[Dayana POV]
"Justru itu Day! Justru itu!" Aku terhenyak oleh bentakkannya.
Eros menarik napas berat. "Aku takut jika kau terlalu dekat denganku, maka aku akan semakin jatuh cinta padamu! Kamu itu adikku Day ... tidak sepantasnya aku memiliki perasaan ini..."
Tunggu! apa maksudnya kata-kata itu? Jadi, eros juga mencintaiku?
Eros menjambak rambutnya prustasi. "Dan tidak seharusnya aku menginginkan-"
Jantungku berdegup semakin kencang. Kuberanikan melangkah mendekati kakak yang aku cintai itu, memegangi kedua bahunya kuat. Dengan perasaan membuncah yang berusaha ditahan, kutatap lekat manik candunya. "Menginginkan apa kak?" desakku pada Eros yang kini menunduk lemah. "menginginkan apa yang kau maksud?"
'Jawablah kalau kau juga menginginkanku!'
Eros mau membalas tatapanku. Kami. menyelami netra satu sama lain. Hening menerpa hingga akhirnya Eros menjawabnya, "Menginginkamu menjadi milikku seutuhnya."
Deg!
Aku terdiam dalam perasaan yang campur aduk. Syok, bahagia juga tak percaya. Aku bingung harus bereaksi apa. Demi Tuhan, kalimat Eros barusan adalah salah satu kalimat terindah yang pernah kudengar dari mulutnya. Lantas dengan mata yang berkaca-kaca aku berusaha tersenyum, haru, akhirnya kini aku tahu perasaan Eros yang sesungguhnya, Tuhan. Jadi, bukan hanya aku saja yang memendam perasaan ini, melainkan Eros juga!
'Terimakasih Tuhan.. '
Maka dengan perasaan bahagia bercampur haru, aku memberanikan diri untuk mengecup bibir laki-laki itu. Terhanyut, sampai-sampai tak sadar kalau air mataku menetes. "Aku juga kak, aku juga menginginkanmu menjadi milikku seutuhnya. Kita sama-sama memiliki perasaan itu," ucapku setelah mengecup bibir manis itu sambil tersenyum tulus.
Eros menunjukkan ekspresi terkejut, membuatku sedikit cemas, namun sedetik kemudian dia balas tersenyum.
Kami pun saling berciuman lagi, penuh perasaan mendalam. Tak akan pernah kami biarkan ciuman ini berhenti dengan cepat. Kurasakan tangan kekar Eros menarik pinggangku posesif. Tubuhku merapat dengan tubuhnya, nyaris tidak ada jarak di antara kami.
Ciuman yang semula kurasa lembut, berubah menuntut dan panas seiring lamanya kami berciuman. Mungkin Eros sadar kami berdua melakukan hal ini di tempat yang tidak aman, yang sewaktu-waktu bisa saja terlihat oleh orang meskipun area gudang belakang adalah area yang jarang sekali dilewati oleh murid-murid.
Maka, sambil terus membalas pagutanku. Eros mmenuntuku untuk memasuki gudang tanpa melepas ciuman. Eros menendang pintunya hingga menutup dengan satu kaki, buru-buru menguncinya dari dalam.
Yang kutahu, sudah sejak lama gudang ini menjadi tempat kekuasaan Eros dan teman-temannya. Tidak pernah ada yang berani masuk tanpa seizin dari Eros. Hal ini mungkin yang membuat laki-laki itu tidak ragu sedikitpun mencumbuku seintim ini.
Maka disinilah, di gudang ini dengan abu rokok yang berserakan dilantai, aku dan Eros saling menyalurkan nafsu, emosi serta cinta kami pada satu sama lain. Ditemani kursi-kursi rusak serta bau rokok yang menyengat, aku pun memasrahkan diri bersimpuh di bawah Eros.
Aki mendongak dengan sorot memuja. Dilijat dari bawah, Eros tampak semakin tampan bak Dewa Yunani. Rahang tegasnya, alis tebalnya serta bibir basahnya yany kini kemerahan dan setengah terbuka. Aku tak tahan, melihatnya begini saja membuatku hilang akal. Tangan Eros mulai membelai lembut surai panjangku.
"Boleh aku mencobanya?" tanyaku terdengar seperti desahan. Eros menunduk, mengangguk dengan jantung yang kutebak semakin berdegup kencang. Deru napasnya memberat seiring jemari lentikku yang perlahan membuka kancing celananya.
Aku tertegun ketika melijat betapa besar miliknya! Astaga, apa mulutku tidak akan robek bila kumasukan benda itu ke mulutku?? Aku cemas, namun melihat Eros mendongak dengan mata terpejam ketika juniornya diremas oleh jemariku, nafsuku meningkat.
Dengan keraguan yang berusaha kulenyapkan, lidah hangatku mulai menjilati junior kakak. Aku mengulum senyum saat mendengar erangan tertahannya. Eros... kau sangat merangsangku.
Aku mulai mamasukannya ke dalam mulut. Meski besar, ternyata benda itu berhasil masuk ke mulutku. Pelan-pelan aku memaju mundurkan kepalaku.
Melihat reaksi Eros yang kenikmatan membuat hormon dalam diriku melonjak. Segera kupercepat tempo blow job.
"Hhhh.. Dayh.." Eros memegangi kepala belakangku, menuntunku untuk mempercepat gerakkan itu. sesekali meremas rambutku saat ujung penisnya menyentuh rongga mulut.
Aku senang melihat wajah Eros saat ini. Terlihat lebih seksi dan menawan. Terlebih karena kancing seragamnya sudah terlepas semua, menampilkan perut sixpack Eros yang kutahu didapat karena dia rajin sekali olahraga ke Gym.
"Hhh.. fasterh.. " desah Eros. Sesuai permintaannya, kupercepat tempo blowjobku. Sampai sempat tersedak karena ujung penis Eros menyentuh kerongkonganku.
Aku terkejut ketika tiba-tiba Eros menarik paksa juniornua dari mulut dan genggamanku. Ternyata, crott!!
Kupejamkan mata sambil refleks memekik ketika wajahku mendapat semburan carian hangat yang keluar dari ujung junior Eros.
Eros terengah-engah, menatapku yang semakin seksi di bawahnya. Lalu tanpa aba-aba, dengan gerakkan cepat Eros kembali menerjangku hingga kami terlentang di lantai.
Aku meraba-raba perut dan dadanya. Demi apapun aku sudah tidak tahan, aku hendak kembali mencium bibir Eros namun Eros tak membiarkan itu terjadi.
Eros menyibak rok pendek yang ku kenakan. Aku menggigit bibir ketika Eros memasukkan dua jarinya ke sana. Memberikan beberapa sentuhan seolah tengah memeriksa sesuatu. "Tamunya sudah selesai kan?"
Kugigit bibirku semaoin kencang, wajahku mungkin sudah memerah ketika tahu 'tamu' dan 'selesai' apa yang Eros maksud. Aku mengangguk membuat Eros semakin gencar menari-narikan jarinya di bawah sana.
Mulanya kurasakan dua jari Eros bermain-main di klitorisku sampai membuat kaki jenjangku tak bisa diam karena perbuatannya. Aku resah ketika akan mencapai puncaknya. Tubuhnya menggelinjang.
Saat aku merintih mendesah, "A-akhh!! Hhh... Hhh..." Eros menyeringai puas. Wajah tampannya semakin seksi dengan seringaian itu.
"Sudah tercapai hhm? Bagaimana rasanya?"
Aku membuang muka, malu. Sial! Kenapa dengan jari Eros saja bisa senikmat ini! Belum sempat maku tenang, Eros kembali memainkan jarinya. Kali ini bukan di klitoris lagi, tetapi di lubang vaginaku!
Tanganku meremas seragamnya karena kenikmatan oleh kocokan Eros. Seolah berpengalaman, Eros melakukannya dengan sangat baik hingga membuatku orgasme untuk yang kedua kali.
"A-aa-Aakhh!!"
Aku tetengah-engah, dadaku bergerak naik turun, aku merasa buah dadaku mengencang entah karena apa.
Eros mengecup bibirku lagi. "Terima kasih," ujarnya dengan suara berat. "Kita lanjutkan lain kali saja ya, bagaimana?"
"Tapi aku sudah tidak tahan kak," protes Day. Berniat merangsang kembali sang kakak dengan cara menciumnya.
"Adikku ternyata bisa seliar ini. Diajari siapa hhm?"
Aku tersenyum malu. "Setiap hari aku membayangkan melakukan ini dengan kakak."
"Oh ya?" Aku mengangguk malu. "Kalau begitu kita sama." Pengakuan Eros membuatku terkejut.
Aku refleks tersenyum. "Maka kita lakukan disini sekarang, ya kak?" Tolonglah, area bawahku sudah sangat basah, tidak tahan untuk segera dimasuki oleh milik Eros yang besar dan panjang. aku ingin merasakan rasa nikmat yang seriny Olla ceritakan saat berhubungan badan dengan Jadden. "Ayo kak, ayo... "
"Tapi sebentar lagi bel masuk masuk berbunyi."
"Bolos pelajaran terakhir, tidak apa-apa. Sekali-sekali membolos," ujarku tanpa berpikir panjang.
"Astaga." Eros terkekeh geli. "Memangnya kamu tidak takut?"
"Takut pada siapa?" tanyaku, sedikit merajuk.
"Pada Papa?"
Mendengar kata Papa, aku tertegun. "Jangan beritahu papa kak," cicitku, mulai merasa gundah di hati.
"Papa tidak akan curiga kalau sekarang kita kembali ke kelas." Ucapan Eros membuatku terdiam cukup lama. "Tapi papa akan curiga kalau kita berdua bolos di jam yang sama," lanjut Eros.
"Memangnya kakak akan beritahu papa kalau kita berdua membolos dan melakukan ini?" tanyaku, ragu.
"Tidak, bukan kakak. Tapi pihak sekolah dan yang pasti ... Rion."
Baru pertama kali di dalam hidupku, aku merasa sangat kesal kepada kak Rion. sungguh. Eros menahan agar tawanya tidak lepas ketika melihat wajah jengkelku di bawah kungkungannya. Lalu kakakku itu menggesekkan ujung hidungnya yang mancung dengan hidungku. Membuatku terkikik geli. "Jadi bagaimana? Masih mau membolos demi melanjutkan aktivitas kita tadi?" tanyanya sekali lagi.
"Tidak! Tidak! Kalau begitu lebih baik jangan sekarang!" Aku berdiri tanpa aba-aba membuat keningku terantuk kening Eros. Eros meringis ringan, menatapku sedikit kesal. "Lebih baik kita ke kelas sekarang kak! Ayo bangun!"
"Tunggu dulu."
Aku mendelik. "Apa lagi?!"
"Pakai dulu celana dalammu." Eros melirik jahil celana dalam merah mmudku yang ada di lantai. Ya tuhan, kenapa hari ini aku harus memakai celana dalam dengan warna memalukan seperti itu!!
Aku memungutnya salah tingkah. "Pink," ejek Eros sambil mengancingkan celananya kembali.
"Diam kai kak!" Aku tidak tahu seberapa merah wajahku saat ini. "Celana dalamku sekarang bau rokok gara-gara kakak!" tuntutku menyalahkannya.
"Kenapa kakak yang disalahkan?"
"Karena kalau kakak tidak menaruhnya sembarangan di lantai, pasti sekarang celanaku tidak berdebu dan bau rokok!" mAku mendengus. Eros malah tergelak lagi.
Usai mengenakan celana dalam dan mengelapi cairan Eros yang ada di wajahku dengan sapu tangan yang selalu ada di sakuku, Aku pun membuka kunci pintu dan cepat-cepat keluar dari sana.
[Dayana POV End]
Sedangkan Eros, dia tidak menyusul. Sibuk senyam-senyum sendiri sambil membayangkan apa yang telah mereka lakukan tadi. "Lain waktu, milikku akan memasukimu adik manis," gumamnya.
Dia bersumpah, akan mengingat gudang iii sebagai gudang paling bersejarah di hidupnya, karena gudang inilah yang menjadi saksi bisu percintaan Eros dan Day untuk pertama kali di hidup keduanya.