Delima tersenyum dengan sangat manis mendengarkan ucapan sang nenek kepada burung kecil itu. Ucapan sang nenek terdengar mengandung kekuatan hati sekaligus keindahan yang menenangkan.
Ya, meski neneknya itu selalu memperlihatkan sikap yang tegas, kadang dengan kata-kata lantang yang bisa saja melukai hati orang yang mendengarkan—terlebih lagi, bagi mereka yang baru mengenal sang nenek—namun Delima tahu pasti, neneknya itu adalah sosok yang juga memiliki kelembutan hati.
Burung kecil di telapak tangan Delia itu kembali mencicit dan itu terlihat sangat kesulitan bagi sang burung sendiri, pertanda detik-detik kematiannya akan segera terjadi.
Delia tersenyum. "Jangan khawatir," ujarnya, "keindahanmu, kicau ceriamu di pagi dan sore hari, semua itu akan diwariskan kepada anak keturunanmu. Selama hutan ini masih ada, selama kehidupan bersama hutan itu sendiri masih terjaga, anak keturunanmu akan tetap bernyanyi menyambut pagi, riang gembira mengantar sang mentari ke peraduannya."