Selang beberapa saat tamu itu datang semua orang yang ada di situ langsung menatapnya dan betapa kagetnya Sonia dan Steve bahwa taman itu adalah Katrine.
"Ka... kamu kenapa di sini?" tanya Steve terbata-bata.
"Aku di undang Daddy!" jawabnya dengan ramah nan enteng namun memiliki sorot mata yang tajam.
"Kat duduk, di samping Steve!" titah mr. Leonardo.
Mereka berbincang hangat setelah Katrine bergabung. Kemudian setelah makan malam semua orang pindah ke ruang tengah khusus keluarga yang tidak kalah mewah dengan ruang makan yang baru saja mereka tinggalkan itu, semua barang ditata rapi dan juga dengan furnitur yang sangat berkelas nan mewah dengan harga yang fantastis yang tak perlu dipertanyakan apa lagi diragukan lagi!
Edward duduk bersama Sonia, dampak lelaki itu memegang perut istrinya yang sudah membulat iya terus mengelus-ngelus sehingga mencuri perhatian semua orang yang ada di sana.
"Lihatlah yang sudah tidak sabar ingin menjadi Ayah!" ucap mister Leonardo sembari melirik ke arah Edwar yang sedang mengelus-ngelus perut istrinya.
Sonia malah melirik Steve yang tampak juga menunjukkan raut wajah yang sedikit tidak enak.
"Berapa bulan lagi akan ada bayi menangis di keluarga kita aku juga sudah tidak sabar untuk menimang cucu pertamaku!" ucap ayah Sonia.
"Bukan hanya cucu pertama mu tapi cucu pertama juga di keluarga Leonardo" timpal Ayah Edward.
Mereka semua bahagia dan tertawa begitu membahas untuk kelahiran cucu mereka hanya tersenyum dan tetap memegang perut Sonia kalau perempuan itu terlihat sedikit tidak nyaman namun tidak memberikan kecurigaan berlebih.
Katrine yang berada di tengah-tengah keluarga yang sedang berbahagia itu ia akhirnya membuka suara.
"Ayah, Ma! ada yang mau Katrine katakan!" ucapnya pelan.
Sonia menegang begitupun STIP mereka sangat ketakutan jika sampai berbicara tentang apa yang dia lihat kemarin karena bagaimanapun keluarga besar mereka sedang berkumpul dan itu akan menjadi kecanggungan dan masalah besar.
"Ini masalah yang penting dan harus dibahas hari ini karena itulah aku memutuskan untuk berbicara mumpung seluruh keluarga besar sedang berkumpul!" lanjut Katrine yang membuat Sonia dan Steve semakin panas mereka sangat takut sampai berkeringat.
Sonia juga menahan nafasnya.
"Sebenarnya aku ingin meminta maaf karena ayah dan ibuku tidak bisa datang ke sini mereka benar-benar tidak bisa datang karena kesibukannya bukan tidak menghargai pernikahanku dengan Steve nanti aku juga bingung akan menjelaskan darimana karena ini adalah momen satu kali dalam hidupku yang takkan pernah terulang namun begitulah kejadiannya mereka benar-benar tidak bisa datang karena sesuatu yang memang jika kujelaskan ini akan terdengar seperti alasan!"
Semua orang terdiam termasuk keluarga Sonia yang kaget mendengar penuturan calon Kakak ipar anaknya itu.
"Tapi Kat, meskipun mereka sibuk tidak bisakah mereka menunda 1 hari pekerjaan untuk datang ke pernikahan putrinya?" kini pertanyaan itu keluar dari mulut mrs Leonardo.
Katrine berubah menjadi sendu air matanya hampir jatuh ia melirik kearah nyonya itu. "Aku benar-benar malu karena keluarga aku tidak bisa datang sebenarnya aku ingin menjadikan momen pernikahan ini sebagai momen terbahagia untuk memulai hidup baru bersama calon suamiku!" air matanya tak terbendung dan ia menangis.
Melihat hal itu keluarga Leonardo percaya bahwa sebenarnya gadis itu juga tidak menginginkan hal seperti ini namun suatu kondisi dan konsekuen harus mereka jalani walau itu mungkin akan menjadi perbincangan publik karena tidak adanya kehadiran keluarga dari mempelai perempuan.
''Baiklah jangan jadikan ini pikiran untuk kalian berdua karena hari bahagia itu akan segera tiba jadi kalian harus menjaga diri agar tetap sehat sehingga semua proses berjalan lancar tidak masalah jika orang tuamu tak hadir mereka juga pasti merasakan kesedihan yang sama seperti dirimu," ucap Mr Leonardo.
Steve yang mendengar penuturan ketrin yang terlihat tetapi ingin melanjutkan pernikahan ia merasa sedikit lega namun disisi lain ia juga merasa sedikit sedih.
Ia merasa sedikit lega karena ketrin tidak membicarakan tentang apa yang dia lihat kemarin. Namun iya sedikit sedih karena pernikahan itu tetap akan berlangsung padahal Steve bahkan sudah menyiapkan uang dengan jumlah yang sangat besar agar gadis itu membiarkannya pergi dan membatalkan pernikahan namun ternyata kebaikannya tidak bersambut Katrine tetap ingin melanjutkan pernikahan itu.
Sonia akhirnya ia bisa bernapas kembali dan hembusan napasnya membuat Edwar meliriknya. "Sayang kenapa, kamu juga berkeringat banyak!" ia melihat istrinya yang tampak sangat kepanasan.
Sonia memegang perutnya. "Bisakah kita pulang sekarang aku sedikit lelah!" jawabnya.
Ucapan mereka jelas terdengar oleh semua orang yang berada di sana. "Sayang, kenapa apa kram?" tanya ibunya.
"Aku mudah mengantuk dan kelelahan akhir-akhir ini, mungkin karena kandungannya sudah mulai membesar"jawab Sonia.
"Baiklah kalau begitu ayo kita pulang sekarang agar kamu bisa cepat istirahat kasihan anak kita!" ucap Edward.
"Menginap saja di sini jika kamu lelah kamu bisa tidur di kamar mana pun lagi boleh di sini banyak kamar kalau mau semua orang bisa menginap hari ini di sini!" ujar mr. Leonardo.
"Tidak Ayah, aku juga ingin memeluk boneka aku di rumah jika tidak aku tidak bisa tidur" jawab Sonia membuat semua orang tertawa.
"Baiklah, hati-hati kalau begitu!"
Namun ternyata kepulangan Sonia juga membuat ibu dan ayahnya berpamitan kepada besannya itu. Mereka juga bebarengan pulang dengan Sonia karena mereka rasa percakapan dan makan malam hari ini sudah cukup lumayan lama.
Keluarga Leonardo mengantar Edwar Sonia dan orang tuanya ke depan rumah mobil mewah mereka beserta sopirnya sudah bersiap untuk menjemput sang Tuan dan Nyonya.
Setelah kepulangan mereka tinggal ada ketrin Steve dan kedua orang tuanya. "Kalau begitu kalian lanjutkan perbincangan kalian berdua ayah juga harus menelpon seseorang di kamar ibumu juga pasti kelelahan dan harus istirahat, dan kalian jangan mempermasalahkan tentang ketidakhadiran orang tua Katrine nanti itu bukan masalah walau akan menjadi sedikit perbincangan publik!" ucap nya sebelum meninggalkan Steve dan Katrine, di ikuti istrinya.
Kini hanya ada Steve dan Katrine saja. "Mengapa kamu tetap melakukan pernikahan ini?" tanya Steve langsung begitu orang tuanya pergi.
Katrine menarik nafasnya. Ia kemudian melirik calon suaminya itu. "Aku sebenarnya kaget karena kalian bisa berakting sangat luar biasa di depan seluruh keluarga besar kalian, namun aku akan tetap melanjutkan pernikahan ini bagaimanapun atau pilihan kedua..." ucapannya tertahan.
"Apa pilihan kedua?" tanya Steve.
"Membicarakan tentang ciuman kalian kemarin di toilet aula pernikahan kita!" jawabnya, satu alisnya terangkat ke atas.
Steve mengepalkan tangannya, ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa jika saja dia bukan wanita dan tidak sedang di rumahnya, mungkin Steve sudah memukul wajahnya.
Betapa licik perempuan di depannya itu sekarang.