Jika pihak suami yang menggugat cerai maka itu dinamakan sebagai cerai talak, dan jika istri yang menggugat namanya adalah cerai gugat.
"Gita, aku dan Mas Gerhana itu saling mencintai jadi kami nggak mungkin bercerai."
Kedua alis Gita bertautan satu sama lain begitu pula dengan kedua manik mata jernihnya tampak memicing, menatap sang kakak penuh dengan selidik.
"Oh, ya?" Mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Gita membuat Mentari sontak menggaruk keningnya yang tak gatal tersebut. Dengan polosnya Mentari hanya bisa mengangguk, sungguh polos sekali kakaknya ini pikir Gita.
"Kita nggak pernah tahu ke depannya akan seperti apa, Kak." Lidah Mentari mendadak kelu saat mendengar ucapan Gita yang terlampau benar tersebut.
Dengan ucapan yang terlontar dari bibir Mentari beberapa saat yang lalu tentu saja itu sama dengan meragukan kuasa Allah.
"Astagfirullahaladzim," ucap Mentari sambil mengelus dadanya dengan gerakan naik turun.
Gita yang melihat tingkah sang kakak yang mendadak absurd ini hanya bisa geleng-geleng kepala.
"Pernikahan itu bukan akhir dari perjalanan cinta kita melainkan awal dari sebuah kehidupan baru. Lalu perceraian adalah solusi terakhir, jadi sebelum itu terjadi aku akan berusaha untuk bertahan dengan pilihanku."
"Mas Gerhana adalah orang yang mengajariku kalau yang tersulit bukanlah memilih tapi bertahan pada pilihan. Aku akan mencoba untuk menjadi istri terbaik untuk seorang Adi Gerhana Dimitri, aku siap."
Gita diam terpaku saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak.
"Yang menjadi suamimu Surya, Kak. Bukannya Gerhana. Orang yang kamu cintai itu sudah berpulang ke pangkuan-Nya." Gita membatin sembari memandang sendu sang kakak.
Bagi sebagian orang mungkin mereka beranggapan kalau Mentari adalah tipikal orang yang berwatak keras, pendiriannya teguh, tapi itu semua hanya sebatas kamuflase saja. Itu semua dia lakukan demi totalitas dalam pekerjaannya saja.
Sejatinya Mentari adalah wanita yang kuat serta tabah dalam menghadapi hidupnya yang di setiap tikungannya terdapat kerikil tajam yang akan membuat menyerah atau mungkin akan semakin kuat.
"Semoga kamu bisa hidup bahagia bersama pilihanmu ya, Kak." Air mata yang sedari tadi ditahan oleh Gita akhirnya luruh juga membasahi pipinya yang berhiaskan lesung pipi pada dua sisinya.
KREK~~~
"Tari …." Panggilan dari Alika mengalihkan atensi Gita juga Mentari. Ternyata yang berada di depan pintu kamar kepemilikan Mentari adalah Alika.
"Mama?" panggil Mentari juga Gita hampir bersamaan.
"Pangeran kamu sudah datang, Kak."
Baik Rangga juga Alika telah sepakat untuk memperlakukan Gita dan Mentari sama rata tanpa ada yang dibedakan.
Alika masih tak habis pikir Mentari yang hendak dilamar, tapi kenapa Gita yang sedari tadi yang tak bisa mengolah rasa sabarnya.
Karena sedang berburu dengan waktu Mama Alika memilih untuk mengesampingkan dulu rasa penasarannya.
Mentari turun dengan didampingi oleh Alika juga Gita di sisi kanan juga kirinya. Malam ini pengacara muda tersebut terlihat sangat cantik sekali. Tubuh rampingnya berbalut dengan gamis berwarna silver dan hijab yang membalut indah kepalanya berwarna dusty sungguh perpaduan yang sangat memukau sehingga orang-orang yang menoleh ke arah Mentari lupa bagaimana caranya untuk berkedip.
Pandangan Surya juga Mentari saling mengunci satu sama lain. Keduanya saling terpukau. Namun, Surya lekas memutuskan kontak mata di antara mereka. Yang bertahta di hati Surya hanyalah Yana. Dia tak boleh memberi ruang sedikit pun untuk Mentari tinggal di hatinya apalagi sampai menggeser tahta yang dimiliki oleh Yana.
Karena kelakuan Surya tersebut, Dimitri seperti ingin menelan hidup-hidup sang sang putra sulung. Ya Allah tidak bisakah Surya kali ini bersikap manis sebentar saja pada Mentari, wanita yang sebentar lagi akan dia nikahi meski tanpa dasar cinta.
"Cantik ya, calon mantu kita, Ma?" Mungkin pertanyaan tersebut bukanlah sekedar pertanyaan, lebih tepatnya adalah sindiran agar sang putra sulung lebih peka dan mau sedikit saja bersifat lebih manis pada wanita yang dua pekan lagi akan menjadi istrinya.
"Jangan digodain begitu dong Kak Suryanya, Om!" Pembelaan yang terucap dari kedua bibir ranum Gita membuat semua orang membolakan matanya. Terlebih lagi Dimitri. Maksud hati ingin berbuat baik, Gita justru membuat semua keluarga Dimitri tercengang.
PLAK~~~
"Aduh …," pekik Gita saat mendapat pukulan pelan dari sang kakak.
"Kamu itu amnesia atau gimana sih? Itu tuh Mas Gerhana bukannya, Kak Surya. Kamu jangan sok-sokan mengenali mereka karena yang ada di pikiranmu itu cuma Badai."
Ucapan Bina jelas saja membuat Rangga juga Alika tertawa lepas, tidak selepas yang dilakukan oleh keluarga Dimitri. Apa yang tadi diucapkan oleh Gita benar-benar merupakan sport jantung.
Sementara itu Gita hanya menarik paksa lengkung bibirnya sehingga menampilkan deretan gigi putihnya. Untung saja Gita keceplosan Gita itu bisa teratasi dengan sifat Mentari yang polosnya sungguh tak ketulungan.
Sebelum memulai pembicaraan ini, Rangga terlebih dahulu meminta waktu Surya sebentar saja. Dia ingin berbicara empat mata dengan lelaki yang sebentar lagi akan mengambil alih tanggung jawab Papa Rangga untuk mencintai juga membimbing seorang Mentari Chamissya Damayanti.
Surya yang ke sini sudah dengan persiapan yang cukup matang akhirnya mengiyakan saja apa yang menjadi keinginan dari calon mertuanya tersebut. Meski Surya akan menikahi Mentari tanpa dasar cinta, tetap saja dia akan tetap memperlakukan Rangga layaknya orang tua, sama rata dengan Dimitri.
Bersambung ….