Chereads / The Adventure of The Bad Boys / Chapter 2 - Bad Boys

Chapter 2 - Bad Boys

"Kembalikan headset-ku!" pinta Edward.

"Tidak!" Elizabeth membuang kedua benda kecil milik anaknya ke luar jendela. Sedangkan Alfred yang duduk tepat di samping supir pun lebih memilih diam.

"Kalian itu harus seperti Darwin. Dia itu sangat baik dan penurut, tidak seperti kalian yang sering berulah dan masuk kantor polisi." Elizabeth memuji putranya yang kedua.

"Ya. Memang dia tidak berulah dengan kepolisian tapi dengan Dokter kandungan," sahut Rocky, kemudian dia menoleh ke arah Jendela dan bersiul.

"Apa maksud ucapanmu, Rocky!?" Elizabeth tidak senang.

"Si munafik itu akan kena penyakit pada waktunya," sambung Edward.

"Jangan kau sumpahi adikmu!" bentak Elizabeth.

Kedua putranya tidak ada yang menjawab, mereka kompak menyandarkan kepala di badan kursi dan menoleh ke arah jendela menatap jalanan. Itu lebih baik daripada melihat Elizabeth yang berada di antara mereka.

Mobil hitam sampai di rumah tiga lantai yang begitu megah. Rumah utama bergaya Eropa modern dengan air mancur di halaman depan. Rumah bak istana itu tak mampu membuat penghuni betah di rumah. Dan disinilah tempat tinggal mereka. Rocky turun lebih dulu yang diikuti oleh Elizabeth yang mengangkat gaunnya tinggi-tinggi hingga menampakkan betisnya yang mulus dan bibir yang tidak berhenti bersungut-sungut. Geram Edward mendengar ibunya terus berceloteh.

"Oh ayolah, Mom. Berhentilah berbicara!" Edward menunjukan protesnya.

"Kenapa semua perempuan cerewet sekali. Apa kau berpikir begitu, Edward?"

"Itulah yang membuatku tidak menyukai makhluk berbulu panjang itu," sahutnya dengan berjalan acuh dan memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Apa yang kau maksud makhluk berbulu panjang, Edward? Kau pikir perempuan itu penghuni kebun binatang!" Elizabeth tidak terima dengan ucapan putra sulungnya.

"Itu yang disanggul dan ditata rapi kala ke pesta tapi seperti singa saat di rumah," jawab Rocky.

"Itu namanya rambut!"

"Sama saja kan," jawab Edward acuh.

Alfred sejak tadi hanya diam, karena memang dia tidak banyak bicara tapi otaknya berpikir lebih cepat. Menyusun banyak rencana membuat kedua anaknya jera. Berbeda dengan Elizabeth meski dia cerewet tapi selalu membela anaknya agar tidak mendapatkan hukuman yang berat dari Alfred.

Daun pintu terbuka ketika sang pelayan berseragam hitam dan dipadukan dengan warna putih itu membuka daun pintu yang menjulang tinggi. Wajah pelayan itu sangat pucat saat melihat Elizabeth dan Alfred datang.

"Kau sakit Sergia?" Elizabeth terlihat khawatir pada ketua pelayan yang sudah bekerja sejak lama melayani ketiga putranya.

"Ti … tidak." Bibirnya kelu hingga berbicara dengan terbata.

Sedang Edward dan Rocky saling bertatapan dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan terkekeh. Rocky melipat kedua tangan menyangga bagian belakang kepala, berjalan bersiul menjauh. Begitupun dengan Edward dia berjalan dengan memasukan kedua yang ke dalam saku celana dan tersenyum menyeringai. Mereka tahu sebentar lagi ibunya akan mendapatkan kejutan yang fantastis dari anak yang selalu dibanggakan.

"Apakah kau berniat menonton pertunjukan menyenangkan, Edward?"

"Aku tidak memiliki waktu untuk mendengarkan ceramah terpanjang melebihi sungai Nil," sahut Edward berjalan menuju tangga.

"Aku ingin melihat pertunjukan itu," seru Rocky penuh semangat.

"Silahkan karena makhluk bernama perempuan itu akan membawa orang yang tidak bersalah saat memarahi," jawab Edward dengan berlalu.

Rocky duduk di sofa dengan mengangkat satu kaki. Sedang Elizabeth berjalan menaiki tangga.

"Kau lihat Rocky aku yakin kakakmu sedang sibuk dengan pekerjaannya!" ucap Elizabeth penuh percaya diri.

Rocky tidak menjawab dia bersiul dengan menoleh ke sisi lain.

Elizabeth menaiki tangga dengan tangan masih setia mengangkat gaunnya. Dia berjalan cepat menuju kamar putra kebanggaan Darwin. Elizabeth hendak mengetuk pintu tapi urung dilakukan saat mendengar suara desahan penuh kenikmatan dibalik pintu. Dia mengikis perasaan buruk yang bersarang, menggeleng cepat dan berpikir bahwa putra yang dibanggakan sedang menonton film dewasa. Namun, tubuhnya terguncang saat suara seorang perempuan menyebut nama putranya.

Tidak sabar dengan rasa penasaran yang memuncak diiringi dengan emosi yang membakar dan rasa kecewa yang menyeruak jiwa. Elizabeth pun mendorong daun pintu dengan kasar dan menjerit histeris saat melihat Darwin sang anak kebanggaan telah berada di atas tubuh perempuan tanpa sehelai benangpun.

Tubuh Elizabeth terguncang dengan mata membola tidak percaya. Sedangkan Darwin segera beranjak dan memunguti bajunya. begitupun dengan perempuan itu segera menutup tubuh dengan selimut.

Elizabeth sangat shock berat dengan apa yang dilihat dan itu membuat pasokan oksigen tidak bisa dihirup dengan baik. Cara kerja otak berkurang. Elizabeth merasa pandangannya kuning, kepala sakit dan tubuhnya tumbang. Tergeletak di lantai dengan perasaan tidak percaya.

Darwin bukan menolong sang ibu, dia justru pergi mengunci pintu dan melanjutkan apa yang sempat tertunda.

Darwin memejamkan mata saat dia telah mencapai puncak kenikmatan segera mengenakan baju dan meminta perempuan itu untuk melakukan hal yang sama. Darwin membuka pintu dan membangunkan ibunya yang sedang pingsan dengan menepuk-nepuk kedua pipi tapi tidak kunjung membuka mata.

"Apa dia melihat kau bercinta?" tanya Edward dengan bersandar di kusen pintu dengan memasukan kedua tangan ke dalam saku celana.

"Aku rasa dia shock berat, padahal sex adalah kebutuhan," jawab Darwin santai.

"Wah, kau membuat wanita cerewet itu pingsan, Darwin. Sungguh hebat!" puji Rocky yang baru datang.

"Astaga!" pekik Alfred saat melihat istri tercinta tergeletak di lantai dan di kelilingi ketiga putranya. "Apa yang kalian lakukan?!" Afres terlihat panik. "Ambilkan minyak angin!" titahnya.

"Sebaiknya dia seperti itu saja, aku lelah mendengar ocehannya!" jawab Edward dengan berlalu.

"Mengganggu aku bercinta saja!" sambung Darwin dengan beranjak berdiri.

"Ya ampun! Dia ini wanita yang melahirkan kalian, kenapa tega sekali!"

"Rasanya kami tidak meminta untuk dilahirkan! Toh, kalian membuat kami dengan penuh kenikmatan," jawab Dawin dan di sambut gelak tawa oleh Rocky. Sedang Edward kembali masuk ke kamarnya.

Alfred mengusap wajah dengan kasar, dia akan marah tapi percuma. Semua amukan tidak akan membuat mereka jera. Alfred lebih memilih memangku sang istri dan membawa ke kamar mereka. Tidak ingin membuat kesehatannya terganggu karena sikap buruk ketiga anaknya.

"Kalian akan tahu bagaimana sulitnya menjadi orang tua, kelak!" ucap Alfred dengan menatap tajam kedua putranya yang masih ada di ruangan itu.

"Aku rasa anak tidaklah penting, gugurkan saja!" jawab Darwin enteng.

"Kau yang selalu dibanggakan ternyata sama bejatnya!" Alfred benar-benar murka pada Darwin. Sedangkan Rocky memilih pergi meninggalkan Alfred dan Darwin yang terlibat perdebatan kecil.

Bukan hanya Elizabeth yang kecewa dengan sikap ketiga putranya. Alfred juga merasa gagal mendidik putranya. Sekarang memang hidup bergelimang harta tapi dia tidak bahagia karena memiliki anak yang suka membuat masalah. Tidak ada ancaman yang mempan untuk merubah mereka, karena mereka tidak takut jika fasilitas disita, karena ada Darwin dan Edward yang menjamin kebutuhan adiknya Rocky.