Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Judas Sang Pemburu

🇮🇩Freddy_San
--
chs / week
--
NOT RATINGS
15.2k
Views
Synopsis
Judas, pewaris tahta kerajaan Monaghan, konglomerat dan pengusaha muda sukses, hidup dalam gelimangan harta, judi, wanita, juga masalah dan ancaman pembunuhan terhadap dirinya. Hidup Judas mengalami banyak perubahan setelah bertemu dengan gadis misterius, Arandelle, pemilik kekuatan magis yang hidupnya tak kalah pelik dengan Judas. Keduanya akrab dengan ‘pembunuhan’ dan kehilangan orang tua di masa kecil. Arandelle berulang kali menyelamatkan hidup Judas tanpa sengaja, membuat laki-laki itu merasa berutang budi dan beberapa kali menyelamatkan hidup Arandelle tanpa gadis itu sadari. Simbiosis mutalisme yang membuat keduanya tanpa sengaja menjadi tim, melawan musuh-musuh mereka. Intrik politik dan bisnis, mengancam mereka berdua.
VIEW MORE

Chapter 1 - Kasino

Judas sedang berkeliling di kasino mewah miliknya. Tempat judi terbesar di kota Nemville ini sudah sangat dikenal oleh kalangan atas di seluruh dunia. Jangan berani ke sini kalau hanya membawa beberapa ribu dollar saja. Perputaran uang di tempat ini sangatlah tinggi. Ratusan ribu dollar berhasil diraup oleh Judas setiap hari.

Kasino sebagai bisnis utama, juga beberapa perusahaan lain seperti pabrik makanan, wine, hingga hotel serta resort mewah, menjadikan Judas sebagai konglomerat muda. Kondang di seantero Monaghan, bahkan dia cukup dikenal di kancah internasional.

Pemuda kaya, dikelilingi banyak wanita, hidup foya-foya serasa di surga. Apa yang tidak dia punya? Siapa yang mampu menolak pesonanya? Tidak hanya kaya, tetapi dia juga tampan dan rupawan. Sempurna!

Mata Judas tertumbuk pada sesosok gadis dengan tubuh mungil mengenakan dress berwarna merah tua di salah satu sudut kasino. Dia terlihat asyik sekali memandangi sekumpulan orang bermain Rolet. Rolet berasal dari bahasa Perancis, roulette yang artinya adalah roda kecil.

Dalam permainan ini, seorang bandar akan memutar roda itu ke sebuah arah lalu melemparkan bola kecil ke arah berlawanan pada sebuah permukaan bulat yang dimiringkan hingga berputar mengelilingi roda tersebut. Bola itu akhirnya jatuh di permukaan roda pada salah satu kotak berwarna dan memiliki angka.

Jumlah kotak dalam rolet ada dua jenis. Kalau mengikuti standar Eropa, ada 37 kotak. Jika mengikuti standar Amerika, total ada 38 kotak. Semua berwarna merah dan hitam. Ada satu kotak saja yang berwarna lain, yaitu hijau, dengan angka nol tertulis di dalamnya.

Dalam standar Amerika, ada dua kotak hijau, bertuliskan 0 dan 00. Itu saja yang membedakan. Selebihnya, sama saja. Kotak-kotak utama diberi nomor 1 hingga 36 dengan warna berganti-ganti antara merah dan hitam, tetapi nomor kotak tidak dibuat berurutan di sekeliling rodanya. Semua ditulis acak.

Jadi tiap rolet akan memiliki 18 kotak berwarna hitam dan 18 kotak berwarna merah. Pemain akan memasang taruhan. Ada dua jenis taruhan. Pertama adalah taruhan tunggal pada angka yang sudah kita pilih. Taruhan kedua adalah pada kelompok angka tertentu, misal angka hitam atau merah.

Gadis itu tampak bahagia sekali. Sesekali dia tertawa dan menutup mulut dengan tangan mungil miliknya. Pancaran binar matanya seolah mampu menyilaukan pandangan Judas yang berdiri di lantai dua kasino, memandang gadis di lantai dasar itu.

'Gadis ini masih terlalu kecil untuk berada di tempat seperti ini. Dengan siapa dia datang? Orang tua? Ah, mana ada orang tua membawa anak di bawah umur ke kasino.'

Penasaran, Judas bergegas melangkah, menuruni anak tangga. Tatapannya tak lepas dari gadis dengan rambut pirang indah tergerai yang masih memandangi rolet dengan sangat serius. Sempurna sebagai sebuah daya tarik seorang gadis muda.

Jarak antara dua manusia itu mulai terkikis. Sepuluh meter, delapan, lima. Judas berdiri di sisi meja yang sama, tetapi lebih memilih untuk berhenti dan memperhatikan dari samping, berjarak sekitar satu meter dari gadis itu. Hidungnya mungil, mancung, berpadu indah dengan bibir tipis sensual berwarna merah alami. Gadis itu hanya mengenakan lip balm, bukan lipstick dengan pewarna nyata seperti kebanyakan wanita.

"Permisi, Om. Kenapa kamu melihatku seperti itu? Apakah aku terlalu cantik sampai membuatmu sulit untuk berkedip?"

Judas tersentak. Saking asyiknya memindai, dia tidak sadar ketika gadis itu tiba-tiba menoleh dan berbicara padanya.

"Om? Heh, enak saja. Aku masih muda! Kamu itu yang belum cukup usia untuk berada di tempat orang dewasa seperti ini."

Judas menaksir, usia gadis ini pasti tak lebih dari enam belas atau tujuh belas tahun. Bahkan mungkin masih lima belas tahun. Anak jaman sekarang, tumbuh lebih cepat dari usianya. Gadis ini tidak semungil yang dia lihat dari kejauhan tadi. Tubuh sangat ramping membuat dia terlihat mungil. Namun ternyata dia cukup tinggi, hampir mencapai telinga Judas, kalau tidak salah taksir.

"Usiaku sudah dua puluh tahun, Om. Jadi sudah layak untuk disebut sebagai wanita dewasa. Mungkin Om yang sudah terlalu tua untuk berada di tempat ini," balas gadis itu sambil berlalu menuju meja lain.

'Sialan. Baru kali ini aku dihina oleh seorang perempuan. Dua puluh tahun? Wow, apa yang dia makan sehari-hari sehingga waktu seolah tak mau mengunjungi dia?'

Judas penasaran. Gadis itu mengaku usianya sudah dua puluh tahun, tetapi sungguh, dia tampak jauh lebih muda dari itu. Judas merasa, gadis ini pasti tidak normal. Belum pernah ada perempuan mengatainya tua, apalagi sampai memanggil om, seperti yang dilakukan gadis ini.

Walau sudah berusia 28 tahun, Judas masih terlihat sangat muda. Dia cukup matang sebagai seorang pria, tetapi juga masih cukup imut untuk dipandang sebagai seorang pemuda alias brondong.

Baru saja Judas hendak menyusul gadis misterius itu, Brenda sudah menggamit lengannya dengan manja.

"Sayang, aku kangen sama kamu. Yuk, kamu nggak pengen?" Wanita berusia 25 tahun itu berbisik sambil mendesah.

"Hmmm. Sebetulnya, aku lagi malas bercinta malam ini." Judas mencoba menolak dengan halus. Dia masih penasaran dengan gadis tadi. Toh, bercinta dengan Brenda bisa kapan saja. Dia hanya salah satu stok wanita siap pakai, tanpa harus punya hubungan khusus. Friends with benefit, kata orang-orang.

"Ah, ayolah, Jud. Aku lagi pengen banget ini. Please. Udah, deh, kamu diem aja. Biar aku yang 'bekerja', kamu cukup diam dan menikmati." Brenda masih mencoba merayu.

Satu tangan bergelayut manja di lengan Judas, sementara satu lagi mengusap dada bidang laki-laki itu. Mencoba merasakan pahatan sempurna dari balik kemeja biru langit yang dia kenakan.

Mendengar tawaran Brenda, mau tidak mau gairah Judas bergejolak juga. Ya, diam dan menikmati, merasakan full service tanpa harus 'bekerja', siapa yang tidak suka?

"Ayo." Judas membawa Brenda ke lantai atas.

Lantai dua kasino memang berisi kamar dan fasilitas-fasilitas lain yang bisa digunakan oleh tamu. Pengunjung biasa datang ke tempat ini membawa pacar, teman, atau bahkan gadis atau pria sewaan untuk menemani mereka. Istirahat sejenak di spa, kolam renang, atau di dalam kamar sembari melepas beban dengan bersenang-senang. Rutinitas menyenangkan para tamu, juga tentu saja menyenangkan bagi Judas, sang pemilik kasino. Pundi-pundi dolar terus mengalir ke kantongnya.

"Aku kangen banget sama kamu, Jud. Sudah lebih dari seminggu kita tidak bertemu dan bercinta. Kamu terlalu sibuk dengan gadis-gadis lain. Aku jadi terpinggirkan."

"Mau bagaimana lagi. Kamu tahu 'kan aku ini tipe pembosan. Kalau bercinta dengan wanita itu-itu saja, pasti jenuh. Bukankah wanita diciptakan untuk dinikmati? Sayang dong kalau dianggurin."

'Tunggu saja pembalasanku sebentar lagi, Jud.'