Mereka membayangkan kejadian lampau dimana sebuah tragedi unik terjadi.
Bagaimana pun itu tak pernah luput dari ingatan nya.
Setelah lelaki itu selesai bicara dengan suara khas nya.
Ia menganga, mendengar penuturan laki-laki dengan rahang sempurna didepannya, begitupun Dimas yang menjadi saksi Adi menyatakan perasaan pada Kakak semata wayangnya.
Adi menggigit bibir bawahnya, menunggu ucapan yang akan terlontar dari bibir Kania. Ia sungguh harap-harap cemas.
"Di!" Jawab Kania, kemudian kembali terdiam.
"Iya," Adi mendekatkan telinganya sedikit, siap-siap menerima jawaban Kania.
"Apa kamu menembak ku disini?" tanya Kania.
Adi menaikan satu alisnya, ia merasa Kania akan menolaknya karena caranya menyatakan perasaan sangat ambigu dan mendadak.
"Kamu tidak harus menjawab sekarang jika keberatan," sela Adi.
"Iya, ini jawaban ku!" Jawab Kania.
Adi kini yang menganga, berusaha mencerna ulang pendengarannya, memastikan jawaban dari Kania bukan halusinasinya.