Pagi itu tampak tenang tidak seperti biasanya di rumah keluarga Toria yang biasanya sibuk dari pagi buta, di dalam kamar Eloi ada seorang wanita yang berpakaian seperti biarawati sedang melakukan sihir pengobatan seperti biasa untuk menjaga tubuh mantan putra mahkota tetap terawat.
Namun segera ketenangan digantikan oleh kepanikan dari biarawati tersebut karena teriakan Eloi yang tiba-tiba tersadar dan berteriak kesakitan.
(SRAKK KRRAK SLARAK ARGHHH ... )
Eloi meronta kesakitan di kasurnya, dan biarawati berusaha tetap tenang dengan melemparkan sihir penyembuhan namun percuma Eloi tetap mengerang dan meronta.
Sura otot putus dan tulang patah terus terdengar bercampur dengan teriakan Eloi, suasana kamar itu mencekam beberapa menit hingga beberapa penjaga datang dan dengan perintah dari biarawati mereka pergi memanggil mantan ratu mereka.
" Mana ku sudah habis ... Bertahan lah pangeran Eloi " biarawati itu tampak berumur 23 tahun, ia yang sudah berjuang dalam perang sodara ini telah melihat banyak sekali kengeriannya dengan mengobati luka saat perang.
" Ratu Hamba memohon ampun, mana hamba telah habis dan ... " Sebelum wanita muda itu menyelesaikan kata-katanya segera dihentikan oleh tindakan dari beberapa orang yang datang, ibu Eloi telah datang dengan beberapa biarawati yang lain dan mereka dan segera melakukan penyembuhan dengan di pimpin oleh ratu para biarawan melakukan sikap berdoa muncul sebuah cahaya yang menyelimuti tubuh Eloi.
Semenit kemudian para biarawan jatuh terduduk dan Eloi pun sudah tenang perlahan bangkit terduduk di kasurnya, tanpa memperdulikan tubuhnya yang kelelahan ratu Aria segera memeluk anaknya yang telah sadar.
" Uhh... " Dengan nada lemah Eloi terkejut dengan ibunya yang telah memeluknya.
" Maafkan kami karena tidak bisa melindungi mu " Aria yang mengetahui anaknya telah sadar menangis karena ia gagal sebagai orang tua Eloi.
" Tidak ibu.. aku yang meminta maaf karena lemah dan tidak mampu menjaga kalian semua " Eloi yang masih merasa tidak nyaman dengan tubuhnya merasakan pusing namun ia bertahan dalam pelukan ibunya.
" Aku lelah, bisakah kalian meningkatkan aku sendiri ? " Eloi melepaskan pelukan ibu nya dan kembali duduk dengan lesu.
" Tentu nak, Clarisa akan menjaga di sisimu " ibu Eloi yang khawatir dengan kondisi anaknya sebenarnya ingin melakukan pengecekan namun karena permintaan anaknya ia berusaha menuruti dengan engan.
" Tidak perlu ibu, aku ... " Sebelum Eloi menyelesaikan kalimatnya Aria menggelengkan kepalanya dengan mata sedih.
Eloi yang melihat kesedihan ibunya menyerah untuk berdebat dan hanya mengangguk pelan.
Semua orang yang ada di dalam segera pergi kecuali Clarissa yang saat ini berdiri di sebelah ranjang, Eloi yang saat ini berbaring terlentang merasa sangat kelelahan setelah acara reuni tadi.
Ia segera melakukan penyergapan mana seperti saat di dunia kegelapan, Eloi memaksa mana yang ada di sekitar untuk masuk ke dalam tubuhnya seperti sebuah lubang hitam yang menyedot apapun dengan kuat.
namun saat ia berkonsentrasi dan menarik nafas dari mulut menyedot udara secara cepat ia mendengar Carissa tersedak dan jatuh pingsan, Eloi yang terbiasa sendiri tidak memperhatikan orang lain yang ada di sekitarnya sehingga ia lupa bahwa Clarissa akan terdampak karena tindakannya.
" ... " Dengan tenang Eloi bangkit dari ranjangnya dan mengendong Clarissa lalu di baringkan pada ranjang.
Ia sadar bahwasanya kemampuan nya menyedot mana secara paksa bekerja seperti mesin vakum menyedot mana di sekitar hingga kering, tubuh Clarissa yang kaget dengan perubahan mana mendadak membuatnya kehilangan kesadaran.
Eloi menyelimuti Clarissa lalu melakukan perenggangan tubuh, dan berlatih fisik ringan dalam kamar itu.
Matahari telah beranjak ke posisi tertinggi nya, kicauan burung terdengar di luar jendela yang telah terbuka dan Clarissa pun terbangun karena itu.
" Uhh.. ah aku kenapa di ranjang, mana pangeran Eloi ? " Clarissa yang masih pusing memegang kepalanya mencoba mencerna kondisi sekitar, namun ia segera tersadar saat melihat Eloi push up di sebelah kasur dengan hanya menggunakan celana panjang katun berwarna putih tubuh atasnya terekspos dan menunjukkan otot-otot yang atletis namun tentunya bekas luka di dada kirinya.
Selama beberapa saat Clarissa memandangi tubuh Eloi dengan wajah memerah dan sedikit ekspresi haus, namun segera kaget setelah Eloi menyapanya.
" Hai putri, bagaimana tidur siang mu ? " dengan nada datar Eloi berbicara namun dengan ejekan pada kata-katanya.
" Ah.. maaf, ini.. apa yang terjadi ? " Clarissa segera berdiri namun ia tertunduk karena malu dan binggung.
" Aku yang meminta maaf karena membuat mu pingsan, dan apakah kau menikmati nya tadi ? " Eloi yang mampu melihat segala sesuatu bisa mengetahui tindakan Clarissa, ia telah bangkit dari push up dan berjalan mendekati Clarissa dengan aura mendominasi.
" Maaf, aku tidak sopan padamu pangeran Eloi silahkan hukum hamba ! " Dengan panik Clarissa membungkuk meminta maaf karena melihat tubuh putra mahkota dengan tidak sopan.
Melihat Clarissa yang menunduk malu hanya memberikan hiburan pada dirinya yang telah kesepian dan kegelapan, Eloi hanya tersenyum tipis dan sedikit bersenang senang dengan keadaan itu.
" Aku akan di kutuk dewa jika memperlakukan penyelamat hidupku dengan buruk " Eloi memegang bahu Clarissa dan menyuruh nya agar berdiri.
" Aku tidak suka berhutang, maka dari itu apakah tubuh ini cukup untuk membayar kebaikan mu ? " wajah Clarissa yang memerah karena Eloi menyentuh pipinya dengan lembut dan kemudian mengangkat dagunya hingga mereka berdua bertatapan sangat dekat.
" Pangeran tunggu.. jangan lakukan, aku.. ratu takut.. tidak " Clarissa mulai tidak bisa mengontrol pikiran nya, ia berusaha menolak gagasan ' mendapatkan pangeran' namun didalam hatinya ia menyukai Eloi sejak lama.
Clarissa kecil berasal dari sebuah desa yang habis oleh serangan monster dan kedua orang tuanya tewas dalam insiden itu, namun saat berada di panti asuhan kerajaan ratu Aria melihat potensi sihir penyembuhan pada nya dan mengangkat Clarissa sebagai murid nya.
Pada awalnya Clarissa masih terpuruk oleh kenyataan bahwa ia sekarang sendirian, namun semuanya mulai sirna saat bertemu Eloi kecil yang bersemangat dalam pelatihan dan studi nya.
Sesekali Eloi muda mendatangi ibunya untuk mengatakan masalahnya dalam berlatih pedang, namun saat melihat Clarissa berlatih sihir Eloi langsung terdiam dan muncul tatapan mata yang kembali bersemangat.
Mereka saling termotivasi satu sama lain, dan dengan sifat lembut Eloi dalam pujian nya kepada Clarissa membuat lebih dari sekedar rasa terima kasih bagi wanita muda itu.
" Oh.. tenang saja, akan aku pastikan ibu tidak akan tau dan tentunya membayar lunas hutang ku " Eloi berbisik di telinga Clarissa yang membuat nya makin tidak bisa menahan perasaannya kebahagiaan.
Tangan Clarissa yang awalnya berada di dada Eloi untuk menahan agar mereka tidak terlalu dekat segera jatuh tanda menyerah, dan segera Eloi mendorong tubuh Clarissa perlahan hingga terduduk ditepi ranjang.
" Pangeran Eloi, kita... Seharusnya tidak boleh melakukan ini, aku tidak ... Pantas " Clarissa kembali berusaha mencegah percintaan mereka, ia takut akan di jauhkan diri pangeran Eloi kalau saja ratu mengetahui tindakan mereka.
Namun bukannya membatalkan niatnya, Eloi malah makin rusak keteguhan hati Clarissa dengan meyakinkan wanita itu.
" Dengarkan aku Clarissa, kau pantas untuk siapapun karena kau wanita yang luar biasa bagi ku, dengan sosok mu yang tegas dan lurus selalu membuat ku ingin memiliki mu " dengan kata-kata Eloi itu pergolakan perasaan dalam hati Clarissa yang di pisahkan seutas benang yang menjaganya agar tetap logis telah putus.
Clarissa tidak lagi berusaha menolak ataupun memberontak, ia hanya menatap Eloi seperti anjing kecil yang ingin di belai dengan lembut.
Melihat itu Eloi hanya tersenyum tipis, dan segera mendorong perlahan tubuh Clarissa hingga berbaring dengan Eloi berada tepat di atas nya.
Clarissa hanya terbaring pasrah saat Eloi berada di atas tubuhnya, namun ia sangat senang dan bahagia karena pangeran yang ia cintai selama ini mau setidaknya memperhatikan dirinya.
Ia memandangi wajah Clarissa yang cantik dengan rambut yang terurai di ranjang, rona merah wajah nya yang malu dan mau bercampur aduk hingga memunculkan raut wajah yang berbeda dari Clarissa yang tenang dan tajam.
Eloi tidak langsung menyerang tapi ia menikmati keadaan itu dimana sesuatu yang tegas dan kuat bisa menjadi rapuh dan gelisah dalam genggaman nya, Clarissa sendiri merupakan pribadi yang menarik baik dari sikap maupun tubuhnya dan Eloi salah satunya sehingga saat ini ia menatap semua bagian-bagian itu hingga puas.
Melihat Eloi yang memandangi wajah dan tubuhnya, Clarissa yang sudah menerima keadaan mereka ingin memberikan semuanya dengan meraih kerah baju nya bermaksud untuk membuka itu namun sebelum ia sempat melepaskan apapun segera tangannya diraih dan diletakkan di atas kepala yang membuat bajunya makin tertarik dan memunculkan bentuk dadanya yang padat.
" Ahh... Jangan terlalu kasar pangeran, ini.. aku pertama kali nya jadi perlakuan aku lebih lembut " alih-alih mulut Clarissa menolak sebenarnya ia makin terangsang karena sikap kasar Eloi yang mendominasi.
" Maka ini akan jadi pengalaman terbaik untuk mu Clarissa " Eloi menempelkan dahi mereka yang membuat mereka bertukar nafas satu sama lain, membuat suasana makin sesak untuk Clarissa yang belum pernah merasakan sentuhan pria.
Namun saat mereka akan berciuman, terdengar suara ketukan pintu yang membuat Clarissa secara spontan mendorong tubuh Eloi ke samping dan segera berdiri membenarkan pakaiannya.
" ... " dengan kesal Wajah Eloi cemberut dan segera bangkit mengenakan kemeja putihnya.
Setelah Clarissa memastikan dirinya dan mentalnya tenang dia berlari ke arah pintu untuk membuka nya berharap orang yang mau masuk tidak berfikir macam-macam karena terlalu lama tidak merespon.
( AHEMM )
Orang yang muncul berdahem membuat Clarissa yang membukakan pintu terkejut, ia melihat salah satu sahabat nya yang menjadi pelayan berada di depan pintu mencoba masuk dan mengabaikan nya.
" Pangeran Eloi, sudah waktunya makan siang. Ratu telah menunggu anda di ruang makan " maid itu sedikit menunduk tanda hormat sambil menyampaikan pesan, lalu segera keluar dan menarik Clarissa.
Dengan tangannya di tarik secara paksa, Clarissa merasa ada yang salah dengan sahabat nya mungkin saja ia mengetahui kejadian tadi karena ia sempat mendesah cukup keras.
" Eee.. anu bagaimana kabarmu Elina ? " Clarissa berusaha basa basi agar bisa memulai percakapan.
" ... Oh Sahabat ku Clarissa, aku baik-baik saja kok " Elina menjawab setelah jeda beberapa saat, raut wajah nya tampak bermain-main.
" Ba.. baguslah, aku cukup lelah setelah menjaga pangeran ... Bisakah kau melepaskan tangan ku, dan biarkan aku beristirahat " Clarissa mulai panas dingin berharap bisa lari dari sahabat nya yang terkenal pintar saat mengorek informasi ataupun gosip di kerajaan.
" Tentu Clarissa, kau sangat terlihat ... Lelah " Elina berhenti berjalan dan melepaskan genggaman nya, dengan tatapan tajam ia melihat Clarissa dari atas hingga bawah mencoba mencari sesuatu.
" Kenapa kau melihat ku seperti itu.. apa kau sekarang menjadi mesum " Clarissa menyilang kan tangannya di dada berusaha menutupi nya dengan sedikit malu, Elina tiba-tiba mendekat ke telinga nya dan berbisik.
" Tidak ada, hanya saja ... ( Menghirup ) Aku mencium aroma pangeran di tubuh mu " dengan bisikan itu Clarissa langsung merinding karena takut perbuatannya diketahui, namun ia berusaha menutupi nya dan segera berlari meninggalkan erlina.
" Dasar gadis polos " Elina hanya menatap sahabatnya yang lari dengan panik.
Di ruang makan terdapat beberapa orang yang pernah menjabat di kerajaan, dan beberapa keluarga ibuku, mereka semua berdiri menyambut ku kecuali ibu.
" Terimakasih semuanya, dan tidak perlu terlalu formal lagi " aku meminta mereka menghentikan penghormatan.
" Bagaimana kabarmu pangeran Eloi ? "
" Kami bersyukur anda telah siuman "
" Kau terlihat makin dewasa dan kuat "
" Bla bla bla " mereka saling melemparkan kata-katanya untuk kesembuhan ku, namun aku muak mendengar itu.
Kami pun makan siang dalam meja yang cukup besar dengan kapasitas 20 orang, dengan ibuku yang duduk di kursi utama menggantikan posisi ayah.
Seperti biasa kami makan dengan kebiasaan kerjaan, membahas omong kosong dan saling memuji atau bercerita tentang pencapaian keluarga dan hal-hal membosankan lainnya.
Namun dengan itu, aku berbicara dengan ibuku yang masih makan dengan anggun.
" Bagaimana perkembangan nya Bu ? "
" Kami kelelahan nak, dan posisi kami makin buruk dengan banyak nya orang penting tertangkap dan terbunuh " ibu menjelaskan dengan tenang dan tidak terganggu saat menjelaskan.
Secara garis besar kami makin tersudut namun itu hanya secara politik dalam negeri, keluarga Lanzo menolak bantuan luar negeri karena kebanggaan nya sebagai kesatria dan kelembutannya karena mencintai negri ini.
Namun itu juga yang mendorong semua omong kosong bangsawan korup itu untuk melakukan pemberontakan, aku tidak bisa menyalahkan siapapun secara logis.
Setelah makan siang aku pergi ke kantor pusat komando dimana ruangan tempat ibu berada, aku mendapati bibi ku dari ayah sedang berbicara dengan ibu.
" Kita harus tetap bertahan sampai krisis mereda dan melanjutkan reformasi ! "
" Kita tidak bisa, satu-satunya pilihan kita adalah bertahan dari krisis dan ancaman serangan dari negara lain Sintia "
" Ancaman serangan monster sudah sangat membebani para kesatria yang mempertahankan garis depan, lebih buruk lagi aku mendengar desas desus bahwa kerjaan Godean sedang menyiapkan pasukan menuju ke arah kita "
Ratu Aria dan komandan pasukan sihir Sintia Lanzo sedang berdebat mengenai keadaan politik dan ketahanan mereka yang kacau, serangan monster yang bermutasi dan juga ancaman perebutan kekuasaan.
" Aku akan pergi sebagai perwakilan diplomatik ke kerjaan Godean " Eloi menginterupsi keributan anatar ratu dan komandan pasukan.
" Tidak Syafiq, aku tidak akan membiarkan kehilangan mu untuk keduakalinya " ratu Aria menatap tajam ke arah Eloi tanda menolak saran nya.
" Apa kau yakin sya ? Dengan mu sebagai perwakilan mungkin masih ada harapan untuk kita bertahan " Sintia yang melihat kegigihan Eloi sedikit membantu meyakinkan ibu nya.
" Kau wanita yang tidak punya perasaan !! Apa kau ingin kehilangan keluarga mu lagi ?! " Ratu Aria membentak Sintia yang juga adik iparnya sendiri.
" Lantas kau mau apa ! Membuat semua rakyat mati karena invasi dan perang ? Aku juga tidak ingin memilih jalan ini, tapi setidaknya aku percaya bahwa keteguhan hati Eloi berjuang untuk rakyat sama dengan keteguhan suami mu, Kaka ku, dan ayah nya Eloi ! " Mereka berdua kembali ribut untuk waktu yang lama, bagi Eloi cekcok anatar ibu dan bibirnya adalah hal biasa sejak dulu jadi ia tidak terlalu risau dengan itu.
" Ibu percayalah padaku kali ini, aku merasa mampu dan harus melakukan ini semua hatiku terasa sakit saat mengetahui banyak rakyat kita yang mati " Eloi berusaha meyakinkan ibu nya lagi, namun kali ini tidak ada penolakan dan hanya desahan nafas panjang yang lelah.
" Baik, aku ratu Aria memerintahkan mu Syafiq Eloi Lanzo untuk menjadi perwakilan diplomatik ke kerjaan Godean ... Namun setelah kau mengalahkan komandan pasukan keamanan Redrik " ratu Aria memberikan perintah secara formal kepada eloi.
" Baik ratu ku, kami siap melayani " Eloi berlutut dengan hormat didepan ibunya tanpa mengomentari tentang syarat kepergian nya.
" Bagus Syafiq ibu akan melihat apakah kau pantas dan mampu untuk tugas itu dua hari lagi "