Keisha menghabiskan waktu yang cukup lama di dalam kamar mandi, di bawah guyuran air dari shower di atas kepalanya. Ia terlihat hening dengan menyandarkan keningnya di dinding kamar mandi, namun rahang dan pelipisnya bergerak-gerak.
Sungguh ia merasa telah terpedaya dengan sikap Callysta selama ini. Ia yang berencana untuk kembali membuat Callysta tak lebih sebagai pemuas selangkangannya saja, kini justru dia sendirilah yang terjebak oleh sikap gadis tersebut.
Bukan tentang menjadi seorang ayah yang membuat Keisha menjadi kesal dan memukul-mukul dinding kamar mandi itu, bahkan sampai kepalan tangannya memercikkan darah. Namun, lebih daripada itu. Keisha memang belum punya keinginan untuk membina rumah tangga.
Menikah?
Yang benar saja! pikirnya.
