Naraya membuka matanya perlahan. Gadis itu berdesis ketika merasakan nyeri yang teramat di kepalanya. Lagi lagi Naraya merutuk, bagaimana ia bisa begitu bodoh minum sebanyak itu hanya karena stress atas desakan ibunya?
"Oh sial di mana aku," gadis itu bergumam, menatap sekeliling ruangan di mana ia berada, "Tempat ini bukan kamarku,"
"Kau sudah sadar?" sebuah suara berat dan maskulin cukup membuat Naraya berjengit, segera mencari sumber suara dan menemukan seorang pria dewasa tengah menatapnya datar dari ambang pintu.
"Siapa kau?"
"Aku bukan siapa siapa dan hidupku seharusnya tidak berkaitan apapun denganmu sampai kau masuk tanpa permisi ke dalam mobilku, meracau, mengumpat, dan muntah di sana," ujar lelaki itu.
Naraya melotot, ia mencoba mengingat ingat apa yang terjadi, dan saat itu juga gadis itu mulai menangis, "Maaf kan aku aku sungguh tidak tau. Ku kira semalam itu mobilku. Aku minta maaf aku pantas mati,"