Tanpa tujuan Zoya terus menyusuri setiap sudut rumah sakit. Ekspresinya begitu gelisah seakan-akan ia telah kehilangan seseorang yang berharga baginya.
Seketika kedua netra wanita itu memicing tepat saat melewati ruang penyimpanan darah. Ia menyaksikan seseorang tengah sibuk di dalam sana dengan posisi membelakanginya. Namun, yang membuatnya aneh ialah karena orang tersebut bukanlah pihak rumah sakit. Jelas sekali terlihat dari pakaiannya yang serba hitam.
Tanpa aba-aba Zoya langsung memasuki ruangan tersebut. Ia berniat menangkap basah orang itu dan melaporkannya kepada kepala rumah sakit. Akan tetapi, bukannya pria itu yang terkejut. Zoya sendirilah yang terperangah tepat saat pria itu menoleh ke arahnya dengan mulut dipenuhi darah.
"Argh!"
Zoya menjerit singkat. Dadanya bergemuruh hebat, bahkan tubuh wanita itu sampai limbung dan terjatuh dengan posisi duduk saking terkejutnya.
Sementara pria itu masih terus memandangi Zoya lekat, detik berikutnya ia melesat cepat keluar layaknya angin. Membuat Zoya lagi-lagi mematung dengan apa yang sudah ia saksikan.
Setelah beberapa menit, wanita itu akhirnya mampu bangkit. Otaknya tak habis pikir dengan apa yang sudah terjadi.
"Dia ...." Kini Zoya mulai menyadari sesuatu. "K-kenapa pria itu meminum darah? A-apa dia bukan manusia?" tanyanya pada diri sendiri.
Sontak ia menggeleng, sungguh mustahil pria sebaik dia bukan manusia. Buktinya pria itu masih peduli terhadap keselamatan Zoya waktu itu. "Tidak mungkin, aku pasti salah lihat."
Walaupun otaknya terus mengelak, tetapi hati Zoya ngotot mengatakan jika pria yang tadi ia bawa ke rumah sakit memanglah bukan manusia biasa. Dari situ perasaan Zoya semakin tidak karuan. Ia bingung karena asumsi hati dan otaknya tidak sejalan.
"Aku harus cari tahu siapa dia sebenarnya."
***
"Kau sungguh ceroboh, Zayn! Bagaimana bisa kau berburu di kawasan manusia? Bahkan kau sampai meminum stok darah di rumah sakit!" sentak Louis menatap nyalang pada sang adik. "Ingat, kau hanya boleh berburu darah hewan."
Vampir yang satu ini memang mempunyai kemampuan bisa melihat kegiatan para vampir atau manusia lain yang sudah memiliki koneksi dengannya. Melalui telapak tangannyalah, semuanya akan tampak bak sebuah video yang sengaja diputar. Akan tetapi, semua itu hanya sekilas, seolah video tersebut diputar dengan dipercepat. Sehingga Louis masih perlu memastikannya langsung dengan orang yang bersangkutan.
"Aku sudah tidak tahan, Louis. Selama beberapa ratus tahun ini aku selalu patuh untuk tidak menghisap darah manusia. Jadi, jangan salahkan aku jika hari ini aku memberontak. Sungguh, mencicipinya sedikit saja itu begitu nikmat."
Louis mengernyitkan dahi. "Kau sungguh nekad. Kau tahu, bukan? Kalau sekarang tubuhmu tidak bisa menerima asupan darah manusia. Tapi kenapa kau malah memaksakan diri? Apa kau mau hukumanmu ditambah lagi?"
"Jelas tidak, Louis. Aku sudah cukup menderita dengan dihukum untuk tidak mengonsumsi darah manusia," tegas Zayn.
Louis menggelengkan kepala jengkel. "Sudah tahu kau menderita dengan hukuman itu, tapi kau malah menambah penderitaanmu sendiri dengan melanggarnya. Aku tidak mau kejadian beberapa puluh tahun lalu terulang. Kau masih ingat, bukan? Jika darah manusia masuk ke tubuhmu, maka kau akan sekarat. Dan kemungkinan besar kau akan perlahan menghilang, yang berarti kau bisa saja lenyap."
Zayn mengembuskan napas seraya menyenderkan punggungnya pada sofa empuk di ruang keluarga. "Ya, kau benar. Tadi setelah aku menggigit leher seorang manusia, diriku tiba-tiba sangat lemas. Suhu tubuhku menurun drastis dari biasanya dan menggigil hebat serta kesakitan. Bahkan aku sampai tidak bisa bangkit karena kekuatanku berkurang."
"Lihat, kau selalu saja mau mengambil resiko."
"Tapi sekarang aku merasa keadaan sudah berubah. Misi yang aku tempuh sepertinya akan berakhir," ucap Zayn tersenyum simpul.
Ya, Zayn memang sedang menempuh sebuah misi untuk mengakhiri hukumannya. Misi itu tak lain adalah ia harus menemukan darah murni. Akan tetapi, Zayn hanya dapat mengetahui pemilik darah itu dengan menatap matanya. Namun, sepertinya dewa keabadian sedang berpihak pada Zayn, kini pemilik darah murni itu yang datang dengan sendirinya.
Mendengar itu Louis langsung berpindah tempat duduk tepat ke sisi sang adik. Tatapannya penuh selidik seakan ingin mengetahui apa yang sudah diketahui oleh Zayn. "Apa ... kau sudah menemukan darah murni?"
Kedua netra terang Zayn melirik Louis sekilas. "Iya, saat aku hampir sekarat tadi, tiba-tiba dia datang dan menolongku. Akhirnya aku mampu beradu pandang lagi untuk kedua kalinya dengan wanita itu."
"Lalu? Kau tidak menggigitnya, bukan?" terka Louis.
Zayn tertawa hambar, pertanyaan kakaknya itu sungguh bodoh. Mana mungkin ada vampir yang tidak tergiur jika darah murni berada di hadapannya.
"Awalnya aku berniat menghisap darah murni detik itu juga. Tapi ... entah kenapa, saat dia menyentuhku, getaran aneh seakan menjalar ke aliran darah di dalam tubuhku. Dan setelahnya, aku kembali normal. Tubuhku tidak kesakitan dan aku tidak lagi kedinginan, tapi tetap saja aku masih merasa lemas."
Wajah Louis tampak masih menyimak cerita sang adik dengan serius.
"Akhirnya aku ikuti kemauannya yang ingin membawaku ke rumah sakit. Untung saja aku berhasil kabur sebelum diperiksa."
"Kalau kau sampai berhasil diperiksa, para dokter akan terkena serangan jantung karena terkejut melihat ada manusia yang hidup tanpa detak jantung," pungkas Louis diiringi tawa.
Zayn berdecak, Louis elalu saja mengajak bercanda jika sedang serius seperti ini.
"Tunggu, terus kau kenapa malah meminum stok darah rumah sakit, hah?" lanjut Louis.
"Tubuhku masih lemah, aku hanya bisa melesat kabur dari sana beberapa meter. Jadi, aku putuskan untuk meminum stok darah rumah sakit untuk mengembalikan energiku. Yang jelas, sebelum itu juga bau darah-darah tersebut terus menari-nari di hidungku. Aku mana bisa tahan."
"Dasar! Kau harus belajar menahan hasratmu terhadap darah yang menggiurkan. Ah, ya, tapi ... bagaimana bisa kau menahan diri untuk tidak mencicipi darah murni?"
"Aku juga tidak mengerti. Darahnya tidak tercium sama sekali, sehingga tidak membuatku tertarik. Tapi sudah kupastikan, bahwa dia memang benar-benar pemilik darah murni, karena dia berhasil menyembuhkanku," ujar Zayn merasa senang.
Louis menepuk bahu Zayn pelan, dia merasa bangga. Karena akhirnya penantian sang adik selama 700 tahun ini membuahkan hasil. "Lantas, apa yang akan kau lakukan untuk mencicipi darah murni itu, Zayn?"
Zayn tersenyum miring. "Tentunya aku punya cara sendiri. Aku akan buat wanita itu memberikan darahnya dengan sukarela padaku."
Louis mengangguk. "Hm ... sepertinya memang itulah caranya. Secara, tadi kau bilang bau darahnya tidak tercium dan kau menjadi tidak tertarik karena hal itu. Maka jika demikian, si pemiliknyalah yang harus memberinya langsung padamu."
"Tepat sekali!"
Kedua saudara itu saling tertawa riang, ini adalah hari paling bahagia bagi keduanya. Entah apa yang akan mereka rencanakan untuk segera mencicipi darah murni tersebut.