Chapter 3 - Chapter 3 : Food

Mungkin kemarin pada saat Gadis kecil muncul dengan sebutan "Penjaga kecil" banyak yang tidak menyadari keanehan darinya.

Penjaga kecil : Xiao Quan.

Namun Zhu Zhu Qing merasa bahwa tatapan mata milik gadis "Penjaga Kecil" memiliki arti yang sulit dikatakan hanya dengan kata².

Sebagai Nona Muda Kedua yang dibesarkan di dalam Keluarga Zhu. Ia sudah mengalami dan menerima perlakuan tidak mengenakkan selama bertahun-tahun.

Ia juga menerima tidak sedikit tekanan batin dan tubuhnya. Tapi, melihat mata hitam berlian gadis kecil yang ia temui. Ia merasa kalau dirinya kurang, kurang dalam segala hal.

Setelah melihat kekuatan Milik Gadis kecil itu, ia merasa bahwa dirinya takkan berguna. Melihat gadis itu dengan lancarnya menuruti apa yang diperintahkan oleh orang lain membuatnya khawatir.

Sontak Zhu Zhu Qing teringat dengan perkataan orang asing dalam perjalanannya.

"Kau mungkin akan menemuinya. Ia lebih kecil darimu, beban yang ia tanggung lebih berat darimu." Ujar Suara Pemuda berjubah Hitam di depan api unggun seraya menunggu daging rusa matang.

Ia dan pria tersebut tanpa sengaja bertemu pada saat Pembunuh bayaran yang dikirim oleh Kakak perempuannya Zhu Zhu Yun, orang yang disebut sebut sebagai calon permaisuri Kekaisaran Xing Luo.

"Apa yang anda maksud, Tuan Hitam?" Tanya dirinya yang masih diliputi rasa penasaran dan waspada kepada pemuda di depannya.

"Eh? Tuan Hitam?" Dalam sekejap raut wajah pemuda berjubah hitam tersebut berubah dengan raut wajah yang terlihat polos meskipun seluruh poni panjang miliknya menutupi kedua matanya.

Zhu Zhu Qing ingin tertawa pada saat itu. Tapi, itu akan di cap sebagai tindakan yang tidak sopan kepada penyelamatnya. 

Pemuda itu menoleh kesana kemari dan kemudian ia menunjuk dirinya sendiri dengan tangan kirinya.

"Maksud anda... Tuan Hitam itu Saya?"

Tanpa sadar Zhu Zhu Qing sudah selesai membereskan kamar Asrama miliknya dengan 2 rekan gadis lainnya.

Ia sempat bertanya-tanya dalam pikirannya, bukankah gadis kecil itu juga seharusnya tinggal disini? Kamar asrama yang ditempatinya cukup untuk 4 orang.

Tapi, bukankah agak aneh? Pemuda yang bersamanya waktu itu menghilang setelah melewati perbatasan Antara 2 Kekaisaran.

Zhu Zhu Qing mendengus pelan sebelum pergi meninggalkan kamar dengan wajah dingin.

Di sisi An Quan.

An Quan saat jni sedang memasak dikantin dengan porsi yang banyak. Ia sudah menata 20± piring untuk sarapan semua orang di Academy (termasuk para guru).

Ia mengambil 5 mangkuk yang diletakkan pada satu nampan dan berjalan keluar ke jalan pintas. Ia melangkahkan kakinya menuju Ruang Kepala Dekan untuk mengantar makanan.

Tok...tokk...tok...

Tangan kanan miliknya mulai mengetuk pintu besar dihadapannya sebanyak 3 kali. Dan tak lama kemudian terdengar suara bariton khas dari dalam ruangan.

"Masuk"

Krieett...

Pintu terbuka, memperlihatkan  bagian dalam ruangan yang sudah biasa ia lihat. Di kursi Kepala Dekan menghadap ke arah pintu masuk.

Memperlihatkan 'murid paling berbakti' yang dimiliki oleh Academy dengan tangan kiri kecil yang memegang nampan berisi 5 mangkuk dengan tangan kanan yang di lipat ke bawah dada dengan sapu tangan putih bersihyang disampirkan.

Terlihat sangat Formal dari perilakunya jika saja ia memakai baju khas kepala pelayan laki².

Ia mulai meletakkan 5 piring tersebut dihadapan Dekan dan langsung pergi meninggalkan sapu tangan putih yang tergeletak di meja kerja Dekan, tak lupa juga ia menutup pintu ruangan Dekan.

Krieett.....

Blamm...

"Huh, hanya murid pengganti ya?" Gumam Dekan sambil melihat sarapan yang tersedia di mangkuknya. 

Sebelum matanya melotot dengan kacamata yang sedikit retak. Ia meletakkan kacamata miliknya dan memijat pangkal hidungnya.

'Apa-apaan ini?! Darimana ia mendapatkan uang untuk membeli daging binatang buas?!!!' batinnya tercengang.

–––—————————————

Nia : Tentunya dengan menjual pahatan miliknya. //Bangga//

An Quan : Tapi, kemarin malam aku pergi berburu bersama Xiao Bei.

Xiao Bei : *Angguk² dengan 2 tangan cakar yang diangkat ke atas*

Nia : Ukh-. //Kehilangan kepercayaan diri// mari lanjutkan saja.

———————————————

Kembali ke sisi An Quan, ia sekarang berjalan kembali ke kantin, karena ia sama sekali belum memakan makanan yang ia buat.

Ia memasuki ruangan kantin yang sudah ramai dan banyak piring² kotor tergeletak di atas meja kantin.

Ia mulai mengecek piring dengan sedikit sarapan yang ia simpan di dalam tudung saji.

Ia membuka tudung saji tersebut dan menemukan piring kecil dengan makanan didalamnya kosong.

'Bukankah tadi ku taruh ke sini? Kok hilang?!' batinnya dengan ekspresi yang sedikit muram.

An Quan belum memakan makanan apapun kemarin malam dan saat ini makanan yang sudah ia masak dengan susah payah menghilang begitu saja.

An Quan menghela napas pendek dan langsung mengambil piring dan meletakkan sayuran lalapan mentah lalu menambahkan sedikit kecap asin.

Dan berjalan kembali menuju kamarnya seolah ia tak ingin ada orang yang melihatnya makan.

Zhu Zhu Qing yang sedari tadi memperhatikan di kantin tetap terdiam dengan wajah yang dingin namun di dalam ia menghadapi perang batin yang sengit.

'Kenapa gadis itu tak makan saja di sini?'

'Siapa yang memasak sarapan hari ini? Apakah gadis tadi?'

'Mengapa ia tak membuka maskernya? Apakah wajahnya seburuk itu?'

Tong.....

Tong.....

Dentang lonceng membangunkannya dari perang batin. Ia segera bergegas menuju ke lapangan seperti perkataan Dai Mu Bai kemarin.

"Jika ada suara lonceng berbunyi. Maka, sudah waktunya untuk masuk ke kelas. Dekan tidak menerima keterlambatan sedikitpun atau uang masuk semester akan ditambah dengan kejam" Ujarnya dengan raut agak canggung namun tegas.

Zhu Zhu Qing sudah berada di lapangan dengan banyak orang yang sudah berkumpul. Ia melihat ada wajah baru yang familiar.

Paman Penjual Sosis yang mencukur jenggotnya? Sekarang benar-benar terlihat seperti seorang pemuda berumur 14 tahun.

Oh, Zhu Qing teringat ada satu orang yang belum terlihat di lapangan.

Gadis penjaga kecil.

Tap..

Tap..

Tap..

Suara langkah kaki ringan terdengar di belakang mereka. Mereka semua menoleh sejenak dan ada yang sekedar melirik siapa gerangan yang datang dengan berlari.

Itu adalah Gadis Penjaga Kecil dengan pakaian tertutup yang longgar tanpa jubah. Ia masih tetap memakai masker hitam membuat semua murid baru menjadi penasaran dengan wajahnya.

Tak terkecuali juga dengan Dai Mu Bai, Ma Hongjun dan Ao Wu Si Ke (Oscar).

Karena mereka tak pernah melihat An Quan melepas maskernya sedikitpun. Mereka bertiga bahkan pernah mengintip An Quan saat berada di dalam kamar dan mereka mencoba melepaskan maskernya yang berakhir terkena cakaran Hamster milik An Quan.

Hamster tersebut menatap mereka dengan tatapan garang seolah jika mereka berani menyentuh An Quan maka ucapkan selamat tinggal pada dunia.

Dekan datang tepat pada saat An Quan mengambil barisannya.

Bersambung~