Aisyah membenarkan jilbabnya. "Maafin kembaran aku ya, Lis." ucapnya tulus.
Lisa tersenyum seraya melanjutkan perjalanan menuju ke taman belakang. "Iya nggak apa-apa kok, Sya. Kamu tenang aja ya."
Lisa sudah biasa mendapatkan mulut pedasnya Ali. Bagi dia enggak masalah asal masih bisa melihat wajah orang yang dia cintai.
"Ini sebabnya aku selalu melarang kamu buat mencintai dia. Dia enggak pantas buat kamu, Sya." Aisyah terbawa emosi. "Ada banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik dari kembaranku, dan aku enggak rela sampai kamu di sakiti oleh kembaranku sendiri."
Asiyah sama halnya dengan Lisa, dia sama sekali enggak tahu kenapa kembarannya begitu membenci Lisa. Pernah dulu Aisyah maksa Ali buat berkata jujur tetapi reaksi Ali sungguh di luar nalar, dia berdiri lalu membuang barang yang ada di sekitarnya dan langsung pergi meninggalkan Aisyah dengan keterkejutannya.
Aisyah sangat yakin pasti ada masalah di balik sikap kembarannya yang bisa sampai seperti itu. Maka dari itu Aisyah enggak mau kalau sampai Lisa di sakiti oleh kembarannya lebih baik Lisa dapat laki-laki yang sangat mencintai Lisa. Bukan seperti kembarannya yang dengan terang-terangan sangat membenci Lisa.
***
Flashback
Aisyah masih penasaran kenapa sih kembarannya sangat membenci Lisa, akan Aisyah cari tahu namun sekarang yang lebih penting dari itu adalah Aisyah harus bisa bantuin Lisa dalam mengerjakan skripsi.
Kita jadi orang enggak boleh tuh pelit akan ilmu, kalau tahu justru harus disebarluaskan ke semua orang. Terkadang ada beberapa orang yang dianya sangat sulit untuk berbagi, buat apa sih mereka pelit ilmu, sayang kan kalau cuman diketahui satu orang lebih baik di bagi-bagi nanti akan mendapat pahala yang berlipat ganda.
"Haduh beneran pusing tujuh keliling tahu nggak sih, Sya." Lisa memijat kepalanya.
"Udah pokoknya tenang aja, Lis, In Sya Allah bakalan gue bantu sebisa gue kok. Ayok semangat." ucap Aisyah memberi dukungan untuk Lisa.
Lisa benar-benar sangat bersyukur memiliki sahabat yang tulus seperti Aisyah. Dia enggak tahu lagi harus minta tolong sama siapa kalau bukan sama sahabatnya.
Pernah suatu ketika Lisa minta di ajarin sama Kak Arman tetapi jawabannya sangat tidak memuaskan "Belajar dong jangan minta bantuan terus." Emang sih Abangnya ada benarnya juga namun kalau enggak paham mau di kata.
Sayang sekali saat itu Bang Dito pergi keluar kota menghadiri acara resepsi temannya, kalau ada Bang Dito pasti Lisa akan di ajari ya walaupun enggak semuanya. Alhamdulillah Lisa punya sahabat yang mau bantu dia kapan aja, enggak seperti kedua Abangnya.
Tidak terasa waktu cepat berlalu kini, Lisa bisa bernapas sedikit lega karena skripsinya sedikit lagi selesai dan bisa dia bimbingkan sama dosen esok hari.
"Bentar ya, Lis, aku tinggal dulu mau ngisi teko buat kita." Aisyah melirik air yang sudah disediakan oleh Mamahnya kini hanya tinggal satu tetes.
"Eh... enggak usah, Sya. Aku enggak haus lagi kok." Lisa mencegah Aisyah yang akan mengambilkan air untuk mereka berdua. Sebenarnya Lisa juga masih haus tetapi dia harus terpaksa berbohong karena sungkan sudah terus-terusan merepotkan Aisyah. Berbohong untuk kebaikan enggak masalah kan. Daripada berbohong bilang masih sayang eh ternyata aslinya kagak. Ups...
"Sini coba gue lihat skripsi lu." Ali tiba-tiba datang kemudian mengambil berkas skripsi yang ada di meja kecil. Lisa sangat terkejut melihat Ali datang di tempatnya, enggak biasanya kembaran sahabatnya menampakkan batang hidungnya.
Ali mengambil bolpoin lalu dengan seenak hati menuliskan di skripsi milik Lisa. Dia kagak tahu apa itu kertas nyarinya susah banget, Lisa harus rela memohon sama kedua Abangnya dengan wajah yang memelas agar dibelikan kertas satu rim, eh ini Ali datang langsung main di coret aja seperti dosen pembimbingnya. Namun bedanya Ali hanya mengenakan pakaian santai tetapi kalau dosen pembimbing mengenakan pakaian formal.
"Ini yang gue coret di perbaiki, sayang banget judul sebagus ini tapi isinya begini." Ali mengembalikan berkas skripsi Lisa.
Lisa enggak bisa berkata apa-apa. Dia enggak menyangka kalau laki-laki pujaan hatinya mau dengan suka rela membantu dia mengerjakan skripsi.
"Makasih ya, Li." ucap Lisa tulus.
Lisa tadi sudah bersuudzon bahwa Ali akan menuliskan sesuatu yang aneh. Eh ternyata dugaannya salah besar.
Iya Lisa tahu kalau manusia enggak boleh suka bersuudzon karena hasilnya akan terjadi kesalahpahaman.
"Kenapa lu suka sekali dengan warna biru?" Ali bukannya menjawab ucapan Lisa tetapi malah bertanya sesuatu.
"Warna biru? Maksudnya gimana, Li?" tanya Lisa bingung. Namun sayang karena Ali enggak mau menjawab, dia ingin Lisa mudah tanggap dengan setiap pertanyaan yang dia sebutkan.
Lisa menatap Ali sekilas tatapan yang sangat tajam sehingga membuat Lisa menjadi takut. "Eum... aku suka warna biru karena bisa membuat hati tenang dan enggak terlalu pekat untuk di lihat." jelas Lisa.
Ali menganggukkan kepala. "Ouwh gitu. Ya udah lah gue mau balik ke kamar ngapain tadi harus repot-repot ke sini." jawab Ali sinis.
Lisa bener-bener heran dengan sikap Ali yang berubah secara tiba-tiba. Ini hari yang sangat bahagia buat Lisa, akhirnya Ali mau juga ngobrol dengan dirinya tanpa ada kata-kata yang sarkas.
Ada seseorang yang mengawasi Ali dan Lisa sejak tadi, sudah bisa menebak siapa orangnya. Yaps... orang itu adalah Lisa dan di tambah dengan Mamah dari si kembar.
Mereka sempat enggak menyangka kalau ternyata diam-diam Ali memantau Lisa dari jauh. Semoga saja hati Ali lama kelamaan akan luluh juga.
"Hai... maaf ya lama tadi aku cari sirup enggak ketemu nih Lis," ucap Aisyah membawa seteko air. Aisyah sengaja tidak menyinggung soal kedatangan Ali karena nanti Lisa berpikir yang tidak-tidak soal dirinya. Cari aman lebih baik.
"Iya nggak apa-apa kok, Sya. Maaf ya aku jadi merepotkan." Lisa sedikit sungkan karena sudah banyak merepotkan Aisyah.
"Repot apaan sih, Lis, udah yuk sekarang kita lanjut lagi."
Sejak saat itu Lisa menjadi yakin bahwa sebenarnya Ali bukan membenci dirinya dan dia punya sedikit harapan untuk balik di cintai oleh Ali.
***
Flashon
Dito sangat enggak sabar ingin segera memberitahu kepada Lisa siapa pemilik cafe yang sedang hits ini.
Lisa jadi bingung kenapa Abangnya senyum terus dari tadi. Giliran buka suara eh malah menanyakan masa lalu. Ini benar-benar aneh dan patut untuk dicurigai.
"Kenapa sih, Bang senyum enggak jelas gitu? Dari tadi di tanya malah enggak ada jawaban. Aku jadi ngeri deh, Bang," tanya Lisa heran.