Chereads / The Sexy Woman / Chapter 22 - Ketenangan yang Menjalar

Chapter 22 - Ketenangan yang Menjalar

"Maaf ya membuatmu menunggu lama," ucap Hugo yang tiba-tiba datang dengan membawa dua minuman besar dan juga pop corn berukuran besar.

"Besar sekali!" ucap Illona spontan. Ia juga segera mengambil pop corn yang Hugo peluk.

Sembari meletakkan minuman di meja, Hugo menjawab, "Aku takut kurang, jadi beli yang besar sekalian saja!"

Kedua remaja itu pun mulai berbincang sembari menunggu film yang akan mulai tiga puluh menit lagi. Perbincangan santai di antara keduanya, mampu membuat Illona merasa tenang. Gadis itu bahkan mulai melupakan kegugupannya yang takut menonton film horor.

Sayangnya, rasa takut yang sempat hilang kembali menyapa saat dirinya dan Hugo sudah berjalan memasuki ruang teater. Tangan Illona kembali dingin dan jantungnya juga sudah berdetak kencang sebelum gadis itu menonton filmnya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Hugo yang berjalan di depan Illona. Ia menoleh karena tidak mendengar suara langkah kaki gadis itu karena memang Illona berjalan dengan sangat pelan.

Illona mengangguk. "Tidak apa-apa, sungguh!"

Meski mendengar jawaban yang melegakan, tetapi perasaan Hugo tetap tidak tenang. Namun, laki-laki itu tetap diam sembari berniat mengawasi Illona. Karena ia takut hal buruk terjadi pada gadis yang pergi bersamanya.

Saat kedua remaja sudah duduk di kursi paling belakang secara berdampingan, Hugo pun meminta Illona untuk memakan pop cornnya. Ia juga mengajak gadis itu berbincang meski mereka hanya berbisik.

"Maaf ya, aku pilih di belakang, karena semua tempat sudah penuh," ucap Hugo lirih. Karena film belum dimulai, mereka pun memiliki waktu berbicara dan mengabaikan layar besar yang ada di depan mata.

"Tidak apa-apa, Hugo. Lagi pula memang enak di sini 'kan?" Senyum manis tampak di wajah Illona hingga laki-laki yang duduk di sampingnya kehilangan fokus untuk menjalankan rencananya mengamati sang gadis. Ia justru fokus pada kecantikan yang ada di depan matanya.

"Hei! Kamu melamun?" tegur Illona sembari melambaikan tangannya tepat di depan wajah Hugo.

"Kamu cantik sekali, Illona," ucap Hugo tanpa sadar.

Wajah Illona seketika memerah. Saat itu juga Hugo menyadari apa yang dikatakannya hingga membuatnya salah tingkah. Laki-laki itu langsung mengalihkan pandangan dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sementara Illona segera mengambil pop corn dan melahapnya dengan menatap ke arah layar.

Jantung keduanya sama-sama berdetak kencang. Bukan karena film yang memacu adrenalin, melainkan karena debaran perasaan yang semakin lama semakin bergejolak di hati keduanya. Baik Illona maupun Hugo, sama-sama ingin meluapkan perasaan mereka. Namun, kedua remaja itu sama-sama takut akan penolakan yang diterima.

Sebenarnya bukan penolakan yang lebih menakutkan menurut mereka. Kedua insan itu hanya takut kalau-kalau pengungkapan perasaan mereka akan berujung sebagai jarak yang akan menjauhkan keduanya. Illona dan Hugo sudah senang bisa terus bersama seperti sekarang ini meski tanpa ikatan. Mereka sama-sama tidak siap jika harus saling menjauh karena tidak bisa menerima perasaan salah satunya.

"Ah, filmnya sudah dimulai!" ucap Hugo.

Suara Hugo dan suara speaker bioskop yang menggema keras, membuat Illona terkejut dan tersadar dari lamunannya. Gadis itu seketika membenarkan posisi duduknya dan mulai menatap ke depan meski tangannya siap berkoordinasi dengan mata untuk bergantian menutup pandangan saat ada hal menyeramkan yang muncul.

Saat Illona tegang, di sisi lain Hugo menikmati dengan santai. Ia menonton layar yang cenderung gelap sembari memakan pop corn dan sesekali meminum minumannya. Karena Hugo termasuk menyukai film horor, ia terlalu fokus sampai-sampai tidak menyadari bahwa Illona tengah gemetar ketakutan. Laki-laki itu baru tahu kalau Illona takut saat ada adegan hantu muncul dan gadis itu dengan segera menggenggam erat lengannya.

Hugo yang terkejut dengan tindakan Illona sontak menoleh menatap gadis cantik itu. Didapatinya Illona sedang memejamkan mata sembari mencengkeram erat lengannya. Tanpa pikir panjang, tangan Hugo segera menutup punggung tangan Illona. Ia pun mengusapnya dengan harapan gadis itu bisa sedikit tenang.

Mata yang semula terpejam erat, kini mulai terbuka saat kulit tangannya merasakan sentuhan hangat yang mulai menjalar hingga hati. Ia pun menatap Hugo yang tengah tersenyum sembari membisikkan kata bahwa semua akan baik-baik saja.

Mendengar hal itu, Illona merasa seolah kata-kata Hugo mengandung sihir. Gadis itu sedikit lebih tenang meski ketakutan masih menyelimutinya. Namun, saat tangan Hugo merangkulnya, telinganya tidak lagi dapat mendengar suara bising atau teriakan dari film. Ia hanya mendengar suara detak jantungnya yang semakin kencang karena merasa gugup.

"Apa kamu masih takut? Apa kita perlu keluar saja?" bisik Hugo tepat di telinga Illona.

Suara yang membuat tubuhnya bergidik merinding seketika juga membuat wajahnya memerah. Dengan segera Illona menggeleng. "Tidak, aku tidak apa-apa," jawabnya lirih.

Meski takut, Illona sadar bahwa hal itu membuatnya dan Hugo semakin dekat. Hingga ia pun memutuskan untuk diam dan menikmati suasana yang entah apakah akan terjadi lagi atau tidak.

Selama film diputar, Illona memakan pop corn dengan tenang di dalam pelukan laki-laki yang fokus menonton. Meski begitu, sesekali Hugo melirik ke arah Illona untuk memastikan bagaimana keadaannya.

'Syukurlah dia sudah jauh lebih tenang!' Hugo tersenyum sembari membatin. Ia pun kembali melayangkan pandangannya pada layar besar yang masih bergantian menayangkan gambar.

***

"Wah, aku masih kaget, kenapa endingnya begitu menyeramkan," ucap Hugo saat mereka keluar dari ruang teater.

Illona yang tadi menutup matanya hanya bisa tersenyum mendengar Hugo yang penuh semangat menceritakan film yang ditontonnya. Namun, laki-laki itu seketika terdiam saat matanya menatap ke arah wajah cantik Illona.

"Ah, maaf ya. Aku jadi asyik sendiri. Padahal mau mengajakmu jalan-jalan, tapi hanya aku yang menikmatinya," ujar Hugo. Tubuhnya seketika tampak tidak bertenaga karena diselimuti oleh perasaan bersalah.

"Eh! Eh! Ti-tidak, Hugo! Jangan meminta maaf, aku juga menikmatinya!" sahut Illona dengan panik. Ia mengangkat satu tangannya yang memegangi minuman dan membiarkan satu tangan lainnya melambai-lambai sebagai pertanda dirinya tidak setuju dengan perkataan Hugo.

Tingkah gadis itu membuat Hugo gemas. Ia pun tertawa geli kemudian berjanji bahwa lain kali akan mengajak Illona menonton film lagi setelah melihat jadwal. Gadis itu mengangguk menjawab perkataan Hugo.

"Aku akan menantikannya," ucap Illona dengan kebahagiaan yang terpancar jelas di wajahnya.

Tangan Hugo mengusap kepala Illona. "Baiklah, kamu bisa menantikannya!" jawabnya dengan wajah yang tidak kalah berbinar dari gadis itu.

"Baiklah, kemana lagi kita sekarang? Makan?" imbuh Hugo. Ia masih ingin menikmati waktu bersama dengan gadis di sampingnya, hingga dirinya pun enggan memberi pilihan 'pulang'. Karena meski besok bertemu lagi di sekolah, tetapi berbeda rasanya jika hanya bertemu berdua seperti sekarang ini. Selain karena lebih leluasa dan tidak ada yang mengganggu, Hugo jadi merasa mereka seperti sepasang kekasih.