"Sebenarnya, lo kenapa sih Rey? Gue nggak paham deh!" -Ricky menatap Reyhan lama- "Ketemu sama Agnes bukannya kemauan lo dari dulu, kenapa sekarang lo sembunyi dibalik perempuan itu sih?"
5 Tahun lalu ...
"Dimana Agnes?"
Agnes adalah orang pertama yang Reyhan cari setelah ia sadar dari koma panjangnya. Reyhan mengedarkan matanya mengelilingi ruangan serba putih yang tanpa ia sadari sudah ia tempati selama 2 tahun.
"Ma, Pa ... Agnes di mana? Apa dia baik-baik saja?"
Orang tua Agnes menggeleng. "Papa dan Mama tidak tahu bagaimana keadaan Agnes. Tapi, seharusnya dia baik-baik saja, Nak."
Reyhan menggeleng. "Papa harus pastikan Agnes baik-baik saja dan dia tidak diusik oleh siapapun yang berusaha mencelakai aku."
"Iya sayang, Mama sama Papa pasti akan memastikan kalau Agnes baik-baik saja. Tapi, Nak ... Orang-orang itu tidak akan tinggal diam jika mengetahui kamu masih hidup," ujar Karina.
Reyhan menghembuskan nafas berat. Usianya masih 20 tahun saat ia dan sahabatnya harus terpisahkan demi menjaga keamanan sahabatnya itu.
"Kamu tidak usah banyak berpikir, Sayang. Istirahat saja dulu ya."
"Iya, Nak. Mama dan Papa khawatir sekali dengan keadaan kamu."
"Memangnya aku sudah berapa lama di sini?"
"2 Tahun."
Reyhan terlihat kaget mendengar jawaban dari orang tuanya. Selama dua tahun, hidupnya hanya berada di ranjang ini. Dan itu artinya kini umurnya sudah 22 tahun.
"Ricky! Tolong bantu Om dan Tante menjaga keamanan Reyhan. Om dan Tante harus kembali ke Sydney demi menjaga keamanan Reyhan."
Ricky mengangguk. "Baik, Om. Om dan Tante tidak usah khawatir, aku pasti akan menjaga Reyhan dengan baik."
Beginilah kehidupan Reyhan selama ini. Ia hanya dijaga oleh sahabatnya, Ricky. Setelah itu, Reyhan meminta Ricky untuk memastikan keberadaan Agnes dan menjaganya selama Reyhan berada dalam masa pemulihan.
***
"Kalau begini, Agnes bisa salah paham dan lo nggak bisa buat dia dalam posisi digantung kaya gini! Lo pacaran sama cewek itu tapi lo nggak bisa jauh dari Agnes!"
Reyhan menoleh, menatap Ricky tajam. "Keselamatan Agnes yang paling utama! Gue nggak mau dia berada dalam masalah kalo mereka tahu Agnes sama gue!"
"Rey!!!" pekik Ricky mengacak-acak rambut kesal. Ia benar-benar tak paham dengan orang di hadapannya itu.
"Lo sadar nggak sih! Dengan lo ada di sekitar Agnes aja, itu udah membahayakan dia!!!"
Reyhan lagi-lagi menggeleng. "Beda," ujar Reyhan lalu keluar dari ruangan Ricky.
Ricky hanya bisa menghembuskan nafas jengah. Jalan pikiran Reyhan benar-benar tidak bisa ia prediksi. Meski begitu, ia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali memantau.
*****
"Sial, 7 tahun nggak ketemu! Sekalinya ketemu dia punya pacar!!! Tapi, berani-beraninya dia nyium kamu kaya gitu! Maksudnya apa coba??"
Agnes menghela nafas. Ia tahu jika bercerita pada Amanda, sahabatnya itu pasti akan bereaksi seperti itu.
"Terus, lo ke enakkan gitu di cium dia? Nggak Lo usir?"
Agnes merapatkan bibirnya sambil menggeleng. Ia juga tidak tahu apa motif Reyhan sebenarnya. Tapi entah kenapa, ia tidak perduli dengan itu semua lagipula dalam hatinya banyak bunga bermekaran karena perlakuan Reyhan.
"Aku juga nggak tahu! Dia emang selalu susah ditebak tapi aku selalu suka bermain dalam tebak-tebakan itu."
Amanda menoleh, ia menatap tajam pada Agnes. "Dasar bodoh!" -Menjitak kepala Agnes- "Pantas saja selama ini kamu tidak pernah memiliki kekasih! Ternyata kamu benar-benar sudah di butakan oleh cinta Reyhan!" pekik Amanda berdecak sebal.
"Aduh, Manda ... Please deh! Kamu tau kan aku udah nunggu dia 7 tahun! Bayangin, 7 tahun! Sekarang dia datang ...," -Raut wajah Agnes berubah sendu- "Walaupun dengan status pacar orang, tapi ... aku bisa ngerasain kok kalo ada getaran yang sama di hati dia!"
Amanda berdecak sebal. "Gimana lo bisa tahu? Udah deh Nes! Jangan cari penyakit!!!" Amanda mengucapkan kalimatnya dengan penekanan penuh, berharap sahabatnya itu bisa mengerti.
Agnes menghela nafas berat. "Dari dulu ... bukannya aku sudah lama sakit?" ucap Agnes dengan tatapan kosong nan sendu. "Aku sendiri yang mencipta sakit ini sejak dulu, aku membiarkan diriku merasakan apa yang ingin ku rasakan! Aku membiarkan harapan-harapan semu terus bermekaran! Aku sudah separah ini, Man!" papar Agnes melanjutkan ucapannya sambil menoleh pada Amanda. "Lalu untuk apa aku harus sembuh? Jika cintaku bertepuk sebelah tangan?"
Mendengar perkataan Agnes, Amanda turut merasakan sesaknya. Dirinya yang tadi cerewet dan bersikeras menjawab setiap kata yang dilontarkannya oleh Agnes, kini terdiam. Matanya berkaca-kaca melihat sahabatnya yang dari dulu tak pernah benar-benar sembuh karena ini.
"Kalau kamu memang belum mau menyerah dengan perasan ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa, Nes. Aku hanya bisa mendukung dirimu!"
"Thanks, Man," seru Agnes lalu memeluk Amanda.
****
Pukul 21.00
Drttt Drttt Drttt ....
Agnes dan Amanda sudah tertidur saat ponsel Agnes tiba-tiba berdering. Beruntung, Agnes adalah manusia terpeka terhadap bunyi. Lihat saja, tangan Agnes sudah meraba nakas untuk meraih ponselnya meskipun mata belum juga terbuka.
"Iya halo," ujar Agnes dengan suara khas bangun tidur.
"Halo dokter Agnes, ada pasien emergency yang harus segera dioperasi, Dok. Apakah dokter Agnes bisa ke rumah sakit sekarang?"
Mendengar hal itu, mata Agnes seketika terbuka sempurna. "Baik, saya segera ke sana." Tanpa pikir panjang Agnes segera mengganti bajunya dan langsung menyambar kunci mobilnya.
Agnes bergegas ke rumah sakit, sesampainya ia di lobby. Agnes keluar dari mobil, ia melemparkannya kunci mobilnya pada satpam yang ada lalu berlari masuk menuju ruang operasi. Dijalan tak sengaja ia berpapasan dengan Reyhan dan Sarah namun Agnes mengindahkan mereka berdua.
Beberapa saat setelah selesai operasi, Agnes keluar dari ruang operasi. Berniat menuju ruangannya ketika tak sengaja dirinya teringat pada Karina yang sudah molor dua hari dari tanggal operasinya.
"Kayanya aku harus ngecek keadaan tante Karin," ujar Agnes karena beberapa hari ini ia tak sempat visit dan digantikan oleh dokter Richard.
Ceklek!
Agnes yang baru saja membuka pintu, ia tercengang melihat pertengkaran kakak dan adik yang dulu sangat menyayangi satu sama lain itu.
"Reyhan!!" pekik Agnes namun Rey mengindahkan dirinya. Agnes berjalan mendekati Keisya yang sudah hampir menangis.
"Sayang udah, kamu nggak boleh gitu sama adikmu sendiri ...,"ucap Sarah.
"Diam!!! anak ini emang harus dikasih pelajaran! Di sayang malah ngelunjak!" pekik Reyhan. Kini, di depan mata Agnes terlihat Reyhan menjulurkan tangannya hendak menampar Keisya.
Untuk sesaat mata Agnes tertentu pada Sarah yang hanya diam dan seutas senyum licik terlihat diujung bibirnya, namun Agnes menepis pemikiran segera saat menyadari Reyhan melayangkan tangannya hendak menampar Keisya.
"Rey! Tidak pantas kamu ngelakuin kekerasan sama saudara kandungmu sendiri hanya karena membela seorang gadis," Agnes segera menahan tangan Rey yang hampir menyentuh pipi Keisya.
"Ngak usah ikut campur Nes." Rey mengentakkan tangannya sehingga pegangan tangan terlepas dan membuat Agnes terjatuh dan tak sengaja keningnya menabrak sudut meja.
BRUKKKK!!!
Hentakan tangan Reyhan cukup kuat hingga bisa membuat pegangan tangan Agnes yang tak erat itu terlepas. Agnes terdiam sesaat dalam posisinya memegang meja yang ia tabrak.
Raut wajah Agnes sangat menggambarkan betapa terkejutnya dirinya. Ia bahkan menghembuskan nafas kasar dengan senyum miris yang sempat terlihat walau sesaat.
Syok, kecewa, marah, kini semua terlihat jelas dari sorot mata Agnes. Namun, tak hanya Agnes karena Reyhan pun terlihat syok, kaget dan kecewa. Bukan karena Agnes terjatuh tapi karena dirinya yang membuat Agnes terluka.
"Agnes!"
*****
CONTINUE ...
Hai Readers ....
Selama beberapa hari ke depan aku akan mengupload 2 cerita dalam satu hari. So, staytune ...
Thank for read the story, hope you enjoy guysss...