Nomor Siswa: 176699345890323
Nama: Yoo So Eun
Aku tersenyum lebar melihat kartu pelajar baru di tanganku. Ini hari pertamaku sebagai siswa SMA. Sebelumnya aku harus memperkenalkan diriku, aku Yoo So Eun, aku tidak terlalu tinggi dan proporsi tubuhku juga tidak ideal. Bisa di bilang aku tidak terlalu cantik. Hanya saja yang menarik dariku adalah kulit putih, lipatan mata ganda, dan rambut panjang lurus sepunggung yang terlihat halus. Selebihnya? Aku dinilai biasa saja. Jika kalian bertanya apa aku pintar? Tentu saja tidak, masuk ke dalam 30 besar sudah cukup membuatku puas. Bagiku berapapun nilaimu tidaklah penting jika kamu tidak menghormati orang lain, maka dari itu aku sangat benci pada siswa – siswa lainnya yang menyombongkan peringkat mereka yang tinggi, mereka sangat menyebalkan di mataku.
Aku berjalan di koridor sekolah mencari kelas 1 – 5 yang menjadi kelas pertamaku di SMA SONGHWA ini. Gugup? Tentu saja, aku takut harus menerima kenyataan jika aku berakhir tidak punya teman selama 3 tahun disini. Akhirnya langkah yang ku jalani berhenti di depan sebuah pintu kayu, aku mendongak melihat keterangan kelas di atas palang pintu yang bertuliskan kelas 1 – 5. Aku kembali menatap pintu kayu di hadapanku lalu menghembuskan nafas besar sejenak menenangkan diriku, aku mengangkat tanganku menyentuh daun pintu kayu di hadapanku membuka pintu itu perlahan. Semua mata pun langsung tertuju padaku sejenak, setelah melihat kedatanganku semua siswa yang ada di ruangan itu kembali melanjutkan aktivitas mereka tidak peduli. Aku berjalan perlahan melewati barisan bangku dan memutuskan duduk di deretan ketiga dekat jendela. Aku kembali melemparkan pandanganku ke sekeliling kelas, rasa canggung pun menghantui hatiku, beberapa di antara mereka terlihat sangat akrab 'sepertinya mereka dari SMP yang sama' simpulku dalam hati. Di deretan belakang terdapat beberapa gerombolan siswa laki – laki yang duduk sambil mengobrol kecil, namun ada juga siswa laki – laki yang duduk santai memainkan ponselnya sendiri. Aku menghembuskan nafas kecil dari mulutku sambil menaikkan alis memalingkan wajahku.
Tak lama terdengar suara bell sekolah dan seorang guru pria masuk dengan tongkat kayu serta beberapa buku di tangannya. Sejauh pengamatanku ia terlihat ramah, entah apa yang terjadi jika sudah pertengahan semester. Guru itu meletakkan bukunya santai di atas podium dan mengamati kami satu persatu dengan senyum lebar, ia mengambil spidol hitamnya lalu menuliskan sesuatu di papan yang mengundang rasa penasaran kami. Kami membaca tulisannya kompak "Yoon Ji Suk" ucap kami lantang. Ia membalikkan badannya santai
"kalian bisa panggil aku Yoon seonsaengnim(1)" bukanya mulus.
Kami mengangguk bersamaan namun tetap menjaga suasana hening, Yoon seonsaengnim pun menepuk tangannya sekali "bagiamana kalau kita mulai dengan pemilihan ketua kelas?" lanjutnya santai. Mendengar kata 'ketua kelas' kami pun kompak memalingkan wajah kami, berusaha sebaik mungkin menyembunyikan wajah kami agar tidak terpilih menjadi salah satu pengurus kelas. Aku pun juga sibuk menyembunyikan wajahku sambil berharap cemas di dalam hatiku. Yoon seonsaengnim menaikkan sebelah alisnya lalu mengambil daftar absen
"jika tidak ada yang mau mengajukan diri, aku akan pilihkan dari absen kalian" umumnya yang membuat kami sontak menatapnya kaget.
Yoon seonsaengnim membuka daftar absen dan melihat nama – nama yang tertera di daftar itu, ia menunjuk ke salah satu nama dan menaikkan kepalanya membuka mulutnya hampa, perasaan kami semakin tegang menunggu nama siapa yang akan keluar dari mulut Yoon seonsaengnim. Aku mengepalkan tanganku kuat sambil mengigit bibir bawahku cemas terus menatap ke arah Yoon seonsaengnim
"Shin Ji Ae" panggil Yoon seonsaengnim.
Aku reflek menggerakkan tanganku kecil sambil tersenyum puas mendengar bukan namaku yang disebut sebagai ketua kelas. Perasaan senang yang sama juga terlihat dari beberapa anak yang namanya tidak terpanggil sepertiku. Sekarang saatnya mengetahui siapa Shin Ji Ae ini, aku menoleh ke sekeliling sambil menebak – nebak dalam kepalaku seperti apa wajah Shin Ji Ae yang menjadi ketua kelas ini. Yoon seonsaengnim mengangkat alisnya "Shin Ji Ae, bisa berdiri?" mintanya tenang.
Seorang siswi dengan tubuh kecil tinggi rambut panjang hitam pun berdiri menanggapi panggilan Yoon seonsaengnim, semua mata pun langsung tertuju padanya. Wajahnya terlihat manis dengan mata sipit dan hidung lancip terukir apik membentuk wajahnya, senyum manis kecil menghiasi bibir tipis meronanya membuat beberapa siswa laki – laki mulai saling menggoda geli satu sama lain. Aku hanya menoleh menatap siswi bernama Shin Ji Ae itu sambil mengangguk kecil lalu memalingkan wajahku, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk tidak berhubungan dengannya. Menurut pengamatanku dia terlihat sedikit pemarah karena alisnya yang turun. Setelah memutuskan pemilihan ketua kelas, Yoon seonsaengnim pun meminta kami memperkenalkan diri kami satu – persatu mulai dari anak yang duduk di bangku paling depan. Setelah beberapa menit akhirnya giliranku pun tiba, aku menghembuskan nafas panjang dan berdiri tegap. Aku menunduk sopan menyapa Yoon seonsaengnim terlebih dahulu lalu mengamati wajah siswa yang ada di dalam kelas ini perlahan tapi pasti, aku menyunggingkan senyum lebarku sejenak dan membuka mulutku
"anyeonghaseyo(2).. namaku Yoo So Eun, salam kenal.." sapaku ceria.
Seisi kelas terlihat tersenyum lalu menepukkan tangan mereka meriah seperti perkenalan sebelum – sebelumnya. Setelah perkenalan singkat itu, pelajaran pun dimulai. Suasana kelas pun terasa membaik, tidak ada kecanggungan seperti yang ku rasakan saat pertama kali aku masuk pagi tadi.
000
Perasaan biasa saja ini tentunya tak bertahan lama, bell istirahat yang berbunyi membuatku menyadari bahwa aku belum memiliki seorang pun teman di sekolah ini. Aku menghembuskan nafas besar menyadari bahwa aku akan makan siang sendirian di hari pertamaku masuk sekolah. Aku berjalan membawa nampan makan siangku mencari kursi kosong yang bisa ku duduki, tiba – tiba seseorang menghentikan langkahku
"So Eun –ah(3)" panggil seorang siswi yang tak jauh dariku,
aku menoleh cepat ke sumber suara itu mendapati seseorang dari kelasku yang duduk di depanku tadi. Aku tersenyum kecil tidak mengatakan apapun, namun anak itu justru bergeser dari tempatnya cepat dan menepuk kursi kosong di sampingnya itu "duduklah.." tawarnya ramah. Aku memiringkan kepalaku ragu melihat 4 siswa lain yang tidak familiar bagiku, namun aku memutuskan untuk duduk bersamanya dan siswa yang tak ku kenal di mejanya dari pada harus duduk dan makan sendirian. Sebelumnya, lebih baik aku perkenalkan siapa dia, anak ini bernama Pyo Ye Rin. Hingga saat ini aku menggenalnya dia sangat banyak bicara, dan semakin banyak bicara. Tubuhnya kurus dan dia juga tidak terlalu tinggi, wajahnya sangat mungil dimana mata monolidnya terlihat cocok dengan bibir tipisnya yang kemerahan. Namun setelah aku mengenalnya lebih dekat aku mengetahui hal yang mencengangkan, banyak siswa di luar dan dalam sekolah yang menyukainya, mantannya juga tak terhitung jumlahnya.
Aku pun duduk bersamanya dan mulai menyantap makan siangku canggung. Aku memutar mataku melirik beberapa wajah tidak familiar di meja itu, aku mengamati satu – persatu wajah mereka 'apa mereka senior? Atau mereka anak kelas lain?' tanyaku dalam hati. Mereka yang asik mengobrol tampak sangat akrab, membuatku merasa seperti orang asing di antara mereka. Menyadari ketidak nyamanku seseorang dari mereka pun mengayunkan tangan memotong pembicaraan cepat
"hey.. hey.. kita harus berkenalan dengan anak baru dulu.." ajak satu – satunya seorang siswa laki – laki yang duduk di sana.
Hal membuatku semakin tercengang lagi, suaranya tidak gagah seperti laki – laki pada umumnya, suara anak itu terdengar pecah seperti anak perempuan. Begitu mendengar suaranya yang aneh itu, aku langsung tersedak makanan yang sedang ku kunyah. Aku menutup mulutku cepat sambil terbatuk keras, sementara seisi meja menertawakanku puas seakan mereka tahu alasanku sampai tersedak parah seperti itu. Pria itu merupakan teman terbaikku hingga saat ini, dia Ok Tae Hyung. Tubuhnya gemuk, meskipun dia berusaha sekeras apapun untuk menurunkan berat badannya.. itu mustahil. Tubuhnya lebih tinggi dariku, potongan rambutnya rapi seperti siswa SMA pada umumnya, satu – satunya hal yang aneh darinya adalah suaranya. Awalnya aku merasa itu lucu, namun setelah mengetahui kejadian di balik suaranya aku merasa bersalah telah menganggap itu lucu, dia menjalankan operasi karena amandelnya yang tidak ditangani dengan baik oleh pihak rumah sakit. Mengetahui itu membuatku kasihan, namun aku benar – benar menghargainya yang sanggup menerima dirinya dan mencintai dirinya sendiri apa adanya.
Tiga orang lainnya di meja itu adalah siswi dari kelas lain, 2 orang dari 1 – 3 dan seorang lagi 1 – 4. Seorang dari 1 – 4 ini yang benar – benar terlihat cantik di mataku, dia bernama Jo Yi El. Aku mengakui kecantikannya, tubuhnya tinggi di hiasi dengan rambut panjang cokelatnya yang lurus. Wajahnya juga sangat imut, kelopak mata ganda menghiasi mata bulatnya yang kecokelatan, hidung mancungnya terukir cantik sejajar dengan bibir tipisnya yang merona. Dia benar – benar tipe ideal para siswa pria, aku sendiri mengakui jika aku seorang pria, aku pasti akan mengencaninya. Tapi aku sedikit bersyukur atas keadilan Tuhan, di balik fisiknya yang begitu sempurna otak Yi El seperti computer yang sangat ketinggalan zaman. Tidak ada satu pelajaran pun yang masuk ke otaknya, ranking? Itu bukan hal yang membebani pikirannya. Selanjutnya, 2 teman koyolku yang lainnya. Seorang bernama Seo Woo Hee, impiannya menjadi artis, tentu saja fisiknya sesuai dengan impiannya. Dia tinggi dan bentuk tubuhnya sangat bagus. Matanya bulat besar dan bibirnya sedikit tebal namun menarik, rambut hitam pendeknya pun menambah kecantikannya. Seorang lagi bernama Kim Hye In tubuhnya tidak terlalu tinggi, warna kulitnya terihat sedikit pucat karena pernikahan antar negara orang tuanya. Matanya terlihat sayu dan bibirnya sedikit lebih kecil dari ukuran normal.
Tentu saja kami masih berhubungan dekat hingga saat ini, namun yang terpenting bukanlah hubungan kami. Tapi cerita yang kami lalui hingga sampai di saat aku menuliskan semuanya saat ini. Kami banyak melewati kejadian suka, duka, bahkan kami juga pernah menjauh satu sama lain. Menyadari pertemuan hari itu bukanlah pertemuan biasa bagiku, karena tanpa mereka aku juga tidak akan kembali bertemu dengan seseorang yang tidak seharusnya ku temui. Aku mengakuinya, saat aku menceritakan semua ini, aku menyesali hari itu. Aku menyesali saat aku bertemu dengannya untuk kedua kalinya. Aku menyesali saat aku tersenyum padanya hari itu. Namun, penyesalan itu tidak dapat kusampaikan pada mereka, aku menyimpan semua yang ku rasakan jauh dalam hatiku. Semuanya, sampai aku bisa merelakannya dengan senyuman, seperti saat aku bertemu dengannya kembali hari itu.
***
(1)Guru / panggilan hormat kepada seseorang yang memiliki gelar terhormat.
(2)Sapaan formal kepada orang lain.
(3)Panggilan informal kepada seseorang yang sudah di kenal dekat.