Tidak saja bagi dirinya sendiri, ucapan Delima itu juga membuat sang ayah dan ibu tirinya terenyuh tak mampu untuk berkata-kata.
Yang bisa dilakukan Seta Adiprana hanyalah memeluk sang buah hati dan dengan demikian ia berharap pelukan kasih sayang itu mampu setidaknya memberi sedikit penghibur bagi sang putri.
Anya Triastuti yang tak kuasa menahan bergulirnya air matanya, ia pun duduk di tepi pembaringan itu, di samping kiri putri tirinya tersebut.
"Impianku hancur, Ayah…" ucap Delima di sela tangisnya yang memaksa tubuhnya berguncang.
Seta Adiprana mengecup dalam kepala sang putri sementara sang ibu tiri mengusap-usap rambut di punggung sang gadis.
"Untung tak dapat diraih, Sayang," ucap Seta dengan suara bergetar sebab matanya sendiri sudah berkaca-kaca dan dia sekuat mungkin menahan agar tidak menangis. "Malang pun tak dapat ditolak."