Arni tertawa halus, Tommy kembali menutup layar laptop. Pria itu bangkit, lalu mendekati Arni. Ia mengangkat satu tangan gadis tersebut.
"Sekarang," ujarnya. "Bangunlah, Nona Pemalas."
"Biarkan saja aku," kata Arni setengah tak bersemangat. "Kau sudah mengubah mood-ku menjadi remuk."
"Benarkah?"
"Kau menyebalkan, Tommy!"
"Ya, aku tahu," Tommy memaksa Arni unduk menjauhi dari kursinya yang empuk dan nyaman itu. "Berdirilah."
"Mau ke mana?" tanya Arni dengan berdiri malas-malasan. "Sepertinya lebih baik aku tidur siang saja di meja ini."
Tommy terkekeh. "Dasar pemalas. Ayolah, berdiri di atas kakimu, Nona Manja!"
"Kau jahat sekali," ujar Arni dengan wajah cemberut. "Memaksa orang yang ingin bermalas-malasan seperti ini."
"Ayolah, atau aku tidak akan membiarkanmu tenang."
"Yaah, kau sedang melakukan itu!"
Tommy tertawa lagi. "Aku rasa, menyantap soto daging yang panas dan segelas es jeruk akan bisa membangkitkan mood jelekmu itu."
"Soto daging?" ulang Arni.