Chereads / in that night / Chapter 1 - Bab 1

in that night

little_monster134
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 2.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Bab 1

POV RIANA

saat itu entah kenapa bar yang aku kunjungi terasa lebih ramai dari biasanya, keramaian ini membuat kepalanya sangat pusing dan tak karuan. saat itu aku masih belum berfikir ada masalah dengan minuman yang aku minum, karena aku benar-benar tidak menyangka akan ada seseorang yang berani membius ku, tapi perasan gerah dan tak nyaman yang tiba-tiba harus menbuat ku sadar, aku sedang di perhitungkan oleh seseorang, perasaan kesal seketika melilit pikiran ku tapi aku saat itu benar-benar tak beradaya efek dari biusnya mulai bekerja, aku harus segera mencari hotel atau tidak bencana akan terjadi. 

aku berjalan terburu-buru keluar dari bar mancari hotel terdekat dengan pandangan yang terkunang-kunang aku tidak bisa memikirkan apapun yang ku tahu aku harus segera bersembunyi perasan itu terus mendorongku mencapai kamar yang telah ku pesan dan setelah itu ingatan yang ada di kepala ku benar-benar kosong, aku tidak tahu apa yang terjadi setelah aku kehilangan kesadaran, karena hanya perasaan pusing dan mual yang bisa aku rasakan ketika aku bangun dan juga aroma musky yang sangat kental memenuhi ruang ini.

ku lihat baju yang berserakan di lantai dan juga banyak kondom yang bertebaran di mana-mana. Apa yang terjadi? perasaan cemas seketika muncul, aku lansung menarik selimut yang membungkus seseorang di sisiku dan seorang pemuda berparas cantik seketika muncul dalam pandangku tapi bukan itu yang menarik perhatian ku tapi bercak merah juga memar di seluruh tubuh pemuda itulah yang benar-benar mengejutkan ku.

apa yang ku lakukan? apakah aku memperkosa seseorang? apakah dia akan meminta pembertanggung jawaban ku? apakah aku harus menikahinya? apa yang harus ku lakukan aku belum siap menikah, apalagi berkeluarga, apalagi dengan tubuh ku yang cacat ini.

lantas aku segera mencari pakaian ku yang tersebar di lantai dan memakainya satu persatu sebelum berlari sangat cepat keluar. kulihat beberapa orang yang lewat saat itu baik sengaja atau tidak selalu melirik ke arah ku, aku tahu mereka pasti merasa aneh dan curiga karena pakaian ku sekarang yang berantakan tapi saat itu aku tidak berfikir untuk merarpikan pakaianku karena aku hanya ingin lari dari tempat ini.

tapi bahkan jika aku sudah sampai di kediaman ku masalah tadi terus melayang di pikiran ku seolah masalah itu takkan pernah membiarkan ku lari. perasaan bersalah, cemas, khawatir terus bercampur aduk menjadi pusaran yang seakan-akan akan menenggelamkan diriku kedalamnya. aku terus menghipnotis diriku untuk "lupakan kejadian ini anggap semua ini tidak terjadi" aku terus mengatakan kata-kata itu pada diriku sendiri selama dua hari sebelum bener-bener bisa bebas dari perasaan yang melilitku itu, terlihat sangat egois dan tak berperasaan memang.

di hari itu aku tidak menyangka bahwa bahwa ibuku yang ada di luar negri kembali dan mengunjungi kediaman ku dan aku saat itu benar-benar bisa di katakan sangat buruk, kantong mata yang tebal, rambut yang berantakan dan juga aura suram yang keluar dariku benar-benar menunjukan bahwa kondisiku sedang tidak baik. dan ibuku yang melihat nya juga menjadi cemas dan terus menanyakan "apakah kamu memiliki masalah jika ada tolong ceritakanlah" itu kata ibuku dan sehari setelah itu ayah dan kedua saudara ku pun datang ke kediaman ku dan bertanya "apakah kamu memiliki masalah?" pertanyaan terus-menerus mebuatku kesal tapi aku tahu keluargaku khawatir tentang diriku jadi aku terus menjawab "tidak ada masalah" munking melihat bahwa aku terus bersikeras keluargaku pun menjadi tenang dan tidak terus menanyaiku lagi.

tapi sejujurnya dua hari itu merupakan dua hari terburuk yang pernah aku alami meski itu semua terjadi karena ulah ku sendiri. dan saat itu aku tahu bahwa aku itu benar-benar orang egois yang menjijikan tapi aku takut orang lain mengetahui kondisi tubuh yang cacat ini.

tiga bulan berlalu sejak kejadian itu. aku sudah mulai menyiapkan segalanya karena sebentar lagi aku akan masuk kampus baru, di sana aku akan menemui lingkungan baru juga orang baru tentunya aku masih akan mengenakan penampilan nona muda keluarga kaya.

hari itu pun sagera tiba, aku duduk di dalam mobil dan melihat jalan yang terlewat dan gerbang besar universitas baru ku pun terlihat dengan banyak juga mobil yang masuk. sesampainya di tempat parkir aku langsung keluar dan berencana untuk pergi ke tempat registrasi tapi tempat ini sangat ramai aku tidak tahu jalan mana menuju tempat administrasi juga orang-orang ini kenapa mereka melihat ku seperti melihat barang langka.

aku terus berjalan melewati koridor yang cukup ramai dengan mahasiswa yang baru masuk, meski aku tidak menyukai keramaian tapi hari ini aku malah harus bersyukur atas keramaian ini karena ini sangat memudahkanku mencari tempat registrasi nya.

di tengah jalan ketika aku tidak memperhatikan sebuah dorongan terasa dari belakang ku yang menyebabkan ku kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke depan dengan seseorang yang mungkin pelakunya jatuh tidak jauh dariku

"apa kau tidak melihat seseorang ketika kau berjalan? Dan mendorong seseorang seenaknya." cibirku seraya berdiri merapikan pakaianku yang berantakan.

ku lihat seorang pria dengan wajah tangguh dan bisa di kategorikan tampan terliahat kesal dengan cibiran yang aku katakan. sangat mudah terprovokasi kualitas diri yang sangat buruk.

"kalau begitu aku minta maaf nona. soalnya aku benar-benar tidak bisa melihat wanita beracun lewat." 

"seorang pria yang sangat mudah terprovokasi dan sepertinya sangat merendahkan wanita benar-benar sampah." ucap ku perlahan."tipikal pria yang tidak akan memiliki pasangan~"lanjutku tertawa menghina.

ku lihat wajah pria itu menjadi hitam dan suram. sepertinya dia sangat menahan emosinya, haha itu yang pantas untuk nya.

tapi ketika aku akan menunggu apa yang akan di lakukan pria tadi, sebuah suara terdengar menyela perseteruan ku dengan pria itu.

"Andre, apa yang kau lakukan di sana." seorang pria lainnya yang memiliki paras imut seperti kelinci berjalan ke arah pria di depanku.

ketika pria manis itu melihatku, ekpresi ragu dan curiga terlihat di wajahnya. "apa yang kamu bicarakan dengan wanita ini andre? apakah kalian saling kenal?"

ketika mendengar pertanyaan itu ku lihat ekpresi pria bernama andre ini seketika langsung kaku dan panik. "aku sama sekali tidak mengenal dia vian, sumpah."

melihat reaksi mereka berdua seketika pikiranku langsung tercerahkan. "oh, rupanya kamu gay, pantas saja." kata ku dengan sengaja melebihkan seolah seperti gadis manis yang mengaku tapi mengetahui bahwa pria yang ia taksir rupanya belok. tambahkan sedikit lemon dan inilah pembalasan ku.

"Andre..!" seru pria bernama vian itu dan sepertinya pria itu dulunya pasti playboy jika di lihat dari reaksi pasangan di sebelahnya.

"sumpah vian aku bener-bener tidak kenal sama dia, tadi aku cuma tidak sengaja mendorongnya jatuh." 

melihat ekpresi panik nya untuk menjelaskan sudah cukup menyenangkan pikiran jahat ku. ah, sepertinya aku jadi semakin jahat, baiklah karena aku baik kita selesaikan masalah ini dulu.

"maaf sepertinya aku membuat kalian salah paham, benar apa yang di katakan pria itu bahwa tadi dia tidak sengaja mendorongku jatuh terus dia bahkan tidak minta maaf, dia malah menyindirku sebagai wanita beracun jadi aku hanya memyumpahinya untuk tidak akan dapat wanita tapi yang tidak kusangka ternyata dia gay." dengan raut pura-pura lupa aku memasang ekspresi polos sambil menutup mulut ku. "oh maaf keceplosan."

"wanita ini.."

"benarkah begitu, sungguh aku minta maaf untuk andre pria di sebelah ku ini, dia orang nya memang selalu buat orang marah." kata pria bernama vian itu sebelum ku lihat dia memukul bagian belakang pasangan nya. "cepat minta maaf!"

"sudah, aku tidak mempermasalahkan ini lagi biarkan saja masalah ini berlalu lagi pula kita nanti akan belajar dan bersekolah di tempat yang sama tidak baik memiliki permusuhan, bukan?" ucapku dengan ekpresi tulus dan senyum manis yang selalu ku gunakan ketika ingin mendapakan kesan baik seseorang, dan benar saja pria bernama vian itu langsung percaya apa yang ku katakan tapi pria di sebelahnya benar-benar tipe yang paling aku benci, tapi tak apa sudah cukup si manis percaya padaku

"benar apa yang di katakan nona ini. maaf, tolong perkenalkan nama saya Elvian panggil saja vian dan pria di sebelah ku dia andre kita mahasiswa baru di universitas ini."

"Namaku Riana Antoinette panggil saja ana. aku juga baru di universitas ini tapi aku bukan mahasiswa baru, aku mahasiswa pindahan tahun kedua." jawab ku seraya manjabat tangan vian yang terlurur tapi bahkan sebelum aku bisa berlama-lama memegangnya, tangan lain tiba-tiba memisahkan tanganku dan kulihat andre pria di sebelah vian dengan karakter yang paling aku benci sedang menatap tajam kepada ku, aku hanya tersenyum sinis ke arahnya.

"apakah kalian juga akan pergi registrasi?" 

"iya. apakah kak ana juga?"

"iya, kenapa kita tidak pergi bersama.." sebelum aku selesai bicara suara lain segera memotong nya. "Tidak!"

aku dan vian segera melihat ke arah andre bersama. "apa maksudmu andre?" tanya vian yang terlihat tidak senang.

" maksud ku tidak mungkin kita tidak setuju gitu." balasnya dengan senyum kaku yang sangat terlihat tapi semakin sengsara dia semakin bahagia aku.

"kalau begitu ayo kita pergi bersama kak ana." ucap vian seraya menarik tanganku dan ketika aku menoleh ke belakang ku lihat wajah seseorang yang sangat buruk, aku hanya tersenyum mengejek ketika melihat itu. 
tapi anak ini benar-benar anak yang sangat mudah percaya pada orang lain.

"juga kenapa kamu memanggilku kakak, aku merasa seperti sangat tua padahal kita cuma berbeda satu tahun."

"tidak bisa. di rumahku aku di ajarkan kalau aku harus memanggil semua orang yang lebih tua dengan ku kakak atau kalau tidak itu namanya tidak sopan." ucap vian dengan wajah serius yang terlihat sangat menggemaskan.

"baiklah, jika vian sukanya seperti itu."

Di sepanjang perjalanan Vian anak itu terus menerus berbicara, saat itu aku benar-benar sangat menyesal harus pergi bersama kotak obrolan ini.

tapi mau bagaimana lagi aku sudah terlanjur setuju, tapi tak masalah lagi pula ini cuma sebentar.

Saat itu aku benar-benar naif karena berfikir demikian karena di masa depan seperti nya akan sulit untuk tidak bertemu dua orang ini, tapi itu untuk masalah nanti.