Chereads / HOLY LOVE BOND / Chapter 4 - HOLY LOVE BOND

Chapter 4 - HOLY LOVE BOND

PART 3

Sejak hari itu, meski belum secara resmi cinta diucapkan, namun keduanya sering bertemu dan jalan bersama. Bahkan hampir setiap siang, Kusuma datang menjemput Suci ke sekolahnya. Kemudian berdua mereka pergi ke tempat-tempat wisata, seperti Purwahamba, atau sekedar makan bakso dan menikmati es teler di warung Bu Somad.

so Seperti halnya siang itu, kembali untuk kesekian kalinya Kusuma datang menjemput Suci ke sekolahnya.

Suci dan temannya tampak keluar dari kelas bersama. Sambil ngobrol keduanya terus melangkah keluar dari dalam gedung sekolah menuju ke halaman depan untuk keluar ke pintu gerbang. Namun ketika sampai di halaman depan sekolah, seketika Ratna menghentikan langkahnya dan berbisik sama Suci. "Suci...

"Ya?"

"Kamu sudah ditunggu, tuh..."

"Siapa lagi kalau bukan kak Kusuma-mu... "

Mana...?" tanya Suci sambil berusaha mencari. "Tuh, di depan pintu gerbang..." Ratna nunjuk

ke arah pintu gerbang.

Suci pun memandang ke arah pintu gerbang

dan seketika dia tersipu begitu melihat Kusuma

sudah menunggu.

"Cepat temui dia."

"Kita bareng saja. "Tidak, aku nanti malah mengganggu."

"Mengganggu bagaimana?"

Ya mengganggu. Sudah, sana temui..." Suci sebenarnya merasa tidak enak harus meninggalkan sang teman. Namun karena Ratna terus menyuruhnya untuk segera menemui Kusuma akhimya Suci pun tidak bisa menolak. Apalapi dia tahu, bahwa sahabatnya itu juga sebenarnya menaruh perasaan suka sama Kusuma..

"Oke, aku duluan, ya?" "Met's ber-happy ria.

Dengan berlari kecil. Suci melangkah menuju ke arah pintu gerbang dimana Kusuma tengah menunggunya.

"Sudah lama?" tanyanya. "Tidak juga," jawab Kusuma sambil tersenyum

Suci pun tersenyum. "Kita pergi, yuk?" ajak Kusuma.

"Kemana?"

"Kamu maunya kemana?"

"Terserah kakak Kemana pun aku akan suka

asalkan bersama kakak," jawab Suci. "Benar?"

Suci mengangguk. "Kita ke warung bu Somad dulu, ya?" ajak

Kusuma.

Kembali Suci mengangguk. "Kita jalan atau naik becak?" tanya Kusuma.

"Eh, jalan aja deh..

"Nanti kamu capek...

"Kalau aku capek , kakak mau gendong aku,

"Jadi, kakak tidak mau gendong aku?"

"Siapa bilang?"

"Nah, tadi kakak?"

Itu bukan berarti aku tidak mau menggendongmu." jawab Kusuma. Tapi benar, kamu pengin jalan, tidak naik becak?" tanya Kusuma kemudian meminta kepastian sembari memandang lekat ke wajah Suci

Suci mengangguk "Kenapa kamu pengin jalan, tidak mau naik becak? "Kalau naik becak kita cepat sampail. Padahal Suci pengin bisa lama ngobrol sama kakak"

"Baiklah kalau itu maumu, Ayo... Keduanya pun melangkah beriringan dengan Suci bersikap manja, menyenderkan kepalanya di bahu Kusuma, meninggalkan jalan di depan komplek SMU Negeri 1 Brebes dimana Suci bersekolah.

*Suci..

"Ya?"

"Aku benar-benar merasa bahagia sekali."

"Kenapa?" "Karena akhirnya aku bisa mendapatkan

bintang yang kuimpikan."

"Aku juga... "Kau bahagia karena apa?"

"Kerena akhirnya aku pun dapat meraih matahari kehidupan yang selama ini kudambakan."

"Apa yang membuatmu mau menerima

cintaku?" tanya Kusuma.

"Kakak sendiri, apa yang membuat kakak

menyukaiku?" balik Suci Entahlah. Yang pasti, sejak bertemu dan berkenalan denganmu, tak sesaat pun aku bisa melupakanmu," jawab Kusuma memberitahu apa adanya. "Kalau kau ?"

Begitu juga denganku. Sejak pertemuan itu aku juga tak bisa sekali pun melupakan kakak," balas Suci.

Sesaat keduanya sama-sama diam. Hanya mata mereka saja yang saling pandang, mengungkapkan segala apa yang ada dalam hati masing masing.

"Suci "Ya?"

"Aku hanyalah anak orang tak punya. "Itukah yang membuat kakak ragu bahwa kita memang diciptakan untuk bersatu?" tanya Suci memastikan

Ya desah Kusuma lirih.

Gadis cantik penuh pesona itu menarik napas panjang. Kemudian perlahan tangannya menggapai tangan Kusuma. Menggenggamnya dengan penuh kehangatan. Sementara matanya yang bening, dengan lekat memancarkan sinar kasih, menatap wajah tampan Kusuma.

"Kak aku mencintaimu bukan karena harta.

Aku mencintaimu dengan tulus. Yang kupinta darimu bukan harta, tetapi cinta suci dan kesetiaan Jika itu yang memang kau inginkan, akan

kuberikan "Sungguh?"

"Ya.

"Bagaimana jika ada gadis lain yang menyukaimu

"Bagiku, hanya kau seorang yang mengisi hatiku Mungkin tubuh ini bisa dimiliki oleh orang lain. tidak hatiku. Karena sejak bertemu denganmu, di hatiku yang ada cuma dinimu dan cintamu

"Aku senang mendengarnya, Kak Aku pun berjanji Tak akan pernah ada cinta lain di hatiku, kecuali cintamu. Kalaupun tubuhku ini diminta oleh orang lain, tetapi tidak untuk hatiku Aku berharap, kita diciptakan memang berjodoh, sehingga kita akan menyatu, menjadi suami istri yang saling mencintai dan menyayangi

Keduanya sama-sama tersenyum. Saling pandang. Sementara jari-jemari jangan mereka saling bersentuhan. Lalu saling genggam, Bibir mereka memang tak mengeluarkan kata, namun tatapan mata keduanya seakan berbicara Tentang rasa tentang cinta, tentang harapan, dan cita-cita

"Aku mencintaimu. Suci. "Aku juga, Kak "Kuharap hari ini merupakan langkah awal yang baik bagi perjalanan cinta kita.

"Ya, aku pun berharap begitu Keduanya terus melangkah semakin jauh meninggalkan jalan depan komplek SMU Negeri 1 Brebes,

"Suci Jam berapa sekarang?

"Kenapa memangnya? Apa kakak ada janji

dengan cewek lain?" tanya Suci dengan nada agak

Kecewa Matanya lekat menatap ke wajah tampan Kusuma

"Aku bersumpah, Suci. Jika ada gadis lain yang kucintai selain dirimu, maka biarlah bumi yangmenjadi pijakanku dan tangit yang menjadi penga. yomku akan menghukumku Dan jika kamu tak

percaya akan kebesaran cintaku padamu, maka lebih baik aku mati saja sekarang." Usai berkata begitu, Kusuma kemudian melangkah menuju ke jalan. Hal itu membuat Suci

terkejut "Kak Kusuma apa yang hendak kakak

lakukan?

"Menjemput kematian!" "Gila! Jangan nekad, Kak?!" "Akan kubuktikan padamu, juga pada semua orang akan kesungguhan dan ketulusan cintaku

padamu, Suci

"Tidak, Kak! Jangan kakak lakukan itu" seru Suci dengan wajah panik, karena Kusuma terus saja melangkah menuju ke tengah jalan. "Lebih baik aku mati, ketimbang kau ragukan

cintaku padamu!"

"Tidak, Kak! Jangan kamu lakukan itu..." seru Suci sembari berlari mengejar cowok itu ke tengah jalan Kemudian begitu sampai di dekat Kusuma,

Suci pun langsung memeluk cowok itu.

"Kenapa kau ikuti aku?" "Kalau kakak mau mati, maka biar kita mati bersama. Karena aku pun tak mau hidup lagi jika kakak tak ada!" tegas Suci sambil terus memeluk tubuh Kusuma. Hal itu membuat para pengendara

dan pengemudi mobil jadi kesal melihat tingkah laku kedua remaja itu. "Hai! Apa kalian sudah sinting, eh?! Berpeluk tangis di tengah jalan! Mau mampus apa?!"

Kusuma dan Suci tak menyahut Keduanya

masih saja berpeluk tangis di tengah jalan, yang

semakin membuat para pengemudi mobil kian bertambah jengkel. "Kalian mau minggir, atau kami tabrak, eh?!"

ancam salah seorang pengemudi mobil. Kusuma tersenyum. Suci pun tersenyum, Kemudian keduanya sama-sama tertawa ngakak, yang membuat semua orang yang semula memandang ke arah mereka dengan pandangan tegang. akhimya cuma bisa menggerutu sambil menggeleng

gelengkan kepala. "Dasar anak muda jaman sekarang. Ada-ada saja ulahnya untuk menunjukkan bukti cinta kasihnya yang tulus."

"Anak-anak gila!" timpal yang lain. Kusuma dan Suci tak perduli Dengan masih berpelukan sambil tertawa, keduanya pun mening Igalkan jalanan, kembali ke trotoar dan kembali. meneruskan langkah kaki mereka.

"Bagaimana, apakah kamu masih menyang sikan cintaku padamu, Suci?" tanya Kusuma Dengan tatapan mata sendu dan kelopak mata yang sembab karena habis menangis, Suci

menggelang "Kau tahu, Suci. Kutanya jam berapa, karena aku ingin mengingatkanmu agar kamu tidak lupa waktu, yang akan membuat ibumu gelisah menung gumu," tutur Kusuma memberitahu.

Ngomong, dong.. "Bagaimana aku mau ngomong? Wong kamu nya langsung menuduh yang tidak-tidak, sayang... jawab Kusuma

"Sayang?" kening Suci mengerut. "Kakak memanggilku dengan panggilan sayang?"

"Ya, kenapa? Kamu keberatan?"

"Tidak. Justru aku merasa tersanjung mendengarnya.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan meman gilmu sayang atau yang... sambil berkata begitu Kusuma hendak kembali memeluk Suci, namun

dengan segera gadis itu menolak. "liih, malu ah... Enggak enak dilihat orang Dasar genit!"

"Apa kamu bilang? Aku genit..?" sunguguh Kusuma dengan menunjukkan wajah garang agak hendak menerkam.

Suci bukannya takut, tetapi dia malah tertawa

Hal itu membuat Kusuma semakin bertambah

gemas. "Kalau melotot seperti itu, kakak jadi mirip... "Mirip apa?" menerkam mangsanya."

"Macan yang siap

"Eh, ngeledek! Awas kamu, ya?!" Dengan masih tertawa, Suci berlari, berusaha menghindar dari gelitikan yang akan dilakukan oleh Kusuma. Kusuma pun mengejarnya. Mentari siang yang terik pun, jadi terasa hangat apabila cinta tengah bersemi di hati.

Selesai makan bakso dan es campur di warung bu Somad, sebenarnya Kusuma menyarankan agar Suci langsung pulang. Namun gadis itu menolaknya Katanya, dia masih ingin berada di samping Kusuma Bahkan, Suci kemudian mengajak Kusuma pergi ke pantai, sehingga mau tidak mau akhirnya Kusuma pun menuruti keinginan gadis yang sangat dicintainya itu. Mereka pun kemudian meninggalkan warung bu Somad untuk pergi ke pantai sebagaimana yang diinginkan oleh Suci.

Begitu sampai di pantai, Kusuma dan Suci pun mencari tempat yang nyaman dan santai untuk ngobrol sambil memadu cinta. Kusuma mengajak Suci ke sebuah batang pohon yang sudah mati. Yang ada di bawah pohon lainnya yang rindah. kemudian keduanya pun duduk di sana berdampingan.

"Suci... "Ya?"

"Sepertinya ibumu kurang begitu suka kamu berhubungan denganku." "Biar aja. Memangnya ibu yang akan men- jalani hidup ini. Kan Suci. Lagi pula, bapak.

sepertinya menyetujui hubungan kita, kok." "Bagaimana kalau ibumu bersikeras menentang hubungan kita?" tanya Kusuma. "Suci tak perduli, Kak Suci akan tetap cinta pada kakak

*Sungguh?*

"Ya!

"Kamu tidak akan menyesal?" "Kenapa harus menyesal?"

"Ya, karena seperti kau tahu sendiri, aku bukan

anak orang kaya. "Bukankah sudah Suci katakan? Suci mencintai

kakak dengan tulus, bukan karena materi. Jadi, Suci tak perduli kakak anak orang kaya atau miskin. Dan Suci yakin, kalau kakak konsisten dengan apa yang

kakak tekuni, suatu saat nanti kakak pasti bisa berhasil

"Ya, semoga saja... Untuk beberapa saat keduanya sama-sama

diam. Hanya mata mereka saja yang saling pandang untuk kemudian bibir mereka sama-sama tersebut tesenyum. Namun itu tak berlangsung lama, karena kemudian keduanya sama-sama mengarahkan pandangan mata mereka ke laut lepas yang ada d depan mereka. "Suci...

"Ya?" "Kita renang, yuk? Dalam keadaan seperti in kurasa akan lebih enak jika kita berenang. Apalagi berenang di laut lepas," ajak Kusuma "Tapi, aku tidak bawa pakaian renang, Kak"

"Kita sewa saja."

Suci pun akhirnya menurut Keduanya pergi ke tempat penyewaan pakaian renang. Lalu setelah itu keduanya menuju ke ruang ganti pakaian. Dan tida lama kemudian, keduanya telah kembali ke pantai dengan memakai pakaian renang. Kemudian sambil bergandengan tangan, Suci dan Kusuma pun berlari-lari ke laut. Lalu berenang bersama sambil bercanda ria

"Ayo, kejar aku!" tantang Suci.

"Baik! Kalau kudapat, apa yang akan elu

berikan padaku?" tanya Kusuma.

"Apa saja yang elu mau." "Sungguh?

"Ya. Kejarlah aku... "Baik, akan kukejar dan kutangkap elu!" sahut Kusuma, kemudian dia pun mulai mengejar Suci Gadis itu pun segera berenang kembali, berusaha

menghindari kejaran Kusuma. Mereka pun saling berkejaran sambil berenang dan bercanda ría. Namun akhirnya, Kusuma berhasil mengejar dan menangkap Suci.

Kak "Aku tidak pengin berpisah denganmu." "Aku juga. Aku pengin selalu berada di sisimu.