Seduhan teh hangat, obor yang begitu panas, kursi yang sudah rusak, sarang laba-laba menghiasi dinding. Raff meminum teh tersebut dengan tersenyum. kakek tua itu tertawa. makanan ringan yang mereka makan bersama. dalam dinginnya malam. Raff membersihkan rumah tersebut, menyapu lantai. menggelar kasur tipis untuk ia tidur di malam hari bersama kakek homeless yang berada di kawasannya.
"Kenapa kau tidak tidur dirumah?" tanya kakek itu
"tidak apa, menemani kakek disini" Jawab Raff.
"ahhh, kau ini tampilan bak preman namun hati tetaplah malaikat." ucap kakek.
Raff yang menangis melihat rumah bersama kakek itu sudah di robohkan. dengan terngiang wajah kakek tersebut dan senyumannya. hujan turun mengguyur jalanan dan kota.
dari arah belakang perempuan penjual jus memayunginya.
"Maaf.... ini tanda terima kasih kebetulan aku melihatmu."
"hmmm.... tidak apa-apa"
"kau tidak punya rumah ?"
"tenang saja.... aku punya kok. "
Raff pun pergi meninggalkan dia, namun di halangi olehnya. Dia terus menyodorkan payungnya. Raff mengambilnya. dengan memasang senyuman.
"aku tidak ingin ada karma. jadi terima kasih."
lalu Raff meninggalkannya. dan pergi dari rumah tersebut. Perempuan itu pun pulang. Raff menunduk berjalan hingga tak tahu kemana ia tuju. saat berhenti. Banyak Geng Law Laundry yang sudah menggila.
"wah wah, melewati pembatas wilayah ya Revolution."
"ini milik negara, lebih baik kau diam." ucap Raff
"apa kau bilang ?" ucap keroco Law laundry mengangkat Raff.
"aku juga ikut bayar pajak. ini tempat umum. tempat rakyat juga." ucap Raff.
mereka merasa bersalah lalu melepaskan Raff. karna aturan dari Feri menghormati segala hukum yang ada. Raff berhenti di sebuah lapangan. bertemu dengan Darga si penguntit.
"aku dengar, kau sudah kehilangan jabatan. jadi aku bisa menghabisimu"
ucap Darga dengan Pd
"aku tidak ingin berkelahi. lagi pula, kau sudah kalah jua."
"keparat...." ucap Darga.
Raff menelusuri Jalan hingga menemukan rumah baru yang kosong. ia berhenti disana mulai memembuat obor untuk menghangatkan tubuh. melihat kalung pernikahannya, wajah ceria yang terpampang di wajah Raff dan Maria.
terbayang saat mereka pertama kali bahagia, setelah jarak yang jauh memakan hati mereka. mudahnya maria yang terhasut. Cheming yang curi curi kesempatan. itu membuat Raff marah. namun mengingat tangisan Maria ia luluh kembali.
"lebih baik aku tidur disini terlebih dahulu." gumam Raff.
yang matanya terbenam.
"Maria,... aku mencintaimu selalu....."