Masukan demi masukan ia katakan untuk memberi dukungan pada saudaranya itu.
Mereka tahu kehidupan berat sudah biasa mereka lalui.
Dengan lugas ia memberikan saran pada kakaknya dengan ucapan-ucapan yang sangat mendukung.
Dengan nada suara nya yang lembut namun tegas terdengar.
Ia tersenyum, mendengar penuturan Adiknya itu.
"Kamu selalu hidup menderita karena Kakak yang seperti ini, Kakak tidak memberikan kebahagiaan padamu, kamu harus hidup susah dengan Kakak, dan sekarang menampung Kakak dan Khaira," Kania mengucapkan kata-kata yang tersemat di hatinya.
"Kakak selalu memikirkan orang lain, berhenti seperti itu! Kakak harus bergerak maju, ingat Kak, Kakak menghabiskan masa muda Kakak hanya untuk menyekolahkan adek," ucap Dimas.
Dimas mengingat semua pengorbanan Kania sedari dulu, hal itu membuatnya ingin membalas ketulusan Kakak perempuannya.
"Dek, tanganmu kenapa?" tanya Kania.
Dimas malah menangis, adik laki-lakinya itu menangis untuk pertama kalinya.