"Kenapa? Kenapa kau berbuat seperti ini padaku, Tio?! Bukankah lebih baik jika kita berkelahi untuk menyelesaikan masalah, hah?!" desis Kyosuke. Ia menatap tajam ke arah Tio, yang malah tersenyum senang saat diludahi seperti tadi.
Tio tidak langsung menjawab. Ia menarik kursi untuk mendekat ke ranjang Kyosuke berada. Didudukinya kursi itu. Alat kejut listrik bertegangan tinggi yang selalu ia bawa, Tio letakkan di meja dekatnya.
"Aku ini ... besar tanpa diperlakukan sebagai manusia, Kyo. Aku masih ingat jelas semua gunjingan mereka.
'Aku nggak mau sebelahan Tio si banci!'
'Aku nggak mau napas bareng Tio yang tidak normal!'
'Tio adalah kuman dan sampah masyarakat!'
'Sudah jelek tidak normal lagi!'. Semua orang mengataiku sekejam itu, Kyo. Lalu, aku bertemu Bos Zian yang mau mengajariku berkelahi."
Tio mulai mengenang penderitaan selama ini. Ia selalu diremehkan karena memiliki kelainan orientasi seksual. Hanya Zian yang mau menjadikan Tio sebagai teman.