Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Seukuran Hati

🇯🇵membaca_buku
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.5k
Views
Synopsis
Seukuran Hati seperti judul dalam cerita ini berisikan tentang seukuran apakah cinta dari Elena terhadap semua cowok yang menyukainya. Hingga akhirnya dia menemukan seorang cowok yang sangat dia sukai tapi cowok itu dingin banget tapi ukuran cinta Elena terhadap cowok itu besar. Apa yang harus dia lakukan agar mendapatkan hati milik cowok tersebut. Elena Angelina Jolie Afgan Elenxander Baron Albert Alice Seyaril Steven braille Ruby Jaksel
VIEW MORE

Chapter 1 - Elena Angelina Jolie

"Elena Angelina Jolie"

Seorang murid yang saat populer disekolah maupun diluar sekolah. Dia sebenarnya sangat cantik. Yang menjadi perhatian setiap kaum Adam yang ingin menjadi kekasih Elena. Walaupun Elena terlihat tidak menyukai setiap cowok dikelas.

Bibir yang terlihat seperti merah jambu, rambut yang panjang yang menjadi mahkota, mata yang berwarna hitam dan bulu mata lentik yang membuat mata itu indah.

Tapi Elena Angelina Jolie tidak menerima perasaan dari setiap lelaki yang menyatakan cinta kepadanya. Karena ukuran cinta Elena terhadap mereka kecil seperti saat ini dia lagi di cegah sama seorang cowok yang ingin menyatakan perasaannya.

" Elena...,ada yang ingin ku katakan sama kamu." Di tempat itu bukan cuma berdua tapi disana ada teman-temannya memberikan semangat terhadap si cowok. Mungkin ada 12 orang disana.

"Elena aku menyukaimu. Mau kah kau menjadi pacarku?." pria itu mengatakan perasaannya dimana dia juga menyodorkan bunga tidak tahu dari mana keberadaannya dari tadi si cowok tidak membawa apa-apa di tangannya dan ditambah teman-temannya ikut bersorak.

"Terima... Terima....terima." sorakan demi sorakan yang diberikan oleh Elena. Si cowok cuma menunggu apa yang di katakan nanti oleh si cewek.

Elena tersenyum tapi dibalik senyumannya itu tidak ada kata iya. " Kau luar biasa Baron. Tapi maaf aku gak mau menyakiti hati_" dia menerima bunga itu ditangan Baron. Baron Albert

Awalnya si Baron mengira bahwa dia diterima oleh Elena, tapi disaat Elena melanjutkan perkataannya. Yang membuat semua yang ada disana terdiam.

"__ Tapi menjadi teman lebih baik dari pada kekasih. Karena aku tidak ada rasa yang sama sepertimu." Dia menghela nafas terus menghirup aroma bunga yang digenggamnya. Baron cuma bisa diam membisu diam dan temannya cuma melihat sendu terhadap temannya yang ditolak.

"Ooo. Begitu ya" kata Baron ya berusaha tetap tersenyum walau di dalam terasa sakit, seperti pecahan gelas yang terjatuh dari ketinggian yang membuat bening menyebar ke segala arah, yang dapat melukai orang. Dia sebenarnya sudah diberi tahu dari teman-temannya bahwa sangat susah mendapatkan hati Elena.

" Tapi jangan sedih ya!" katanya ya dia yang menyakitiku dia juga yang menyemangatiku. Ini yang membuatku menyukai mu Elena.

"Karena aku tidak mau kau bersedih setelah menyatakan hatimu_" lihatlah dia mengatakan apa, tidak mau aku bersedih tapi kenapa. Aku langsung memotong perkataannya.

" Hahaha. Iya aku tidak akan melakukannya" aku cuma ketawa membalas walaupun itu terpaksa.

"Kalau begitu aku kembali ke kelas dulu ya" dia pamit tidak lupa dengan senyum yang manis dimata dan lambaian tangan. Aku cuma mengangguk sambil tersenyum. Tapi aku tidak akan menyerahkan Elena. Dia berbalik meninggalkan aku dengan yang lain.

Teman-temanku cuma menepuk pundak ku

" Sakit ya?" katanya yang terdengar mengejek.

" Mau ke dokter. Haha?" malah ketawa si Bambang ini bukan kasih semangat malah mengejek.

"Kalian, jangan gitu sama Baron. Pasti sakit banget di sini kan Baron hahaha?." Semuanya malah ketawa yang membuat gua kesal sama mereka dan memutuskan untuk pergi meninggalkan tempat itu.

" Hei.... Baron gitu aja marah. Hei jangan pergi sendiri tunggu kami dong sudah bagus di temani nyatakan cinta malah pergi" orang yang dipanggil tidak peduli.

.

.

.

.

Di koridor sekolah seorang pemuda sedang berjalan menuju kelasnya. Banyak yang menyapa tapi anggukan kepala saja yang diberi sebagai jawaban. Semua orang menganggap dingin ke kulkas. Tapi rupa si dingin itu tampan jadi mereka tidak peduli dengan sifat Dinginnya.

Hingga ada yang menabraknya yang membuat mereka jatuh. Semua orang memandang mereka. Badannya terasa berat karena ada orang di atasnya. Tapi disaat dia melihat kedepan seorang cewek yang berada diatasnya. Mata kami saling bertemu tapi detakan aneh yang belum pernah dia rasa.

' Apa ini kenapa jantungku berdetak kencang seperti ini.' Hingga ada yang membantu kami berdiri.

" Elena kamu tidak apa-apa, ada yang sakit." Seseorang membantu berdiri si cewek yang bernama Elena.

"Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir.__" sambil melirikku. "___ Maaf, aku tidak sengaja." Sambil membungkukkan badannya. Aku malah mengacuhkannya dan meninggalkan tempat itu.

Sementara Elena cuma melihat punggung yang semakin menjauh itu. 'siapa dia?'

"Elena, kau kenapa?" Orang yang membantunya tadi bernama Ruby. Dia juga teman masa kecilnya, kita besar bersama.

"Aku tidak kenapa-kenapa. Cuma ada yang aneh di jantungku, berdebar kencang padahal aku gak maraton di lapangan?"

"Aduh. Elena itu namanya kamu jatuh cinta" sambil menyenggol lenganku. "Apa Elena kita sudah jatuh cinta?" Sambil tertawa dan aku cuma diam saja, memikirkan perkataan Ruby. Kami berjalan lagi kekelas.

"Hei... Elena apa yang terjadi tadi. Pas kamu di panggil sama Baron!?" Kita sudah berada di kelas dan duduk di bangku. Aku dan Ruby bersebelahan jadi bisa berbicara tanpa pindah ke bangku yang lain.

"Seperti biasa?" Aku yang menundukkan wajahku di lipatan tangan sambil menunggu mata pelajaran datang. Dan Ruby cuma ber'oo.

Mata pelajaran akhirnya dimulai juga sampai jam pulang. Dari tadi sebenarnya waktu istirahat. Dan sekarang pulang.

.

.

.

.

.

.

Dikamar

Elena terus memikirkan kecelakaan saat di sekolah.

Dimana dia menabrak seorang cowok.

"Dia siapa ya?. Kenapa aku baru lihat dari sudut sekolah?." Terus memikirkan. Cowok misterius .

Sebaliknya Si cowok juga memikirkan hal yang sama.

.

.

Di pagi hari yang cerah yang membuat sepasang manusia terlambat dan terburu-buru untuk bersiap. Mungkin ini hari pertama untuk Elena terlambat ke sekolah.

" Waw.. kenapa tidak ada yang bangunin Elena"sambil menuju kamar mandi dan membereskan tas dan turun di ruang bawah, yang dimana ada papa dan mama di dapur. Papa lagi sarapan.

"Elena sarapan dulu" ibunya yang lagi mengoles selai cokelat ke roti. " Gak bisa mam. Elena dah telat" sambil memeluk mamanya.

"Bye.. mama. Bye papa" melambaikan tangan.

Naily " Lihat dia akhirnya terlambat sekolah juga."sambil memakan roti yang dioleskan selai cokelat.

Anders "Seperti kau?" Meja makan diiringi dengan tawa mereka berdua.

Diperjalanan yang begitu ramai membuat waktu terbuang begitu saja.

Elena "mohon di percepat lagi mengemudinya. Bisa bisa aku terlambat. Semoga aja belum masuk mata pelajarannya". Mobil yang melaju begitu cepat akhirnya sampai juga ke tujuannya.

" Astaga semoga belum masuk" Elena keluar dari dalam mobil dan melaju kencang ke koridor hingga lantai 2. Tapi siapa sangka waktu pelajaran sudah di mulai disaat Elena tiba di depan pintu.

Pak biologi "Terlambat 20 menit Elena. Bapak tidak bisa memasukkan kamu kedalam kelas. Karena kelas sudah dimulai" kata pak biologi yang marah.

Elena "Pak kumohon ini baru pertama kali aku terlambat" sambil menyatukan kedua tangan ku

Siapa sangka bukan cuma aku aja yang terlambat ternyata ada juga yang terlambat, dia baru muncul setelah aku di tegur sama guru biologi yang killer ini .

"Maaf pak saya terlambat." cowok yang kemarin.

Pak biologi "Kenapa kamu terlambat?___" Sambil menatap tajam. "___ sebagai hukuman kalian harus bersihkan ruangan perpustakaan sampai jam mata pelajaran bapak habis."

Elena kaget mendengarnya walaupun dia sebenarnya sudah bisa dapat tugas seperti ini. Tapi tetap saja merusak nama baik akan hancur cuma karena terlambat.