Jam sudah menunjukkan pukul 12.00 siang, menandakan bahwa pelatihan telah usai. Banyak peserta yang berhamburan keluar dari ruangan tersebut. Karena percayalah, selain keadaan yang sumpek, saat ini adalah kesempatan bagi mereka untuk beristirahat dari pelajaran yang amat melelahkan.
Berbeda dengan gadis yang memilih untuk tetap melanjutkan pembelajarannya. Saat ini pikirannya hanya terfokus pada dictionary dihadapannya.
Dia adalah Cindy Anastasya, seperti biasa di pagi hari Cindy akan pergi ke tempat pelatihan dan pulang pada pukul 12.00. Sudah satu tahun sejak Cindy lulus SMA, Cindy telah mengikuti pelatihan agar ia bisa kuliah di Swiss. Berbeda dengan kebanyakan orang yang memilih studi di London, tapi Cindy lebih memilih untuk melanjutkan studi di Swiss. Entah mengapa Cindy memiliki ketertarikan pada negara itu.
~
Malam yang sudah larut, namun Cindy masih belum bisa memejamkan mata. Seakan malam memintanya untuk mengenang sesuatu. Karena tidak kunjung tertidur, Cindy membuka ponsel-nya dan menatap lekat sesuatu yang ada di sana seakan ia mengharapkan sesuatu dari layar ponsel-nya itu.
"Kenapa dia tidak pernah membalas pesan ku? Apa dia sangat sibuk disana?"
Cindy terus bertanya pada layar handphone-nya, walau Cindy tau dia tidak akan mendapat jawaban apapun. Kini Cindy kembali terlelap dalam keadaan rindu. Rindu akan seseorang yang menempati hati dan pikirannya.
Sudah setahun sejak lulus SMA, Cindy tidak pernah bertemu dengan lelaki itu. Cindy begitu merindukannya. Merindukan lelaki yang telah membuat hidupnya menjadi semakin berwarna.
Siapa seseorang yang tega membuat-nya menangis dan tertidur dalam keadaan rindu? Dan kapan Cindy akan tertidur tanpa tangisan dan rindu?.
Entahlah, semua itu hanya sang waktu yang bisa menjawab semua pertanyaan itu. Kini Cindy hanya bisa menunggu dan menunggu. Walaupun ia tahu, bahwa menunggu seseorang itu sangatlah melelahkan. Tapi, ia sama sekali tidak peduli. Karena jika seseorang telah cinta, ia akan melakukan apapun untuk cintanya itu.
~
"Seminggu lagi maka masa pelatihan kalian akan segera usai," ujar seorang pembimbing wanita dengan lantang.
Suara sorak-sorai bahagia pun mulai terdengar di dalam ruangan pelatihan itu. Pengumuman itu, kian membuat pagi yang indah ini menjadi sesuatu yang sangat spesial. Karena percayalah ketika pelatihan usai, mereka semua akan pergi melanjutkan studi di university impian mereka. Begitu pula dengan Cindy yang tak kalah bahagia dengan peserta yang lain.
~
Cindy pulang dengan perasaan bahagia. Ketika sampai di rumah, Cindy langsung masuk dan memeluk kedua orang tua-nya seraya memberitahukan kabar yang sangat menggembirakan itu. Tidak berbeda dengan Cindy, Leonard dan Livia juga merasa sangat bahagia sekaligus bersedih karena, putri semata wayangnya akan pergi mengemban kuliah di negeri orang lain. Sebelumnya Leonard dan Livia meminta agar putrinya melanjutkan studi di London, karena mereka bermaksud menitipkan putri mereka pada neneknya yang tinggal di London.
Leonard adalah pria asli London yang datang ke Indonesia untuk sebuah bisnis, dan akhirnya takdir mempertemukannya dengan Livia yang saat itu adalah sekretaris-nya sendiri. Sudah 10 tahun mereka bertiga tinggal di Indonesia , dan kembali ke London ketika hari weekend tiba.
~
Malam-nya, sebelum tidur Cindy sempat mengetik pesan untuk seseorang, hanya sekedar mengabari orang tersebut. Walaupun Cindy tau ia tidak akan mendapat balasan.
'Kakak tau tidak! Hari ini aku sangat bahagia, karena sebentar lagi aku akan pergi ke university impian ku, sama seperti kakak.'
'Oh iya, bagaimana dengan kakak, apa semuanya berjalan dengan baik? Hahha, aku yakin pasti kau nantinya akan lulus dengan predikat Cum Laude karena kakak kan lelaki yang sangat pandai, sama seperti dulu.'
'Dan apa kakak merindukanku? Seperti ku yang sangat merindukan kakak.'
Seketika bulir bening menetes, terjatuh dari mata indah-nya. Cindy saat ini ingin menumpahkan perasaannya, ia ingin menangis karena bahagia akan peristiwa yang terjadi hari ini, dan bersedih karena rasa rindunya yang selalu tertahan. Tapi mau bagaimana lagi? Ia hanya bisa pasrah akan keadaan ini.
Cindy segera menyudahi sms itu lalu menaruh ponselnya di atas nakas, di samping tempat tidur. Lalu terlelap dalam kerinduan yang sudah sangat berat.