Delima tersenyum dan berdiam diri. Terlalu banyak hal-hal di dunia ini yang tidak langsung bisa dimengerti, termasuk dengan apa yang sudah terjadi pada ayah kandungnya itu. Tidak ada kata yang lebih tepat yang bisa digunakan oleh sang gadis untuk menyebut semua itu selain dari: Takdir.
"Kau masih mengira bahwa aku sangat kejam?" tanya Delia sembari menatap Delima dengan senyuman di sudut bibirnya.
Gadis itu tak mampu untuk menjawab hal tersebut. Disebut kejam tapi jelas bertujuan baik bagi sosok yang dihapus kenangannya itu. Tidak disebut kejam, tapi menghilangkan kenangan manis seseorang itu terdengar memanglah perbuatan yang buruk.
"Entahlah, Nek," ujar Delima dengan halaan napas yang sangat panjang. "Aku… entahlah."