Chereads / Serigala Gila (SeriGila) / Chapter 4 - Elsa

Chapter 4 - Elsa

Sore hari di sebuah pegunungan di ujung wilayahnya kekaisaran Aso tempat dimana seorang pengrajin besi tinggal bersama anak perempuannya. Suara hantaman besi yang di tempa menjadi nyanyian indah di daerah itu. Grandal nama dari pengrajin besi dan Elsa nama dari anak perempuannya.

Sore yang tenang di pegunungan Ambal berubah ketika ada sesuatu yang hitam jatuh didekat sungai di sebelah timur rumah dari pengrajin besi Grandal. "DUARRRR." suara ledakan menghentikan hantaman palu milik Grandal, Seketika langsung melihat keluar dan melihat ada sesuatu yang jatuh di dekat sungai. Dia bergegas menuju sungai, setelah sampai di sungai Grandal kaget melihat ada seorang manusia yang tergeletak di sebuah batu besar dengan bersimbah dasar sehingga membuat air sungai menjadi merah.

Grandal berlari mendekati Landris yang tergeletak bersimbah darah dan membawa pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah Grandal memanggil Elsa. " Elsa.....tolong bantu ayah "."sebentar." sahut Elsa yang sedang berada di belakang rumah bergegas menuju ayahnya, seketika kaget melihat ayahnya membawa seseorang yang terluka.

Elsa segera membantu ayahnya untuk membawa Landris ke kamarnya dan segera merawat luka Landris. Grandal membaringkan tubuh Landris di sebuah kasur dan melihat luka Landris yang sangat banyak seperti tertusuk pedang.

Elsa segera menyiapkan obat herbal untuk membalut luka Landris. Sambil membasuh luka dengan lembut Elsa melihat wajah Landris yang kotor dengan tanah bercampur darah. " apa yang sudah terjadi kepada orang ini." ucap Elsa dengan suara yang sangat lembut. Setelah selesai mengobati Landris dengan obat herbal Elsa beranjak dari kasur menuju ayahnya di ruang tengah.

"Bagaimana keadaan anak itu??" kata pertama yang di dengar setelah keluar dari kamar..

" tidak tahu ayah, apakah dia bisa bertahan dengan luka sebanyak itu. Semoga dia selamat." menggeleng kecil dengan wajah yang muram tidak percaya bahwa Landris bisa selamat setelah mendapatkan luka yang cukup parah. " apa yang menimpa anak itu sehingga mendapatkan luka yang parah." dengan rasa takut muncul di wajahnya.

Beberapa hari berlalu Landris belum juga terbangun dari tidurnya. Elsa dan Grandal bingung melihat Landris yang tidak bangun-bangun juga. Elsa setiap malam selalu menemani Landris yang masih terbaring di kasur. Tangan putih yang lembut Elsa memegang tangan Landris yang kaku dan dingin.

Tiba-tiba tangan Landris bergerak mengejutkan Elsa yang sedang memandangi wajah Landris. Landris langsung terbangun "Aluna..." kata yang keluar dari mulut Landris setelah beberapa hari tertidur koma. Air mata mengalir di pipi Landris, Elsa yang melihat itu terdiam bingung.

"dimana aku ini..? kenapa aku bisa ada di sini ." sambil memegang kepalanya yang sedikit sakit. " Kau sudah terbaring disini selama 5 hari, kau di temukan di sungai dengan banyak darah. Aku kira kau sudah mati dan ayahku yang membawamu kesini."

" Terimakasih telah menolongku, tapi aku harus segera pergi dari sini." sambil beranjak dari kasur meninggalkan Elsa yang sedang duduk di sebelah kasur, dengan pandangan melas dia melihat Landris yang beranjak pergi meninggalkan nya. Tapi tidak jauh dari kamar Landris tiba-tiba terjatuh karena lukanya masih belum pulih.

Elsa memanggil ayahnya yang sedang membuat senjata untuk membantu mengangkat Landris yang terjatuh.

Grandal yang melihat Landris sudah tersungkur di lantai langsung membangkitkan Landris dan membawanya ke kamar.

Esok harinya suara besi yang beradu membangunkan Landris dari tidurnya. seketika langsung beranjak dari tempat tidur menuju sumber suara yang membangunkannya dengan berjalan perlahan-lahan.

Grandal yang sedang menempa senjata terhenti ketika melihat Landris yang sedang melihatnya membuat senjata. " apa lukamu sudah mendingan ??." tanya Grandal. " Rasa sakit nya sudah berkurang paman." terjadi percakapan yang cukup panjang antara Grandal dan Landris tentang semua yang sudah terjadi kepada dirinya.

Elsa yang melihat Landris berbicara dengan ayahnya langsung menghampirinya. Dengan wajah yang cemberut Elsa memarahi Ayahnya karena membiarkan Landris berbicara banyak dengan luka yang belum pulih.

Landris melihat Elsa yang sedang marah-marah terhadap ayahnya teringat dengan Aluna adik perempuannya.

Melihat paman Grandal yang terus-menerus di marahi oleh Elsa, Landris pun berkata " Tidak apa-apa ini bukan salah paman Grandal, aku sendiri yang ingin berbicara dengan paman Grandal " wajah Elsa memerah tersipu malu dengan tersenyum ringan pun berhenti memarahi Ayahnya.

Di gudang tempat paman Grandal bekerja Landris melihat banyak sekali senjata yang sudah dibuat oleh paman Grandal. Landris pun berjalan dengan perlahan menuju ke sebuah pedang. Landris memegang sebuah pedang dan melihatnya secara seksama. " Paman apakah senjata ini semua buatan Paman??" menoleh ke arah paman Grandal. " Tentu saja ini semua adalah buatanku, Senjata - senjata ini memiliki kualitas terbaik di kekaisaran Aso" kata paman Grandal dengan bangganya. " apakah aku bisa membuat sebuah senjata ??" tanya Landris penasaran. " Mungkin akan memakan waktu berbulan-bulan sampai kamu dapat membuat senjata. Apalagi dengan keadaanmu yang sekarang" sambil terus bekerja membuat senjata.

" baiklah tidak apa-apa meskipun membutuhkan waktu berbulan- bulan" sambil tersenyum lebar. " Untuk apa kau membuat senjata??" tanya paman Grandal sambil melirik Landris yang masih memegang sebuah pedang. " aku harus melindungi seseorang." dengan tatapan yang penuh ambisi Landris memegang gagang pedang dengan erat. Elsa yang mendengar itu tersenyum ringan. " hahahahaha " paman Grandal tertawa . Landris melihat paman Grandal tertawa, bingung sambil mengerutkan keningnya. " Aku sudah lama tidak mendengar kata-kata itu, terakhir kali aku mendengar kata-kata itu dari seorang Laki-Laki yang sudah kehilangan istrinya dan dia mencoba untuk melindungi anaknya yang diculik oleh penjual budak".

" Landris lukamu masih belum sembuh total, jadi sekarang kau harus istirahat kembali " ucap Elsa dengan nada yang lembut, Landris pun langsung beranjak dari tempatnya dan kembali beristirahat.

***

Kegelapan menyelimuti langit, Landris melihat banyak sekali mayat berserakan di tanah, ternyata itu adalah mayat penduduk desa Shu dan salah satu mayat itu ada ibu Landris. Landris berlari ke arah mayat ibunya tapi kakinya tidak bisa di gerakan sedikit pun.

Tiba-tiba bayangan hitam dari kejauhan berjalan mendekati mayat ibu Landris. Semakin mendekat, setelah sampai bayangan itu pun mengambil ibu Landris dan memakannya. Tubuh Landris gemetar, tangannya dingin, mukanya pucat dan tidak bisa berteriak atau berbuat apa pun melihat ibunya dimakan oleh bayangan hitam. air mata Landris yang membasahi pipinya. Setelah memakan Ibu Landris, bayangan hitam itu berjalan mendekati Landris. Leher Landris di cekik dengan kuat oleh bayangan hitam sampai tidak bisa bernafas.

Seketika Landris bangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal dan mengeluarkan banyak keringat, dengan tatapan kosong Landris menyeka keringat di dahinya.

" Ternyata hanya mimpi buruk" kata Landris dengan nafas masih tersengal-sengal.

Landris terus-menerus teringat kematian ibunya. marah, sedih, kesal dan putus asa bergabung menjadi satu dalam pikiran Landris.

***

Seminggu telah berlalu, luka di tubuh Landris pulih dengan cepat, sampai Elsa pun bingung.

Mereka bertiga yang sedang berkumpul di tengah rumah berbincang-bincang tentang asal-usul Landris. Tentang Wabah misterius, kematian ibunya dan eksekusi mati Landris.

Grandal dan Elsa hanya bisa tercengang mendengar cerita dari Landris.

"Ayahku tidak akan melakukan hal yang sangat keji, dia tidak akan menumbalkan seluruh penduduk dan keluarganya untuk iblis. aku tau ayahku seperti apa.!" Landris yang masih teguh dengan pikiranya bahwa ayahnya tidak bersalah. "aku harus segera menemukan adikku." sambil mengepalkan tangan dengan ringan. " adikmu??" mata Elsa memancarkan rasa penasaran. " Iyah adikku dia bernama Aluna" sambil menoleh ke Elsa. " Yes...." dalam hatinya, dengan wajah bahagia senyuman lebar terpancar di wajah Elsa yang merah merona.

" Paman Grandal, apakah sekarang aku bisa memulai membuat senjata." wajah Landris yang masih pucat. " Tidak segampang itu nak, kau harus melalui beberapa tahapan terlebih dahulu." ucap paman Grandal.

" untuk sekarang apa yang bisa aku lakukan paman ??" Dengan wajah yang penuh semangat Landris ingin segera membuat sebuah senjata.

"Besok pagi-pagi kita akan memulainya."kata paman Grandal. " baiklah paman " Landris beranjak dari tempatnya kemudian keluar rumah untuk melihat langit malam itu.

Landris duduk sambil memandangi langit malam yang sangat indah. Elsa pun menghampiri Landris yang sedang duduk. " apa kau suka langit malam Landris??" masih sambil berdiri di belakang Landris. " ya, aku suka. Saat malam tiba cahaya cahaya sekecil apa pun akan sangat indah" sambil menggenggam sebuah krikil kecil yang ada di sampingnya. Angin berhembus dengan kencang menemani Landris dan Elsa. Suara bersin dari Elsa mengejutkan Landris. Sambil berbalik melihat Elsa yang berdiri di belakang Landris " apa kau kedinginan?? " tanya Landris. Dengan nada yang malu-malu Elsa menjawab " Sedikit" sambil menutupi mulutnya. Landris pun memutuskan untuk masuk ke rumah.

Pagi hari yang sangat dingin sampai menusuk ke tulang

Landris sudah bersiap-siap di *Forge* sambil membawa palu di tangan kanannya. " apa yang sedang kau lakukan Landris?? " tanya paman Grandal sambil mengerutkan keningnya. menoleh ke arah paman Grandal " Paman aku sudah siap membuat senjata" sambil mengangkat palu yang di pegangannya. " belum saatnya untuk kau memegang palu itu, sekarang kau keluar dari Forge " kata paman Grandal dengan kecutnya.

Landris pun menuruti perintah dari paman Grandal dan keluar dari Forge. " sekarang apa yang harus aku lakukan?? " tanya Landris sambil mengerutkan mulutnya. " Lihat, tahap pertama yang harus kau lakukan adalah mencari kayu bakar sampai terkumpul sebesar Forge ini!" sambil menunjuk ke arah gunung di belakang rumah paman Grandal. " Mendengar perintah dari paman Grandal, Landris terkejut bukan main " hah... itu serius paman ?? " sambil mulutnya berkedut. " apa wajahku ini becanda?? untuk membuat senjata yang bagus kau harus memiliki banyak kayu bakar" sambil menunjuk wajahnya sendiri. " Baiklah kalau seperti itu. "

" Elsaa. bawa kapak dan alat memanggul kayu" teriak paman Grandal. Elsa pun datang membawa sebuah kapak besar dan pemanggul kayu dan meletakkannya di samping ayahnya. " Nah ini yang kau butuhkan untuk mencari kayu bakar, ambil dan cepat pergi mencari kayu bakar" menunjuk ke arah kapak dan alat untuk memanggul kayu. " Baiklah " dengan nada yang pelan, Landris mengambil kedua alat itu dan segera pergi ke gunung untuk mencari kayu bakar.