Vallery melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah yang tampak sepi, menandakan penghuni rumah tersebut sudah terlelap, dan Kenzo pun sepertinya masih belum pulang.
Dengan langkah gontai ia menuju kamarnya dan kemudian ke kamar mandi membersihkan diri.
Vallery mengguyur tubuhnya dengan air dingin, ia berharap itu akan mengurangi rasa sakit yang ia rasakan saat ini, Vallery menangis sejadi-jadinya dibawah guyuran air shower.
"Aaaaaa," teriaknya sambil menarik rambutnya sendiri.
Cukup lama Vallery mengguyur tubuhnya dibawah air dingin sampai tubuhnya memucat dan menggigil kedinginan, setelah ia merasa cukup, ia keluar dari kamar mandi berganti pakaian dan langsung merebahkan dirinya yang terasa lelah dengan apa yang baru saja ia alami.
Vallery meringkuk kedinginan dibawah selimut tebal yang membalut tubuh mungilnya.
Kenapa sekarang? kenapa disaat dia mulai mencintainya, bahkan cintanya belum sempat dimulai, tetapi sekarang sudah harus hancur seperti ini? kenapa ? kenapa tidak dari awal saja saat dia belum memiliki perasaan apa-apa terhadap Kenzo?.
Ini benar-benar tidak adil untuknya, dan jika benar Kenzo mencintainya lalu bagaimana dengan bayi yang bahkan belum lahir, dia tidak bisa egois, bayi itu tidak bersalah, bayi itu membutuhkan kedua orang tua nya, maka dia yang harus mengalah disini.
Vallery memejamkan matanya yang terasa perih karena terlalu banyak menangis, ia mencoba untuk mengistirahatkan tubuh serta pikirannya dan berharap saat ia bangun ia dapat melupakan semuanya, melupakan perasaannya terhadap suaminya Kenzo.
Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang berputar dipikirannya saat ini, tadinya dia akan mengungkapkan cintanya pada Ken dan meminta izin akan ke London 2 minggu lagi, tapi rasanya sudah tidak ada gunanya lagi sekarang.
Dia akan bertahan 2 Minggu lagi disini, awal nya Vallery tidak akan pergi dari rumah ini selama dia masih berstatus menjadi istri Kenzo, namun sepertinya hatinya tidak sekuat itu, jadi sebaiknya dia pergi saja dari rumah itu, dan mungkin akan pergi dari kehidupan Kenzo selamanya beserta luka yang Kenzo torehkan padanya.
****
Pagi hari Vallery terbangun dan tak mendapati Kenzo disampingnya, ia pun mulai mengingat kembali apa yang terjadi tadi malam wajahnya seketika berubah sendu.
Tapi dia segera menepis rasa sakitnya itu, sudah cukup dia bersedih semalam, hari ini dia akan menghadapi apapun yang terjadi dengan tenang dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan menumpahkan air mata nya lagi.
Kemudian Vallery bergegas membersihkan diri, membuat sarapan dan berangkat ke kantor.
Tap tap tap.
Saat menuruni tangga dia melihat Kenzo yang baru pulang sejak semalam, Vallery segera menetralkan dirinya agar bersikap biasa kepada Kenzo walau tidak di pungkiri jika hatinya begitu perih mengingat kejadian semalam.
"Sudah pulang Ken? aku sudah menyiapkan sarapan, aku berangkat dulu," ucap Vallery berlalu tanpa menunggu jawaban Kenzo dan langsung keluar rumah menuju garasi menaiki mobil menuju kantornya.
Kenzo masih diam di tempatnya memperhatikan Vallery sejak tadi, ia yang melihat Vallery sudah pergi dan masih bersikap biasa kepadanya pun sedikit heran namun ia tidak mau ambil pusing, Kenzo berjalan menuju kamarnya dan membersihkan diri sebelum berangkat ke kantor.
Bukan tidak peduli bahkan dia merasa bersalah pada Vallery, tapi bagaimana lagi ada buah hatinya di dalam perut wanita lain yang membutuhkan sosok dirinya saat ini.
Ya semalam saat keluar dari restoran dengan keadaan kesal di ikuti oleh Nadya yang meyakinkannya atas bayi yang dia kandung.
Kenzo pun mengantar Nadya ke Apartemennya, dab saat hendak pulang ia ditahan oleh Nadya dengan alasan anaknya tidak ingin ditinggalkan ayahnya.
Walau Ken sudah menolak, tetapi dengan berbagai alasan Nadya membuat Ken tetap tinggal disana, dan alhasil Ken pun mengikuti kemauan Nadya dan bermalam di apartemen itu.
Siang ini Ken ingin mengajak Vallery makan siang bersama dan membicarakan perihal Nadya yang akan tinggal bersama mereka, tapi saat dia akan menghubungi Vallery, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangan nya.
"Masuk," saut Ken.
Ceklek.
Muncul wanita cantik berjalan ke arahnya, "sayang aku ingin makan siang bersama mu,"
ujar wanita itu sambil bergelayut manja di lengan Kenzo.
"Kau ingin makan apa?" tanya Ken tanpa ekspresi.
"Apa saja yang penting bersama dengan mu, oh iya sayang aku sudah mengemasi barang barang ku kapan kau akan membawaku ke rumahmu?" tanya wanita itu lagi yang tak lain adalah Nadya.
"Nanti supir akan menjemput mu, aku juga belum membicarakan ini pada Valle," saut Ken dengan nada dingin.
"Kenapa harus bicara padanya?" tanya Nadya sambil bersunggut kesal.
"Bagaimana pun dia istri sah ku, dan perlu kau tau aku sangat mencintai nya, dan ingat satu hal, aku melakukan ini karna anak yang ada di dalam kandungan mu," ujar Ken dengan tegas sambil menatap tajam pada Nadya.
Nadya mengepalkan tangan menahan amarah mendengar apa yang Kenzo katakan.
"Dan ya, kau harus ingat, aku mau menikahimu anak yang ada dalam kandungan mu jadi jangan melewati batas mu," kilatan amarah terpancar dari mata Kenzo saat ini, dia pun berlalu keluar ruangan begitu saja dan dengan tidak tahu malu.nadya mengikuti dirinya.
"Lihat saja tidak lama kau akan menjadi milik ku seutuhnya, dan wanita itu akan ku pastikan dia akan sangat menderita dan segera pergi dari kehidupan mu untuk selamanya," ucap Nadya dalam hatinya.
Disisi lain Vallery sedang sibuk dengan pekerjaannya dia harus menyelesaikan segera pekerjaannya sebelum dia pergi ke London.
Saat dia sedang sibuk Ara masuk keruangannya membawa dokumen-dokumen yang harus di tanda tangani oleh Vallery.
Ara yang melihat raut wajah sahabat sekaligus atasannya itu pun mengerti kalau sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.
"Valle apa kau ada masalah?" tanya Keira.
"Tidak Ra, aku baik baik saja," Jawab Vallery sambil tersenyum pada Ara.
"Jangan berbohong pada ku," ucap Keira sambil bersunggut kesal.
Valle pun tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
"Kau memang paling mengerti aku, ayo sini duduklah aku akan menceritakan semua nya pada mu," ucap Valle kemudian.
Valle mengajak Ara duduk di sofa ruangannya dan menceritakan semua yang terjadi tanpa terkecuali termasuk perasaannya pada Ken.
Biarpun sorot matanya menyiratkan kesedihan dan kesakitan tapi dia tidak meneteskan air matanya karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan ada air mata lagi untuk masalah ini.
Ara menggenggam tangan Valle dan memeluk sahabatnya itu setidaknya untuk menguatkan Vallery.
"Kau pasti bisa melewati ini semua, aku tau kau wanita kuat dan hebat, aku yakin semuanya akan baik-baik saja, dan oh ya aku sudah mempersiapkan semua tentang keberangkatan kita 2 Minggu lagi, apa kau akan bicara hal ini pada Kenzo?"tanya Keira mencoba mengalihakan pembicaraan nya agar Valle tidak sedih memikirkan hal tersebut.
"Tidak, untuk apa aku bicara padanya lagi pula dia sebentar lagi akan menikah dan memiliki anak, biarkan dia bahagia dengan keluarga kecilnya," saut Valle kemudian.
Ara menganggukan kepalanya mengerti, bukan dia tida marah pada Kenzo, tetapi dia tidak ingin memperkeruh keadaan jika dia mengatakan sesuatu tentang ini, b
dia tau valle wanita yang kuat dan dia pasti bisa melewati semua ini.
"Valle, apa kau sudah bicara pada Deddy mu jika akan kembali ke london? apa dia akan menyetujuinya?" tanya Keira.
"Ntah lah, aku rasa tidak, aku juga berat berpisah lagi dengan Daddy dan juga Nathan," Valle menghela nafasnya dalam-dalam, dia bahkan sangat merindukan kakaknya Vania.
Valle merindukan masa-masa dimana mereka bermain bersama, tidak seperti sekarang, saudara kandung yang seperti orang asing.
"Hei, jangan lemah seperti itu dimana jiwa tegas mu selama ini, ayolah kita akan bersenang-senang seperti dulu di darkness," ucap Keira tersenyum penuh arti pada Valle.
Valle yang melihat itu pun mengerti apa yang dikatakan sahabatnya itu.
"Kau benar, kita akan bersenang-senang disana," ucap Valle sambil menyeringai seram, bahkan Keira yang melihatnya pun bergidik ngeri,.apa lagi org yang lain, pasti akan takut dengan wajah devil milik Vallery.
"Valle bagaimana jika Adit dan Arjun tau tentang darkness?" tanya Ara.
"Mungkin mereka akan marah karena memang itu sangat berbahaya, bagi mereka yang tidak bergelut didunia hitam, tapi itu sungguh menyenangkan bagi kita," Vallery pun tertawa lepas bersama Ara.
Saat mereka asik tertawa seseorang tiba-tiba masuk dan mengejutkan mereka, bahkan mereka gugup jika orang itu mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Apa begitu menyenangkan bermain dengan nyawa kalian," ucap orang itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
Mereka berdua terpaku dan salah tingkah, tidak tau apa yang harus dilakukan dan tidak tau harus menjawab apa.
Valle dan Keira menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan mereka saling melempar pandangan satu sama lain.
"Eh, em, it-itu," Valle terbata menjawab pertanyaan orang tersebut, ia bingung apa yang harus dikatakan.
"Ada urusan apa kalian dengan Darkness?" tanya orang itu lagi.
"Ar aku akan jelaskan," ucap Valle kemudian dia bangkit menghampiri Arjuna dan mengajaknya duduk bersama mereka.
Bersambung.