Kita hidup untuk kehilangan.
---
Suara ventilator begitu nyaring terdengar di ruang ICU. Menunjukkan angka-angka tekanan darah, nadim da juga respirasi dari tubuh Ana. Wanita cantik itu kini terlihat lemah tidak berdaya. Sepertinya mata dan mulutnya saat ini sedang berada di kondisi yang bisa dikatakan tidak sinkron. Matanya terpejam, tapi mulutnya terus saja mengigaukan nama Jeri.
Irza duduk di kursi yang terdapat di sebelah brankar milik Ana. Kedua manik matanya terus saja menilik perut Ana yang sedang bergerak. Dia lalu meraih sebelah tangan milik Ana, untuk sekedar memberikan kekuatan kalau mereka pasti bisa melewati ini semua bersama-sama. Tidak ada lagi yang meninggalkan juga ditinggalkan.
Relung hati terdalam milik Irza seperti sedang disayat-sayat saat melihat ada bulir air nning yang sedang turun dari kedua manik mata milik Ana dan bermuara pada bantal yang sedang digunakan oleh Ana.