"Aku harus berangkat."
Dwi tak bisa berkata-kata ketika telapak tangan Hendrick meraba tengkuknya dan membuat darahnya berdesir panas, ya ampun Hendrici begitu berani dan tidak sabar.
"Tentu saja kita harus menginap di ranjang yang sama malam ini, sama seperti pada malam kemarin." ujarnya meyakinkan wajah cepas kekasihnya.
"Tapi… tapi bagaimana kalau Kakak mu pulang?" seru Dwi mencoba mencari alasan agar bisa melarikan diri dari suasana canggung dan juga kikuk seperti ini.
"Hahaha, tidak. Mereka bahkan masih sibuk di pulau Jeju." seru Hendrick serius.
"Apa kau serius?" ujar Dwi bertanya, meyakinkan sekali lagi.
"Iya, aku serius." Melihat wajahnya tiba-tiba berubah jengkel mengingat obrolan terakhir mereka di ponsel tadi.
"Sudahlah jangan bahas mereka, mereka benar-benar pasangan yang membuatku kesal." gerutu Hendrick dengan wajah marah.
"Kenapa?" sambar Dwi ingin tahu.