"Kenapa Tante bertanya seperti itu?" ujar Keisha, ia lalu menarik tubuh Wilma ke dalam pelukannya.
"Aku…" Wilma menghela napas dalam-dalam. "Entahlah, Kei…"
"Tan…" Keisha mengelus-elus punggung wanita tersebut.
"Pertama aku jauh lebih tua darimu, Kei."
"Tapi justru aku merasa Tante lebih sempit dari seorang gadis perawan sekalipun."
Wilma terkikik halus. "Kau hanya mencoba menyenangkan hatiku saja."
"Tidak," sahut Keisha. "Aku bersungguh-sungguh dengan ucapanku itu. Kenyataannya tadi, memang seperti itulah yang aku rasakan."
Wilma tersipu, setidaknya, ia merasa dirinya masih layak dan masih menarik di mata seorang pemuda seperti Keisha daripada Pramudya yang selalu saja mengabaikannya, terutama dalam beberapa bulan belakangan ini.
"Dan," Wilma menghela napas dalam-dalam, kini ada mendung di wajahnya itu. "Dan aku merasa menjadi seorang istri yang telah—"
"Tante!"