gue berharap dia gak datang buat bantu gue.
"Evan lu gak apa-apa?"
"Gue gak apa-apa"
Trimakasih Tuhan, akhirnya gue gak kena masalah lagi, gue bersyukur banget karna yang di tolong bukan gue.
Gue yang udah malu banget di lihatin orang-orang gak mikir banyak gue langsung jalan menjauh dari dua laki-laki yang masih sedikit sibuk membersihkan jas.
Gue gak mau nunggu acara itu selesai, gue minta izin untuk kembali ke toko, gue kirim pesan ke Tian yang masih di gedung Restoran baru itu.
"Haaa..apes banget, kenapa harus pake tabrakan lagi, kenapa kalau lihat keluarga itu gue pasti sial"
Gue marah-marah sambil menyetir mobil menuju toko tempat gue kerja.
"Ehhh kok lu pulang sendiri?"
"Malas gue di sana"
"Kasihan kan Tian sendiri"
"Cuma duduk doang" gue duduk di kursi dekat dengan Gita.
"Lahh..tangan lu kenapa?" Dita menunjuk tangan gue yang berdarah.
"Aduh...sial banget hari ini, gue ketemu sama bapak nya si Dion, truss gue nabrak orang tadi, jangan-jangan itu saudara Dion" gue komat-kamit sambil ngelihat luka di siku tangan Gue.
"Wah..nih obatin tu luka" Dita memberi obat luka.
"Ah..kenapa gue sial banget ya"
"Gue juga ga tau" dita mengejek gue yang lagi kesal.
Gue cuma duduk kadang gue masuk ke gudang duduk juga di situ, sampai hari gelap dan gue pulang.
Gue gak habis-habisnya mikir kenapa gue harus ketemu sama keluarga itu lagi.
Gue gak mau keluarga Dion menghina gue lagi.
"Haa Tuhan, kenapa gue harus jumpa dan apes karna keluarga Dion"