Chereads / Affair With Brother in Law / Chapter 13 - Cek Bernilai Fantastis

Chapter 13 - Cek Bernilai Fantastis

Membungkam Richard, lelaki itu terdiam, bertahun-tahun ia menjadi simpanan Zava tapi tak sekalipun ia mengecewakan wanita itu.

Ia memberikan semua yang Zava inginkan, termasuk memenuhi kebutuhan Se-x wanita itu.

Richard memegangi bibirnya yang terasa perih, ini kali pertamanya ia merasakan tamparan dahsyat dari Zava. Membuatnya tak bisa berkata-kata.

Nafsu itu seketika hilang, membuat Richard ikut tak berselera.

"Ada apa sayang? Why Baby?" tanya Richard dengan sangat penasaran.

Zava merapikan pakaiannya, ia juga segera meraih tissue basah dalam tas mewahnya.

Menyemprotkan wewangian pada rongga mulutnya juga parfum keseluruh tubuhnya, Zava menatap jengkel Richard.

"Bodoh!" ujar Zava dengan kesal.

Membuat Richard hanya bingung, juga penuh tanya dan kembali diam. Ia memperhatikan wajah Zava yang terus masam dan cemberut padanya.

Benar-benar tak ada senyum sedikitpun dari Zava, ia terlihat sangat marah kali ini.

Baru saja Richard ingin menyalakan mobil, tapi Zava menahannya. Wanita itu merogoh dalam tas mewahnya. Mengeluarkan secarik kertas kecil, dan itu ternyata sebuah cek.

Mengeluarkan ballpoint nya, dan tak berlama-lama ia menandatanganinya dengan segera.

"Ini! Pergilah dan cari wanita yang bisa memuaskan mu!" seru Zava dengan tatapan dalam, ia terlihat sangat serius dan tak main-main.

Selembar cek dengan nominal fantastis disodorkannya pada Richard, lelaki itu sempat menolak, tapi Zava memilih mendesaknya untuk menerimanya.

"Are you sure, Baby..?" tanya Richard dengan wajah menjengkelkan, karena ia terlihat senang meraih cek di tangan Zava.

"Ya…" Zava mengangguk, dan membukakan pintu mobil segera untuk menyuruh Richard turun, dan itu berarti ia tak main-main dengan ucapannya.

"Haha… it's ok baby, I'm go…" tatap Richard dengan mata nakalnya, tak begitu saja pergi tapi Richard tetap melumat bibir mungil Zava.

Walau kecupan mesra itu terjadi diluar mobil, dengan Zava yang terus mendorong tubuh Richard. Tapi ciuman itu terlalu lekat, sulit dilepas olehnya.

"Sayang..." sapa seseorang dari jarak kurang lebih 5 meter.

Membuat ciuman itu akhirnya terlepas, Zava segera memperbaiki tatanan wajahnya, juga mengelap bibir nya yang basah.

Sementara Richard segera menoleh ke sumber suara, suara wanita itu tak asing baginya.

"Sayang… You here," ucap Richard dengan tanpa dosa.

Sementara Zava hanya meneguk Salivanya, ia sedikit kaget melihat Soraya yang memergoki kemesraannya dengan Richard, dan itu berarti Soraya adalah istri Richard.

"Perkenalkan sayang, ini Nyonya Alzafa Marcellino Putra, namanya…."

"Nyonya…. Zava… aku sudah mengenalnya sayang," seka Soraya yang memotong ucapan suaminya Richard.

"Oh… yeah… tentu, mereka pasti sering fitting baju di butik tempatmu bekerja kan?" tanya Richard dengan sedikit gugup.

Sementara Zava memasang wajah datar, ia seakan tak melakukan kesalahan apapun, "Maaf aku harus pulang, dan terimakasih untuk kerjamu yang bagus," puji Zava pada Richard.

Yah, cek di tangan Richard adalah bonus untuk kerja bagusnya, itu menjadi alasan yang cukup masuk akal untuk Richard gunakan kepada sang istri.

Soraya menundukkan kepalanya, yang berarti ia sangat menghormati sosok Zava.

"Terimakasih atas kunjungan anda ke butik kami," ucap Soraya dengan mengulurkan tangannya pada Zava.

Membuat Zava tersenyum, ia terlihat cantik dan berkelas. Membuat Soraya tak mungkin menaruh curiga pada suaminya.

"Mengenai hal tadi, itu hanya ungkapan rasa senang ku untuk kerja Richard, tak ada maksud apapun," pungkas Zava sebelum ia meninggalkan Soraya juga Richard.

Soraya tersenyum, menatap wajah Zava yang cantik dan terhormat. "Tentu, saya tahu siapa anda Nyonya, seorang janda tuan Alzafa yang begitu baik Budi pekertinya dan juga terhormat," sahut Soraya.

Tak hanya itu Soraya juga melambaikan tangannya, mengiringi kepergian Zava.

Dan, Richard mencium mesra istrinya, ia mengajak sang istri makan siang di cafe yang tak jauh dari butik milik Pak Felix, tempat istrinya bekerja.

Menatap bayangan dari kaca, yah... punggung Richard tampak jelas sedang memeluk mesra Soraya, membuat Zava bisa kembali tersenyum legah.

Itu berarti baik untuk Zava, karena hubungannya dengan Richard terjalin dengan aman.

___________

Kediaman Nyonya Rosimah

Semua tampak sibuk, menata ballroom rumah itu, beratus-ratus buket bunga siap diturunkan dari mobil besar, juga panggung megah itu tampak sudah berdiri kokoh.

Pesta ulang tahun Nyonya Rosimah ini terkesan lebih mewah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Terlihat jelas dari kesibukkan beratus-ratus orang.

Zava memarkirkan mobil mewahnya, di sudut halaman. Ia memilih turun dan sengaja berjalan mengelilingi ballroom yang sedang dihias itu.

Mata Zava tampak memperhatikan setiap detail yang dikerjakan oleh kru EO yang sudah disepakati. Selain tampak lebih mewah dari pesta ulang tahun sebelumnya, hiasan ballroom didominasi oleh warna Sammy pink, dan itu berarti memperjelas.

'Ini adalah pilihan Sunny,' ucap Zava dalam hati.

Zava hanya tersenyum mengelilingi ballroom mewah itu, ia tampak tak protes, ia terlihat suka dengan selera Sunny.

Untung saja Zava sudah mengganti pakaiannya dengan yang lebih tertutup juga sederhana, yah.. wanita itu sangat memperhitungkan setiap langkahnya.

Tepat dugaan Zava, di kejauhan terlihat Nyonya Ros dan Sunny yang ikut mengelilingi ballroom.

Zava memanggil seorang pelayan, meminta pelayan itu membawa tas mewah juga kunci mobilnya, menyimpannya di kamar tidurnya di lantai 3.

"Ini, upah untukmu," ucap Zava dengan memberikan beberapa lembar rupiah pada Mpok Alfa.

"Tapi Bu, ini… ini sangat banyak," ucap Mpok Alfa yang terkaget-kaget mendapati bonus besar secara mendadak.

"Ambil saja, itu rezeki Mpok, tapi tolong berikan obat-obatan juga minuman itu padaku!" pinta Zava dengan sedikit memaksa.

Mpok Alfa tentu tak dapat menolaknya, ia memberikan yang Zava minta, dan berlalu masuk kerumah.

Sementara Zava berjalan pelan mendekat ke arah Sunny juga nyonya Rosimah.

"Mau apa wanita gatal itu," mata sunny tampak sakit mendapati kakak iparnya yang berjalan mendekat.

Sementara Zava tampak menggariskan senyum tipis di wajahnya, melemparkan senyum itu pada Sunny juga orang yang ada di sekeliling.

"Selamat sore mah, Zava bawakan obat-obatan mamah. Ini sudah waktunya minum obat," ucap Zava dengan penuh perhatian.

Membuat Nyonya Ros menoleh, rasanya si paruh baya itu sudah muak setiap hari hidup dari obat-obatan, ia sangat tergantung dengan obat-obatan itu.

"Huhh…" hela nafas berat terdengar.

Zava dengan sabar menyuapi nyonya Ros, ia juga bersiap membawa Nyonya Ros ke peristirahatannya.

Sementara Sunny tampak beranjak lebih dulu, ia masih sibuk harus mengelilingi dan memastikan Ballroom itu sesuai dengan keinginannya.

"Jaga mamah dengan baik, jika terjadi apa-apa maka kau harus membayarnya dengan sangat mahal," ancam Sunny dengan berbisik di kuping Zava.

Zava tersenyum dusta, ia mengangguk dengan lembut. Memasang wajah baik bak bidadari tak bersayap.

"Nyonya Ros segalanya untukku!" Jawab Zava dengan menatap balik Sunny, dengan tatapan dalam.