Tiga tahun yang lalu, tepatnya pada tahun di mana mereka mengikuti seleksi tim nasional futsal. Rakha dan Faza dipertemukan di lapangan futsal sebagai lawan, bukan kawan. Bertanding memperebutkan tempat untuk masuk ke dalam team nasional. Rakha dari Cosmo FC Jakarta melawan Faza dari Bintang Timur Surabaya. Akhirnya mereka sama-sama masuk ke dalam team nasional futsal karena skill bermain futsal mereka sama-sama hebat. Dan 'kebetulan' juga mereka satu kamar saat di asrama. Dari sinilah mereka (dipaksa) menjadi dekat. Meskipun terkadang masih suka cek-cok karena hal sepele.
Dan sekarang mereka itu tak terpisahkan. Kemana-mana bareng. Bahkan keluarga mereka yang notabenenya jauh-jauhan rumahnya bisa tahu kalau Rakha dan Faza itu sohib. Banyak orang-orang yang bertanya, hubungan Rakha sama Faza itu apa?
Sahabat? Dibilang sahabat juga bukan. Karena sahabat enggak sampai ndusel-ndusel, kecup-kecup kening saat selebrasi, berbagi handuk untuk mengelap keringat. Hey?! Siapa yang tidak jijik jika harus bergantian handuk bekas keringat orang lain kalau hubungannya lebih dari sahabat? Mereka juga sering makan satu piring bersama, padahal mereka itu anak orang berada, yang dapat diartikan mereka bisa membeli makanan lebih dari satu. Tapi, saat mereka ditanya "Kenapa makan sepiring berdua? Padahal, 'kan, kalian mampu beli makanan sendiri-sendiri." Pasti mereka akan jawab, "Faza kalau makan dikit. Mubazir kalau enggak ada yang habisin makanannya. Mending makan sepiring berdua aja, sekalian hemat uang buat masa depan." Gitu. Masuk akal juga, sih, jawaban Rakha. Tapi... memangnya dia tidak merasa aneh jika makan sepiring berdua dengan temannya? Apalagi, mereka sama-sama 'cowok'. Dan, apa tadi? Nabung buat masa depan? Kalian mikir yang iya-iya, enggak? Iya, dong, masa enggak.
Dan, kalau mereka dibilang pacar pun juga bukan. Karena salah satu dari mereka enggak pernah menyatakan perasaan satu sama lain. Bahkan mereka sering mengkonfirmasi hubungan mereka hanya sebagai 'sahabat' saja. Meski begitu, tak banyak yang percaya dengan ucapan Faza. Karena nyatanya, perlakuan Rakha ke Faza ataupun Faza ke Rakha itu 'berbeda' dengan perlakuan mereka ke teman mereka yang lain.
Dan, kalau dibilang hubungan mereka ini kakak-adik juga.... entahlah, masih mikir-mikir. Bisa jadi, sih. Bisa jadi kalau mereka ini saling suka tapi enggak mau ngaku dan terkurung dengan hubungan abang-adek. Dan, seorang abang bo'ongan enggak mungkin mau jemput adiknya pas lagi hujan deres. Pakai motor dan parahnya, enggak pakai jas hujan, lagi. Adakah di sini yang rela bela-belain ngelakuin hal semacam ini buat seseorang bukan adik tapi kalian anggap adik?
Intinya, salah pengertian tentang perasaan mereka membuat mereka terjebak dalam friendzone atau brotherzone. Kasian, sih. Tapi, mau gimana lagi? Mereka sama-sama cowok. Enggak mungkin menjalin hubungan lebih dari kakak-adik, meskipun banyak juga yang berharap mereka menjalin hubungan. Kenapa? Ya, karena interaksi mereka ini gemesin.
Kalau kalian, pengen mereka punya hubungan seperti apa? Sahabat? Pacar? Atau hanyalah abang-adek?