Chapter 7 - SAH

Usai menata Bianka dan semuanya. Kini Bianka berjalan keluar bersama dengan kedua MUA. Memakai baju kebaya simple tapi elegant. Itu adalah kebaya yang dipinjami oleh MUA. Memang di kampung kebanyakan seperti itu, meminjam baju pengantin dari MUA-nya, sudah disediakannya. Beda kalau orang kota dan kaya, pastinya milik sendiri.

Bianka tersenyum ketika menatapi semua orang yang ada di rumahnya. Wajahnya sedikit menggambarkan guratan kesedihan. Tidak lengkap karena hanya menikah online saja. Tapi apa boleh dikata, yang penting sah dulu saja, dengan begitu akan aman dan keduanya sudah resmi menjadi ikatan seumur hidup nanti.

Bahkan sekarang ponsel Bianka juga berdering dengan nyaringnya. Itu tandanya kalau Betran menelepon dan sudah siap melakukan ijab qobulnya. Untung saja Bianka tak lupa mengecas ponselnya, dengan begitu akan aman meskipun melakukan video call dalam waktu yang lama.

Dan sekarang Bianka menerima teleponnya, menggeser tombol hijaunya, tak lupa dengan senyumannya. Seperti itulah biasanya ia, berbasa-basi terlebih dahulu.

"Assalamu'alaikum, haloooo, Maaaaas," sapa Bianka dengan suara genitnya, tangannya juga dilambaikannya. Ia tak memanggil kata sayang seperti biasanya, karena sungkan ada banyak orang seperti itu. Betran juga sangat paham dan memaklumi Bianka. Dia balik tersenyum kepada Bianka dan ikut melambaikan tangannya. Malahan Betran sambil mengedipkan satu matanya.

"Wa'alaikumsalam, Kesayangan ku. Oh yaaaa di sini sudah ada pak penghulunya, apa kita mulai sekarang?" Kali ini Betran sudah mode serius. Sepertinya dia tidak punya banyak waktu, banyak pekerjaan nanti yang harus diurus.

"Emmmm iya boleh," balas Bianka yang sangat memahami Betran. Dia terus tersenyum. Namun, sebetulnya hatinya kecewa karena Betran sering sekali sibuk, dikit-dikit sibuk, tapi dia menepis rasa itu dan berfikiran kalau itu untuk masa depan kita berdua.

Semua orang ikut mengangguk ketika mendengar suara Betran yang seperti itu. Bahkan Bianka sekarang memakai proyektor untuk ponselnya. Supaya bisa terlihat jelas video call itu dan memperlihatkan Betran, pak penghulu dan semua keluarga Betran kepada seluruh orang yang ada di rumahnya sekarang. Memang dibuat seperti itu agar Bianka tidak capek memegangi ponselnya terus, juga agar semua orang melihat jelas dan menyaksikannya.

Semua adalah ide keluarga Betran yang ada di kampung itu, mereka kaya jadi punya segalanya, apa yang tidak dipunyai di kampung itu mereka sudah mempunyai. Apalagi barang-barang import, kadang dikirim oleh Betran lewat ekspedisi.

"Assalamu'alaikum semuanya, baiklah kalau begitu kita mulai acara ini. Ehem, ehem. Tes, tes," seru pak penghulu mengetes suaranya. Bukan karena penghulunya gugup. Hanya saja memang mencoba terlebih dahulu, agar tak ada sesuatu kesalahan nanti.

Lalu pak penghulu pun melanjutkan acaranya. Setelah berkata-kata panjang lebar untuk memulai berbasa-basi, kini melafalkan doa untuk kedua pasangan yang terlihat bahagia ini. Tak lupa sesekali melirik ke arah Bianka untuk melihat kemantapan Bianka. Beliau tersenyum tipis, ketika melihat Bianka yang awalnya ragu-ragu kini sangat bersemangat.

"Saudara, Bianka? Apa sudah siap? Apa anda nervous? Kalau iya, enggak apa-apa ini hal wajar, bisa dimantapkan terlebih dahulu dengan mengatur pernafasan. Sama dengan Betran juga tadinya seperti itu. Tapi sekarang sudah santai dan bersemangat, bahkan sudah sangat hafal ijab qobulnya haha."

Seperti biasa, pak penghulu di kebanyakan masyarakat pastinya suka sedikit bercanda, agar tidak canggung dan tidak tegang kedua mempelai pengantin, makanya melakukan candaan yanga renyah. Bahkan candaan pak penghulu membuat semua orang tertawa sekarang. Bianka juga hanya bisa mengangguk-angguk saja.

"Haha baiklah, sekarang kita serius, tidak bercanda lagi," tambah pak penghulu. Kali ini tangan pak penghulu sudah terangkat dan mulai mengulur ke arah Betran, berniat untuk memulai sesi selanjutnya. Betran pun menerimanya dengan menjabat tangan pak penghulu erat, tanpa keraguan sedikitpun. dan mulailah pak penghulu mengucapkan ijabnya.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya nikahkan dan kawinkan engkau saudara Betran Antonio bin Antonio Magistra dengan Bianka Augustin binti Burhanuddin Akbar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas batangan sebesar 50 gram dibayar tunai," ucap pak penghulu dengan tegas dan jelas. Karena pak penghulunya dari Betran jadi bukan ayah Bianka yang mewakili mengucapkan ijabnya. Jadi beliau hanya menjadi pendengar dan wali. Semuanya sudah dipasrahkan kepada pak penghulu saja.

Semuanya tidak heran dengan mas kawin yang diberikan oleh Betran, karena memang dia kaya raya jadi membuat semua orang takjub hingga mulutnya menganga.

Betran pun menghela nafas panjang lalu siap untuk membalas dengan qobulnya. "Saya terima nikahnya Bianka Augustin binti Burhanuddin Akbar dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas batangan sebesar 50 gram dibayar tunai." Betran mengucapkan itu semua dengan sangat lancar karena dalam hatinya dia tak mau membuat malu semuanya. Dia ingin membuat semua orang bangga atas usaha keseriusannya ini. Nafasnya dihembuskan kasar. Senang karena bisa mengucap dengan satu tarikan nafas saja.

Pak penghulu pun tersenyum, menoleh ke semua orang dan menatapi ke arah proyektor yang juga sama dipasang oleh Betran di areanya sana. Beliau mengangguk-anggukkan kepalanya merasa senang tiada kesalahan untuk qobul Betran. Lalu bertanya. "Bagaimana para saksi?"

"Sah, sah, sah," balas semua para saksi di rumah Betran atau di rumah Bianka, serempak dan sangat lantang.

"Alhamdulillah," ucap pak penghulu dan setelah itu ia pun berdoa dengan khusyuk, mendoakan kedua mempelai panjang lebar, seusai berdoa pak penghulu pun menyerahkan surat-surat penting untuk ditandatangani oleh kedua mempelai. Namun, Bianka tersenyum kecut ketika tak mendapatkannya. Pak penghulu hampir melupakan itu ketika melihat wajah Bianka yang masam, hingga beliau menepuk jidatnya.

"Ehhh maafkan saya Bianka. Saya khilaf, lupa kalau online, jadi? Dokumen untukmu aku kirim saja nanti dan segera tanda tangani, serahkan secepatnya agar buku nikah segera dapat diproses, kalau bisa nanti malam biar besok bisa dicetak dan disimpan oleh Betran buku nikahnya," terang pak penghulu agar Bianka memahaminya.

"Baiklah, terimakasih, Pak," balas Bianka yang kini tersenyum, tapi berbeda dengan kedua orang tua masing-masing mempelai, rasa kesal pasti ada karena ribet sekali menurut mereka, tapi mau bagaimana lagi, mereka harus menelan rasa kesalnya demi anaknya.

Pak penghulu pun berbicara kembali. Setelah semuanya sudah sangat jelas"Selamat ya kalian sudah sah menjadi suami istri, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan barokah."

Biasanya kalau pak penghulu sudah menjelaskan semua itu. Kedua mempelai pastinya saling bersalaman dan saling mengecup. Tapi sekarang online jadi tidak bisa. Namun, meskipun begitu tak membuat Betran tidak bisa bersikap romantis. Bibirnya pun didekatkan ke arah proyektor, seolah-olah itu adalah pipi Bianka. Sampai-sampai Bianka malu, pipinya bersemu merah karena ulah Betran yang menurutnya menggelikan itu. Di depan semua orang tiada sensor sedikitpun.

"Mas Betran. Ihhhh."