"Kamu yang seharusnya itu di rumah,tiap malem keluyuran!!!." Pertengkaran orang tua Xyla di sudut ruang tengah.
"Kamu tau apa. Aku udah bantu kamu kerja dari pagi sampai malem. Harunya bersyukur." Bentak mama Xyla dengan amarah menunjuk wajah suaminya.
Keributan mulai terdengar di telinga Xyla, hanya bisa mendengarkan dari balik kamar. Tidak bisa berbuat apapun,karena dirumah hanya orang tuanya yang bisa berkuasa dan bersikap semaunya,itu pikiran Xyla. Seorang anak hanya butuh diam ketika oranng tua mereka bertengkar,dan seketika ia ikut campur,itu akan membuat semuanya semakin berantakan.
"Kamu tanya,aku tau apa? Aku tau semua apa yang kamu lakuin di luar. Aku cuma diam." Sambung papa Xyla yang sudah mengetahui semua tingkah laku istrinya selama diluar.
"Gak usah ikut campur urusan aku. Aku diam juga bukan berarti tidak mengetahui." Ancam mama Xyla pada laki-laki yang barusan mengancamnya dengan amarah.
Hampir papa Xyla memukul mamanya,namun Xyla dan adiknya turun dari tangga untuk memberi peringatan bahwa pertengkaran sudah cukup,adiknya tak perlu melihat perilaku mereka seperti itu.
"Mau kemana kamu? Mau jadi seperti mama mu?" Tegur amarah papa Xyla padanya yang amat kasar.
"Kamu ya.. Anak dibawa-bawa. Pergi aja sayang." Berusaha mengerti kepenatan Xyla anaknya, mamanya mencoba memberhentikan omongan kasar papa nya itu untuk anaknya.
Merasa terbela oleh mamahnya itu tidak,merasa tersakiti pun sudah biasa menurutnya. Melanjutkan membawa adiknya bermain diluar,untuk tidak menjadi korban dari pertengkaran kedua orang tuanya setelahnya. Keduanya bermain sepeda masing-masing. Mengitari komplek rumah mereka dibalik dinginnya kota itu. Baju hangatnya memalingkan suhu saat itu. Berusaha menghibur adiknya itu,Xyla membelikannya sebuah makanan yang letaknya dekat dengan perumahannya. Tepat gerbang komplek perumahannya,terdapat pedagang kaki lima.
"Mau yang mana?" Tanya Xyla pada Caca.
"Apa aja?" Pertanyaan Polos Caca dari atas sepeda.
"Coklat,strowbery,vanila. Mau mana?" Tanya ulang Xyla dengan sabar menunggu.
"Aku mau yang coklat aja." Jawab Caca,yang kini mendekat pada Xyla.
Xyla membeli apa yang ia mau dan Caca adiknya. "Mau coklat dua deh bang."
"Ini neng." Kata abang penjual kaki lima sembari memberikan makanan itu.
"Mana punya Caca???" Menarik tangan Xyla yang membuatnya kuwalahan.
"Iyah Ca sebentar. Ini..." Mengulurkan makanan itu pada Caca yang dari tadi sudah tidak sabar.
"Berapa jadinya bang?" Menoleh ke abang pejalan kaki lima itu.
"20 ribu dek." Saut abang penjual kaki lima itu.
"Ini ya bang." Meninggalkan tempat itu dan memilih memakannya di taman komplek,itu yang di lakukan Xyla dengan Caca.
******
Teringat janji kemarin yang Zyco buat dengan temannya,ia langsung mengenakan pakaian dan bersiap-siap untuk segera pergi. Sudah memasak untuk makan malam,ibu Zyco yang melihat anaknya sangat terburu-buru,langsung menawarkan keinginannya untuk makan bersama atau tidak.
"Kamu mau kemana? Mau makan dulu?" Tanya bunda Zyco yang sedang menyajikan makanan di meja makan.
Merasa tidak enak dengan bundanya yang dari tadi sudah repot menyiapkan makanan,Zyco memilih kembali terlihat santai dan duduk di meja makan untuk makan bersama bundanya. "Mau ke rumah temen bun. Iyah Zyco makan dirumah."
"Sini piring kamu." Kebiasaan bunda Zyco terhadap Zyco untuk mengambilkan nasi.
Zyco memberikan piring dihadapannya pada bundanya. "Iyah."
Mereka saling menyiapkan makanan masing-masing. Kehangatan mereka lebih baik,namun kelangkapan keluarga mereka kini tidak mereka dapatkan. Namun dengan begitu mereka saling menjaga dan menyayangi. Zyco anak satu-satunyapun paham perannya di situ. Menemani bundanya lebih utama dari pada hal pribadinya.
"Gimana temen-temen kamu disekolah? Seru-seru apa enggak?" Obrolan yang dibuat bunda Zyco.
"Seru-seru bun,temen cowonya apa lagi. Kalo istirahat aja pada keluar main basket di lapangan." Zyco bercerita dengan amat antusias,yang membuat bundanya tersenyum melihat anaknya bercerita dengan semangat.
Belum puas melihat anaknya bercerita,bunda Zyco kembali bertanya. "Kalo cewenya gimana? Ada yang kamu suka?" Dengan nada meledek.
"Cewe disana ya ampun,cantik-cantik. Centilnya juga bun,bunda kalo liat pasti geleng-geleng kepala. Tapi bun ada satu cewe yang gak kayak gitu,dia Xyla temen sebangku Zyco." Melahap semua makanannya diselingi dengan cerita.
"Terus kamu sukanya sama dia berarti kan?" Jawaban dari pertanyaan bunda Zyco sekarang sudah tertebak.
"Gk lah bun. Cuek dingin begitu. Kita temenan aja." Zyco mulai merasa dirinya berubah ketika mengatakan sesuatu yang tidak sesuai pada hatinya,melahap makanannyapun tidak selahap sebelumnya.
"HAHAHAH,iyah bunda paham." Bunda Zycopun tidak kalah pintar dalam memahami setiap kata Zyco.
Menyelesaikan makanannya,Zyco langsung berpamitan kepada bundanya. "Zyco pergi dulu bun."
"Iya hati-hati,jangan malem-malem." Mengantar Zyco sampai depan pintu rumah.
Zyco mengendarai motor yang sebelumnya tidak pernah ia bawa keman-mana kecuali berpergian lumayan jauh. Berjalan mengebut karena jam yang sudah ditentukan telah ia lewatkan untuk makan malam.
******
Xyla merasa sudah cukup untuk hiburan Caca malam ini,memilih pulang lebih awal. Lagi pula tidak baik jika pulang malam membawa anak kecil waluapun jarak rumah mereka tidak begitu jauh.
"Ca pulang yuk." Ajakan Xyla pada Caca.
"Cepet banget kak, dirumah kan kita cuma tiduran. Papa mama juga enggak ada dirumah pasti." Jawaban Caca yang membuat Xyla berfikir kedua kalinya untum pulang.
"Yaudah bentar lagi pulang ya." Memahami adiknya yang ternyata sudah sedikit menjadi korban orang tuanya.
Pikirnya Xyla pada adiknya ternyata salah,yang ia kira adiknya hanya paham itu sebuah pertikaian biasa ternnyata bukan. Adiknya mulai memiliki asumsi sendiri terhadap keluarganya. Mengira waktu yang sudah di berikan pada Xyla cukup Xyla meminta Caca untuk segera mengambil sepedanya dan pulang.
"Ayo Ca." Seru Xyla pada adiknya.
Ketika mereka menyebrang, terlihat dari jauh motor mengebut oleh Xyla. Caca yang tidak memperhatikan jalan,tidak melihat motor yang Xyla lihat sehingga hampir saja ia tertabrak.
"Caca awasssssssssss........" Teriak histeris Xyla melihat motor yang hampir mengenai Caca.
Namun dengan refleks yang bagus oleh pengguna motor tersebut,Caca tidak kenapa-kenapa. Justru pengendara itu yang kini jatuh dari motornya untuk menghindari Caca.
"Kakak...Huhuhuhu." Menangis karena terkejud dengan kejadian tadi,Caca langsung memeluk Xyla dan tidak memperdulikan sepeda itu.
Xyla memeluk kembali pelukan dari adiknya itu. Kecemasan dan kekhawatiran Xyla membuatnya terdiam lama sampai lupa dengan siapa yang hampir menabrak Caca adiknya.
Menenangkan adiknya. "Enggak,gapapa"
Pengendara motor itu menyadari yang terjadi,ia langsung berdiri dan mencari anak yang barusan hampir ia tabrak. Melihat anak kecil itu mempunyai kakak,pengendara itu terdiam menunggu mereka usai setelah berpelukan untuk saling menenangkan.
"Kamu gapapa?" Tanya laki-laki di hadapan Xyla yang sedang mendekati Caca.
Adik Xyla terus menangis bahkan merasa ketakutan melihat laki-laki itu. Namun Xyla tahu itu hanya sebuah kecelakaan biasa,ia menyelesaikannya dengan kepala dingin.
"Hati-hati kalo naik motor." Jawab Xyla tanpa melihat laki-laki yang barusan hampir menabrak adiknya.
"Kakak ayo pulang." Ajak Caca dengan rengekannya.
Xyla mengambil sepeda Caca yang tergeletak di jalanan. Saat ia berdiri,sosok yang ia kenal itu ternyata Zyco. Keduanya begitu terkejut.
"Tunggu! Gw bakal ganti rugi. Gw bakal tanggung jawab kok." Laki-laki itu kini membuka helm yang ia kenakan dan mendekat pada Xyla.
Xyla dengan acuhnya tidak menghiraukan laki-laki yang mengobrol dengannya. Namun ketika ia berbalik arah untuk pergi,sosok yang di depannya tampak ia kenali. Memandangan lebih jelas di bawah remangan lampu jalan.
"Zyco???" Sapa Xyla dengan terkejud.
"Loh,lu Xyla kan. Sorry beneran gw buru-buru. Gw bawa deh ke rumah sakit." Permohonan tak enak oleh Zyco.
"Kakak ayoo." Tangisan Caca memberhentikan pertemuan mereka berdua.
"Gak usah Zy,ade gw gapapa,dia cuma mau pulang aja. Sorry juga ya,duluan gw." Memilih mengakhiri pertemuan.
"Oke gw anter deh kalian. Sepeda biar nanti gw yang urus. Gosah nolak,gada yang berani nolak gw!" Zyco menggendong Caca dengan senang hati menuju motornya.
Xyla mau tidak mau menuruti permintaan Zyco,bersama menaiki motor dengan arahan Xyla menuju rumahnya. Setelah lama menangis Caca tertidur pulas dipelukan Xyla.
"Kenapa keluar malem?" Perhatian Zyco kini dirasakan oleh Xyla.
"Gosah tanya begituan kenapa. Gw tetep bakal serah gw." Jawab ketus Xyla.
"Udah biasa keluar sama adikmu malem-malem gini?" Merasa penasaran dan tidak puas,Zyco terus bertanya,berharap Xyla mau menjawabnya.
"Gak. Lu tanya lagi gw turun."
"Iyah,halus lagi keknya adem deh." Rayuan Zyco menyindir Xyla dengan nada pelan.
"Iyah Zyco Xyla denger kok." Meniru kemauan Zyco dengan kesal.
"Nah gitu kan enak." Tawa puas Zyco yang tersenyum di balik helmnya.
Lama berbincang selama menuju rumah,tidak terasa mereka kini sudah berada di depan rumah Xyla.
"Stop sini aja." Berbicara dengan nada halus.
"Oh ini rumahnya."
Melihat Caca tertidur,dengan cepat Zyco mengambil alih untuk menggendong Caca. Xyla memberikan tawaran itu pada Zyco.
"Sini gw aja." Menggendong Caca dengan pelan.
Langkah kaki mereka terhenti tepat di depan pintu rumahnya. Papa Xyla muncul dari balik pintu rumahnya. Xyla dengan terkejut langsung menganbil Caca dari gendongan Zyco. Zyco paham itu papa Xyla langsung menyapa.
"Malam pak." Tersenyum.
"Masuk!!!!!" Memberi jalan untuk Xyla dan Caca untum masuk rumah.
Tatapan papa Xyla kini membuat Zyco meninggalkan rumah Xyla dengan segera. "Saya pamit pak. Permisi."
Tanpa jeda,papa Xyla menutup pintu rumahnya amat kencang,yang membuat Zyco tampak terkejud dengan hal tersebut. Teriakan dari dalam rumah Xyla terdengar oleh Zyco yang hendak menaiki motornya.
"Mau jadi apa kamu?" Tamparan mendarat pada pipi kanan Xyla yang berdiri tegap menggendong adiknya Caca.
Hanya tetesan air mata yang bisa dilakukan Xyla saat itu. Zyco yang mendengar tamparan keras barusan,mencoba lebih mendekat dari tempat yang sekarang ia berada.
"Mau jadi apa kamu? Mama kamu? Adik kamu juga?" Amarah papa Xyla semakin menjadi-jadi.
Tangisnya Xylapun tidak membuat papa nya berhenti memaki Xyla. "Anak sama ibu gak ada yang bener."
"Terus,siapa cowok tadi? Mau belajar jadi apa kamu?" Tuduhan menyakitkan kini membuat Xyla lebih membuka mulutnya untuk menolak ketidak benaran.
"Temen Xyla pah." Jawab Xyla menahan tangisannya.
"Awas kamu jalan sama cowok. Cukup mama kamu. Kamu tau kan Xyla." Nada setiap perkataan dari papa Xyla yang selalu berubah-ubah,seolah menenangkan namun juga seolah mengancam.
Zyco semakin merasa bersalah dan iba membuatnya langsung menuju ke tempat yang seharusnya ia kini berada. Mengendarai motonyapun kini Zyco tidak fokus,terfikirkan kondisi Xyla yang barusan ia ketahui.
"Zy Zy lu kenapa telat deh? Udah jam berapa sekarang?" Sambut teman tongkrongannya.
"Sorry gw habis mau nabrak orang tadi." Melepas helmnya dengan raut muka sedih.
"Lu kenapa dah kusut banget tu muka." Tepuk bahu Zyco oleh Ryco.
"Gw tuh barusan hampir nabrak adik Xyla." Zyco mulai bercerita kepada teman tongkrongannya.
"Lah,lu ketemu dimana." Tanya Ryco dengan penasaran.
"Taman deket perumahannya situ deh. Nah gw anter kan dia sama adiknya. Giliran sampe rumahnya,disambut sama bokapnya. Pas gw pamit,gw juga ngerasa gak enak hati si. Eh taunya,Xyla dimarahin bahkan di tampar sama bokapnya. Gw gak tau si sesakit apa tamparannya,tangisan Xyla juga gw gak denger pasti." Kegundahan Zyco membuatnya semakin bersalah.
"Salah denger kali lu ah." Ryco mengalihkan pikiran Zyco.
"Gw denger Ry... Gw denger,Pasti sakit banget." Memejamkan matanya dengan menunduk,membayangkan betapa sakitnya Xyla diperlakukan seperti itu oleh papanya sendiri.
"Masa iya sih,kan dia cewek." Saut teman tongkorngan yang bernama Rey.
"Gw yang denger kenceng banget gila." Zyco semakin tidak habis pikir dengan kejadian malam itu.
"Udahlah,mungkin lu salah Zy. Besok coba lu tanya. Sekarang kan kita di tongkrongan kita bahas cara buat deketin Xyla aja gimana?"
"Gak deh bahas kapan-kapan aja." Tolakan Zyco karena pikirannya yang semakin kacau.
Terlihat kegelisahan Zyco,teman tongkrongannyapun tidak berani untuk membuka topik. Saling melirik untuk memberi kode satu sama lain bahwa,harus ada sesuatu yang perlu mereka lakukan untuk Zyco.
"Lu chat Xyla aja deh." Saran Jibril dengan cepat.
Tidak menyaut,Zyco mengambil telepon genggamnya dan mengirim pesan kepada Xyla. Harapan Xyla membuka pesannyasangatlah tinggi. Teman Zyco memperhatikan Zyco yang kini mulai mengetik perkatanya,dan semakin dekat untuk melihat pesan yang terkirim.
"Laaa,lu gapapa. Sorry ya." Penyesalan Zyco yang sangat amat membuatnya merasa bersalah.
Menunggu balasan dari Xyla,semuanya hanya terdiam. Tongkorongan mereka yang seharusnya membahas sesuatu yang sudah di rencanakan,kini tidak sama sekali mereka tidak bicarakan.
*****
Malu akan perlakuan papanya terhadap Zyco serta perbuatan Papanya yang barusan ia terima,membuatnya tidak berhenti menangis dibalik selimut.
Notifikasi dari telepon genggam terdengar dari bawah bantal yang Xyla tiduri saat ini. Mengambil memastikan sesuatu itu penting atau tidak,Xyla memeriksanya. Terpampang jelas pesan dari Zyco yang membuat Xyla terkejud, mengapa begitu tiba-tiba mengirim pesan seperti itu.
"Kenapa emangnya,gw ama Caca baik-baik aja, Gw mau tidur Zy. Bye." Mengetik balasan pesan dengan tangisan,merasa ada sosok yang perduli terhadapnya membuat ia terharu dan lebih deras mengalirkan air mata.
"Gw telepon ya,angkat!" Suruh Zyco.
"Gak gw mau tidur."
Dering telepon didengar dan dilihat oleh Xyla. Membutuhkan seseorang yang paham akan dirinya,merasa ingin di dengar serta ingin di mengerti,Xyla mengangkat telepon dari Zyco.
"Hallo La..." Suara lirih Zyco,yang sampai pada hati Xyla,bahwa Zyco memang paham situasi Xyla saat ini.
"Hemm." Menutup mulutnya dengan Selimut,supaya tidak menimbulkan suara tangisannya.
"Kamu gapapa?" Tanya Zyco menyentuh hati Xyla.
Terdiam lama,untuk menangis tanpa suara. Pertanyaan serupalah yang membuat Xyla merasa di anggap keberadaannya dan dihargai perasaannya.
"Gw gapapa." Saut Xyla menghela nafas.
"Nangis aja La. Jangan malu-malu sama gw. Gw ada sama lu." Kalimat hangat yang dibutuhkan Xyla,terucap dari sosok lelaki dari telepon.
"Zyyyyyy arrgghhh heummmm..." Tangisan Xyla yang di dengar oleh Zyco merobek setengah hatinya,tak kuasa menahan sedihnya,Zycopun ikut meneteskan air matnya.
"Puas-puasin ya cantik..." Menempelkan telepon genggamnya terus-terusan pada telinganya.
Harapan untuk tenang itu bohong. Kenyataan memang tidak bisa di tutupi oleh sebuah harapan,semakin Xyla menutupi kenyataan pahitnya yaitu pertengkaran dirumahnya malam itu dengan harapan lebih damai ataupun tenang setelah menghirup udara segar,membuatnya semakin terjatuh dan terjatu lebih dalam.
Bantal terbasahi oleh air mata yang sejak tadi bercucuran,membuat Xyla terlelap tidur tanpa mematikan telepon yang masih tersambung dengan Zyco.
...........................
JANGAN LUPA VOTE,COMMENT,FOLLOW.
TUNGGU KABAR UPDT DI CHANNEL TELE ARLOJI.
SEE U ALL
#Buat kalian yang punya Telegram bisa join Channel ARLOJI
https://t.me/XylaZyco (Ada di bio profil befllands.)
1. Gak percuma baca banyak.
2. Tau jadwal update.
3. Alur paham.
4. Feelnya dapet.
5. Hayalan lancar.
6. Pentingnya kalian kenal sama Zyco+Xyla lebih dalam